Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Rana Fayola R.
Gerald Vanenburg, pelatih Timnas Indonesia U-23. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/Lmo/nym.)

Langkah awal Gerald Vanenburg bersama Timnas Indonesia U-23 bisa dibilang cukup menggugah perhatian. Pelatih asal Belanda itu hampir mempersembahkan gelar juara di turnamen perdananya, tetapi sayangnya harus puas dengan status runner-up setelah kalah 0-1 dari Vietnam di partai final Piala AFF U-23 2025.

Kekalahan tersebut memang mengecewakan, apalagi pertandingan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, tepat di depan publik sendiri. Namun, secara keseluruhan performa Garuda Muda menunjukkan potensi besar di bawah kendali Vanenburg.

Dalam lima pertandingan selama turnamen, Timnas U-23 mencatatkan tiga kemenangan. Kemenangan terbesar terjadi saat debut Vanenburg, dengan skor mencolok 8-0 atas Brunei Darussalam. Total, Indonesia mencetak 10 gol dan hanya kebobolan dua kali, masing-masing di semifinal dan final.

Statistik ini menegaskan bahwa meski gagal meraih gelar, performa tim tidak bisa dianggap buruk. Justru ada pondasi kuat yang mulai terbentuk, terutama dari sisi organisasi permainan dan penguasaan bola.

Nahas, satu hal yang menjadi sorotan adalah ketajaman lini depan. Banyak peluang tercipta, tetapi penyelesaiannya belum maksimal. Vanenburg sendiri mengakui hal itu sebagai kekurangan utama saat menghadapi Vietnam yang tampil disiplin di laga puncak.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir pun tak menutup mata terhadap kekurangan tersebut. Kendati demikian, ia tetap menunjukkan dukungan penuh kepada Vanenburg untuk melanjutkan tugas sebagai pelatih Timnas U-23 di ajang berikutnya.

"(Untuk pelatih di SEA Games 2025) Nanti kita diskusi sama badan tim nasional. Yang pasti untuk AFC (kualifikasi Piala Asia U-23 2026) Gerald," kata Erick sebagaimana diungkap Antara News, Rabu (30/7/2025).

Ketum PSSI Puas dengan Performa Gerald Vanenburg

Erick Thohir menyebut, meski belum berhasil membawa pulang trofi, performa Timnas U-23 di bawah Vanenburg tetap layak diapresiasi. Ia menjelaskan, "Bagus, saya rasa bagus. Tinggal tadi, lini serangnya belum maksimal. Tadi beberapa kali juga coba berubah pola lewat kanan, lewat kiri. Ya beberapa kali tidak bisa. Ya mungkin ini yang nanti koreksi untuk perbaikan."

Menurutnya, perubahan pola permainan yang coba diterapkan. Baik lewat sisi kanan maupun kiri, masih belum sepenuhnya berjalan efektif. Dan aspek itu akan menjadi bahan evaluasi ke depan.

Diketahui bahwa Garuda Muda akan berada di Grup J bersama Korea Selatan, Laos, dan Makau. Turnamen ini menjadi sangat penting, karena hanya 11 juara grup dan 4 runner-up terbaik yang akan melaju ke putaran final di Arab Saudi.

Jika melihat performa Timnas U-23 di Piala AFF, tantangan di kualifikasi Asia tentu jauh lebih berat. Korea Selatan, salah satu lawan di grup, merupakan raksasa Asia di kelompok usia ini.

Vanenburg perlu melakukan pembenahan mendalam, terutama dalam hal efektivitas serangan dan kemampuan tim membongkar pertahanan lawan yang solid. Vietnam telah memberi pelajaran penting dalam hal itu.

Meskipun begitu, gaya bermain yang mulai terbangun dan pendekatan taktik yang jelas membuat Vanenburg tetap mendapat kepercayaan dari federasi. PSSI tampaknya ingin memberi waktu bagi pelatih ini untuk bekerja lebih maksimal.

Terlebih, jika melihat proses transisi dari era Shin Tae-yong ke Vanenburg, konsistensi pelatih kepala menjadi salah satu faktor penting demi menjaga stabilitas tim dan progres jangka panjang.

Apalagi pada edisi sebelumnya di tahun 2024, Timnas U-23 yang dilatih Shin Tae-yong berhasil mencapai final di Qatar dan hampir lolos ke Olimpiade Paris. Sebelum akhirnya dihentikan Guinea di laga play-off.

Kini, tongkat estafet itu telah berada di tangan Vanenburg. Ia memiliki modal awal yang cukup menjanjikan meski belum sempurna. Misi membentuk tim tangguh menuju kualifikasi Asia bisa menjadi titik balik reputasinya.

Rana Fayola R.