Sekar Anindyah Lamase | Desyta Rina Marta Guritno
Pecco Bagnaia (Instagram/Pecco63)
Desyta Rina Marta Guritno

Pecco Bagnaia menjalani akhir pekan yang penuh tantangan di Grand Prix Hungaria 2025. Start dari posisi ketiga belas jelas bukan titik awal yang diharapkannya. Sejak awal, situasi tersebut sudah menunjukkan betapa sulitnya perjalanan yang akan ia hadapi.

Benar saja, pada balapan sprint, ia harus puas bertahan di posisi sama seperti start. Sementara di balapan utama, meski berhasil melaju lebih kencang, ia hanya mampu mengakhiri lomba di urutan kesembilan.

Jika melihat catatan prestasinya selama beberapa musim terakhir, hasil ini tentu jauh dari ekspektasi tim maupun penggemar. Bagnaia terbiasa bersaing di barisan depan dan menutup akhir pekan dengan podium, bukan seperti sekarang yang berjuang hanya untuk masuk sepuluh besar.

Namun, meskipun hasil yang diraih jauh dari harapan, Bagnaia tidak merasa terlalu kecewa. Justru sebaliknya, ia membawa pulang rasa lega dan percaya diri baru dari Balaton Park.

Dalam wawancara usai balapan, Bagnaia mengungkapkan alasannya. Menurutnya, ada sesuatu yang lebih penting daripada sekadar posisi finis. Selama akhir pekan tersebut, ia merasakan adanya kemajuan dalam performa Desmosedici GP25 yang ia tunggangi.

Sepanjang musim ini, kelemahan terbesar Bagnaia ada pada sektor pengereman. Namun di Hungaria, ia mulai menemukan titik terang. Motor hasil kerja keras tim mekanik akhirnya menunjukkan perkembangan, terutama dalam hal pengereman.

"Seumur hidup saya, saya belum pernah bahagia hanya karena finis kesembilan dalam sebuah balapan, tapi hari ini saya bahagia. Bukan karena hasilnya, tentu saja, tapi setidaknya perasaan saya di atas motor terasa lebih baik. Saya bisa memacu, saya bisa memaksa pengereman," ujar Pecco Bagnaia, dilansir dari laman GPOne.

Dia menjelaskan bahwa perubahan yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang kecil. Modifikasi ini bersifat keseluruhan sehingga memberikan rasa berbeda ketika ia berada di atas motor.

Menurutnya, terobosan semacam ini hanya bisa muncul ketika kondisi tim benar-benar terdesak. Itulah mengapa dia dan tim baru melakukannya sekarang, yakni ketika performanya sudah hampir tak tertolong.

"Kami tidak memikirkannya sebelumnya karena untuk membuat perubahan drastis seperti itu, kami harus berada dalam kondisi yang buruk. Kalau dipikir-pikir, akhir pekan lalu saya masih berada di posisi tiga atau keempat, kami hanya bisa bicara tentang posisi persepuluh. Ketika kesulitannya mulai mencapai tujuh, delapan persepuluh, atau bahkan satu detik, akhir pekan ini saya belum pernah masuk sepuluh besar. Penting untuk melakukannya dan ini adalah waktu yang tepat," tambahnya.

Bagi Bagnaia, perasaan lega datang sejak sprint race. Walau hasilnya tidak istimewa, ia bisa merasakan tanda-tanda positif bahwa arah pengembangan motor sudah tepat.

Keyakinan inilah yang membuat posisi kesembilan di balapan utama tidak terasa sebagai kekalahan, dia lebih melihatnya sebagai langkah awal untuk bangkit kembali.

Menatap seri berikutnya di Catalunya yang akan hadir dua pekan yang akan datang, pembalap asal Italia itu tetap optimis. Dia percaya bahwa kerja keras tim, rasa percaya diri yang mulai pulih, serta motor yang semakin nyaman akan membantunya kembali mendekat ke barisan depan.

Bagnaia menyadari jalan menuju kemenangan tidak akan instan, tetapi baginya langkah kecil yang ia dapatkan di Hungaria jauh lebih berarti daripada sekadar angka di papan hasil.

Dengan semangat itu, ia berharap bisa tampil lebih baik di GP Catalunya yang akan datang, di sana Bagnaia memiliki riwayat yang bagus, meskipun podium terasa jauh untuk digapai, setidaknya dia punya bekal untuk kembali bersaing di sepuluh atau lima besar.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS