Aku selalu percaya, semua mimpi itu butuh pijakan. Nggak bisa hanya terbayang di kepala, apalagi kalau cuma jadi status di media sosial.
Mimpi butuh sesuatu yang sederhana tapi nyata, yang bisa bikin kita melangkah. Dan anehnya, waktu aku lihat sepasang sepatu futsal di pinggir lapangan, aku tiba-tiba mikir, “Jangan-jangan mimpi itu mirip sepatu.”
Kenapa sepatu futsal? Karena dia sering diremehkan. Orang lebih sibuk ngomongin gol, skor, strategi, bahkan selebrasi ala Cristiano Ronaldo versi mini. Padahal tanpa sepatu, nggak ada yang bisa benar-benar main. Sama kayak mimpi, kadang kita sibuk membicarakan hasil akhirnya, tapi lupa sama langkah pertama yang justru paling menentukan.
Sepatu futsal emang nggak seheboh sepatu bola dengan puluhan jenis pul sepatu atau harga yang bisa bikin meringis. Modelnya sederhana, solnya rata, dan sering kali dipakai bukan cuma buat main, tapi juga buat nongkrong setelahnya. Justru di situlah menariknya. Dengan sepatu sederhana itu, anak-anak bisa berlari di lapangan futsal ukuran 25x42 meter, yang mungkin ukurannya lebih kecil dari ruang kelas di sekolah besar.
Dari sepatu itu juga, lahirlah mimpi yang besar. Contohnya, kita lihat banyak pemain profesional Indonesia, bahkan dunia, yang awalnya main futsal cuma di lapangan kecil pinggir jalan. Dari situ, ada yang akhirnya menembus tim nasional, bahkan jadi inspirasi buat jutaan anak muda lain.
Jadi, jangan pernah remehkan pijakan kecil. Kadang langkah pertama dengan sepatu murahan bisa membuka jalan ke panggung internasional.
Perlengkapan futsal, terutama sepatu, itu kayak simbol persiapan hidup. Kamu bisa nekat jalan tanpa persiapan, tapi kemungkinan besar akan sakit di tengah jalan. Sama kaya mimpi, kalo tanpa bekal, tanpa usaha, dan tanpa persiapan, ya kita bisa gampang jatuh.
Menariknya lagi, sepatu futsal selalu datang berpasangan. Nggak ada orang yang main dengan hanya satu sepatu.
Dan itu mengingatkan aku kalau mimpi nggak bisa tercapai sendirian. Kita butuh pasangan, bukan cuma pasangan hidup, tapi juga teman, komunitas, keluarga, atau siapa pun yang bisa bikin kita jalan bareng.
Futsal itu olahraga tim. Mau sepatu kita sekeren apa pun, kalau nggak ada yang siap kasih umpan, ya nggak akan gol. Sama, mimpi juga butuh kolaborasi.
Sepatu futsal juga mengajarkan aku soal kenyataan hidup, dia cepat aus. Main di lantai semen atau vinyl, dipakai seminggu sekali atau tiap hari, lama-lama pasti rusak. Sama kayak semangat mimpi kita, bisa menipis kalau nggak dirawat. Pilihannya ada dua, apakah kita siap beli sepatu baru (alias memperbarui semangat dan strategi) atau kita biarkan mimpi berhenti gitu saja?
Aku lihat banyak anak muda sekarang semangatnya cuma di awal, entah mau jadi konten kreator, atlet, atau entrepreneur. Tapi begitu ada hambatan, langsung nyerah. Padahal, sama kayak sepatu futsal, wajar kalau ada masa habisnya. Yang penting, jangan sampai berhenti melangkah. Kalau sepatunya sudah nggak kuat, kita cari cara lain, tapi pertandingannya tetap harus dilanjutin.
Ngomong-ngomong soal mimpi, aku jadi ingat AXIS Nation Cup. Buat banyak anak muda, turnamen ini jadi semacam pintu masuk buat melangkah lebih jauh. Dari level sekolah, mereka bisa dapat pengalaman, belajar kolaborasi, sampai membakar api persaingan sehat.
Aku sempat buka laman anc.axis.co.id dan axis.co.id. Ternyata konsepnya nggak main-main, mereka memang serius memfasilitasi anak muda buat punya ruang menguji diri. Jadi jelas, sepatu futsal bukan hanya dipakai buat main, tapi juga jadi alat menuju panggung yang lebih besar. Dan dari panggung itulah, mimpi bisa jadi nyata.
Mimpi itu sederhana, asal kita berani melangkah dan nggak berhenti di tengah jalan. Karena siapa tahu, langkah kecil itu, sama seperti sepatu futsal di lapangan sempit, bisa jadi pijakan menuju mimpi yang jauh lebih tinggi.
Baca Juga
-
Stop Rusak Bumi! Mulai Sekarang untuk Keberlanjutan Generasi Mendatang
-
Rp100 Juta Per Bulan Hanya untuk Joget? Momen yang Mengubur Kredibilitas DPR
-
Paradoks di Senayan: Gaji PNS Dilarang Naik, Tunjangan DPR Jalan Terus
-
Tunjangan 50 Juta: DPR Tinggal di Rumah Rakyat atau Istana Pajak?
-
Proyek Laptop Kemensos: Teknologi sebagai Tameng Pemborosan Anggaran?
Artikel Terkait
-
Jangan Sampai Engkel Geser! Ini Cara Pilih Sepatu Futsal yang Benar untuk Tiap Lapangan
-
5 Sepatu Nike Murah untuk Harian: Rekomendasi Sneakers Nyaman Mulai Rp700 Ribuan
-
Tidak Sepopuler Sepak Bola, Ini Alasan Futsal Masih Awam di Masyarakat
-
Masa Jaya Dunk Sudah Berakhir? 4 Tanda Adidas Samba Mengambil Alih Takhta Sneakers
-
Perlengkapan Futsal Wajib Punya, Siap Gaspol dan Kece di AXIS Nation Cup
Hobi
-
Tanpa Klub, Thom Haye Masih Berpeluang Tembus Skuad Utama Timnas Indonesia?
-
Tidak Sepopuler Sepak Bola, Ini Alasan Futsal Masih Awam di Masyarakat
-
Perlengkapan Futsal Wajib Punya, Siap Gaspol dan Kece di AXIS Nation Cup
-
Davide Tardozzi Bela Pecco Bagnaia: Harusnya Dia Bisa Finis Lebih Baik
-
Borneo FC Punya Tren Positif, Rizki Hidayat Optimis Persijap Raih Poin?
Terkini
-
Film Biopik Kobe Bryant Tengah Digarap, Soroti Awal Karier sang Legenda NBA
-
Mengulik Novel Sesuk Karya Tere Liye: Misteri Rumah dan Wabah Kematian!
-
Self-care di Era Kapitalisme: Healing atau Konsumerisme Terselubung?
-
Bumi Tak Perlu Berteriak: Saatnya Kita Lawan Krisis Air dari Sekarang
-
4 Daily OOTD ala Kazuha LE SSERAFIM, Anti-Ribet Tetap Fashionable!