Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rana Fayola R.
Rahmad Darmawan kritik PSSI dalam kelola pemain muda usai Liga Indonesia All Star dibantai Oxford United. (IG Piala Presiden)

Laga internasional antara Oxford United melawan Liga Indonesia All Star di Piala Presiden 2025 menyisakan banyak catatan penting. Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Minggu (6/7/2025) malam WIB, Ole Romeny CS tampil perkasa dan membungkam skuad racikan Rahmad Darmawan dengan skor mencolok 6-3.

Sejak awal pertandingan, tim asal Inggris tersebut langsung tampil menekan. Hasilnya pun instan. Mark Harris membuka keunggulan Oxford hanya empat menit setelah peluit awal dibunyikan.

Melansir Antara News, Liga Indonesia All Star sempat membalas lewat Riko Simanjuntak di menit ke-14. Gol tersebut tercipta dari kesalahan pemain belakang Oxford United dan sedikit memberi harapan bagi tuan rumah.

Namun sayangnya, harapan itu tidak bertahan lama. Oxford kembali menguasai permainan dan mencetak dua gol tambahan di babak pertama, masing-masing lewat Mark Harris (30’) dan Michal Helik (45’). Skor 3-1 untuk Oxford menutup paruh pertama pertandingan.

Memasuki babak kedua, dominasi Oxford United tak surut sedikit pun. Mereka melanjutkan tekanan tinggi dan memperbesar keunggulan lewat Thomas Bradshaw (52’), Przemyslaw Placheta (56’), dan satu gol tambahan lainnya.

Tertinggal jauh 6-1, Liga Indonesia All Star hanya mampu menipiskan selisih lewat dua gol dari Rizky Dwi Febrianto dan Eksel Runtukahu. Namun itu tak cukup menghindarkan mereka dari kekalahan telak.

Menariknya, Ole Romeny sang striker andalan Timnas Indonesia yang kini bermain untuk Oxford United diturunkan sebagai starter. Meskipun tidak mencetak gol, kehadirannya memberi warna tersendiri dalam laga tersebut.

Dengan kemenangan ini, Oxford United memuncaki klasemen sementara Grup A Piala Presiden 2025 dan membuka lebar peluang menuju final. Sebaliknya, Liga Indonesia All Star terpuruk di posisi juru kunci tanpa poin.

Kalah Telak, Liga Indonesia All Star Harus Berbenah

Pelatih Rahmad Darmawan (RD) mengakui ada banyak kekurangan dalam permainan timnya. Salah satu sorotan utama adalah lemahnya tekanan di lini tengah dan buruknya antisipasi terhadap tembakan jarak jauh.

“Yang saya khawatirkan sebenarnya bola mati. Tapi ternyata kami kebobolan dari tendangan jarak jauh dan early cross. Ini karena tekanan di lini tengah tidak konsisten,” jelas RD usai pertandingan.

Dari enam gol yang bersarang ke gawang Liga Indonesia All Star, tiga di antaranya berasal dari luar kotak penalti. Hal ini menunjukkan kurangnya koordinasi serta kesigapan dalam mengawal area vital pertahanan.

Meski kalah, RD tetap mencoba mengambil sisi positif. Ia menilai pertandingan ini menjadi pelajaran penting bagi pemain, terutama dalam membentuk mental bertanding dan kedisiplinan taktik.

Namun kekalahan tersebut juga menyingkap berbagai kelemahan. Salah satunya adalah rapuhnya pertahanan. Oxford bisa mencetak enam gol dengan relatif mudah, mencerminkan betapa rentannya barisan belakang tim All Star Indonesia.

Koordinasi antar pemain juga menjadi perhatian besar. Meskipun diperkuat nama-nama top Liga 1 seperti Hansamu Yama, Witan Sulaeman, dan Septian David Maulana, tim terlihat belum padu. Maklum, skuad ini hanya memiliki waktu latihan yang sangat terbatas sebelum laga.

Dalam hal menyerang, Liga Indonesia All Star sebenarnya menunjukkan potensi. Tiga gol yang dicetak membuktikan bahwa kualitas individual masih bisa diandalkan. Namun efektivitas dan pemanfaatan peluang harus diperbaiki jika ingin bersaing lebih baik.

Persiapan yang minim juga jadi catatan. Oxford United adalah klub profesional yang bermain secara konsisten sepanjang musim, sementara Liga Indonesia All Star adalah tim ad-hoc yang dibentuk hanya untuk turnamen. Keterbatasan waktu membuat strategi dan kekompakan belum terbentuk secara maksimal.

Dengan kekalahan ini, Liga Indonesia All Star harus segera bangkit. Pertandingan berikutnya melawan Arema FC akan digelar pada Selasa (8/7) di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Jika ingin menjaga asa, kemenangan menjadi harga mati.

Rana Fayola R.