Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | zahir zahir
Timnas Putri Indonesia. (pssi.org)

Timnas putri Indonesia menutup laga terakhir ajang ASEAN Womens Cup 2025 dengan hanya meraih hasil imbang 1-1 kontra Kamboja. Melansir dari laman aseanutdfc.com, hasil ini membuat tim asuhan pelatih Joko Susilo tak beranjak dari posisi juru kunci klasemen grup A dengan hanya meraih 1 poin dari dua kali menelan kekalahan dan hanya sekali meraih hasil imbang.

Kondisi ini membuat timnas putri Indonesia tak lolos ke babak semifinal ajang ASEAN Womens Cup 2025 atau yang dulunya bernama AFF Womens Cup. Hasil buruk di ajang ASEAN Womens Cup 2025 kali ini terbilang sangat mengecewakan bagi Isa Warps dkk. Pasalnya, skuad garuda pertiwi hanya mampu mencetak 1 gol dan kebobolan 15 gol selama menjalani fase grup A.

Timnas putri Indonesia di laga perdana kontra Thailand harus takluk dengan skor yang sangat memalukan, yakni 0-7. Lalu, di laga kedua melawan tuan rumah Vietnam, timnas putri Indonesia juga kembali takluk dengan skor telak 0-7. Terakhir, di laga kontra Kamboja kemarin hanya mampu meraih hasil imbang 1-1.

Kondisi yang cukup miris ini tentunya menjadi sebuah pukulan telak bagi pesepakbolaan putri Indonesia yang sempat dianggap mampu berbicara banyak setelah menjuarai ajang AFF Womens Cup 2024 kemarin. Melansir dari beberapa sumber di laman suara.com, pasalnya, sebelum gagal total di ajang ASEAN Womens Cup 2025 kemarin, timnas putri Indonesia juga harus gagal melaju ke putaran final Piala Asia Putri 2026 mendatang karena gagal finish di posisi juara grup.

Banyak pihak yang menyebut bahwa situasi yang cukup buruk ini merupakan imbas dari keputusan PSSI yang hanya fokus melakukan program naturalisasi pemain keturunan tanpa mempertimbangkan urgensi liga putri di Indonesia. Fakta ini sendiri tercermin dari realita saat ini yang dimana belum adanya liga putri di Indonesia yang dikelola secara profesional.

Tak Hanya Fokus Naturalisasi, PSSI Perlu Reformasi dan Gelar Liga Putri di Indonesia!

Kegagalan timnas putri Indonesia dalam dua ajang bergengsi secara beruntun seakan-akan menjadi tamparan keras bagi PSSI dan juga I-League selaku pengelola sepakbola dan liga profesional di Indonesia. Pasalnya, hal yang dikhawatirkan banyak pihak mengenai penurunan kualitas sepakbola putri di Indonesia mulai terjadi.

Kegagalan di ajang kualifikasi Piala Asia Putri 2026 dan ASEAN Womens Cup 2025 seakan-akan menjadi kode merah bagi PSSI perihal reformasi sepakbola putri di negeri ini. Jika melihat dari fenomena yang ada, memang Indonesia masih memerlukan kompetisi liga putri yang dikelola secara profesional layaknya BRI Super League. Namun, pelaksanaannya baru bisa dilakukan pada musim 2027/2028 mendatang.

Namun, melihat kondisi yang cukup buruk saat ini, kemungkinan besar PSSI dan I-League akan mempertimbangkan untuk mempercepat pelaksanaan liga putri di Indonesia. Jadi, PSSI tak hanya fokus terhadap program naturalisasi pemain keturunan semata, melainkan juga harus mulai memperbaiki kualitas liga lokal sebagai salah satu penunjang prestasi di tim nasional.

Belum lagi merosotnya rangking timnas putri Indonesia yang kini berada di peringkat ke-106 dunia dalam versi FIFA bisa menjadi kode merah tambahan bagi PSSI agar segera melakukan reformasi total di lingkup sepakbola wanita, khususnya penyelenggaraan liga putri. Hal ini tentunya demi bisa mendongkrak prestasi pesepakbolaan putri di Indonesia kedepannya dan tak hanya sekedar jalan di tempat semata.

Kedepannya diharapkan PSSI dan I-League selaku operator liga Indonesia bisa segera melaksanakan liga putri Indonesia guna menjadi salah satu wadah pengembangan bakat-bakat sepakbola lokal yang nantinya bisa bermuara di level tim nasional.

zahir zahir