Hayuning Ratri Hapsari | Desyta Rina Marta Guritno
Davide Tardozzi (Instagram/@davidetardozziofficial)
Desyta Rina Marta Guritno

Musim ini, Pecco Bagnaia menghadapi situasi yang cukup pelik bersama Ducati. Sebagai juara dunia dua kali, publik pasti menaruh ekspektasi lebih kepadanya, mengingat bakat dan kemampuan yang dia miliki selama ini.

Namun kenyataannya, performanya di beberapa seri terakhir tidak sesuai dengan harapan, khususnya yang paling menuai sorotan ketika tampil di GP Austria pekan lalu.

Di sirkuit Red Bull Ring, lintasan yang biasanya menjadi makanan Pecco di musim-musim sebelumnya, justru menjadi biang kesulitan yang membuatnya tertinggal jauh dari pembalap lain.

Pecco memiliki selisih hingga 12 detik dari pemimpin balapan, Marc Marquez. Hasil itu jelas menjadi tamparan keras, baik untuk Pecco sendiri maupun tim.

Davide Tardozzi, Manajer Tim Ducati Lenovo, menyadari betul kondisi yang sedang dialami anak asuhnya tersebut. Ia menilai apa yang terjadi bukan semata karena Pecco kehilangan kemampuan, melainkan lebih kepada faktor adaptasi yang belum sepenuhnya yang membuatnya belum mampu menemukan kenyamanan dengan motor Desmosedici GP25.

Tardozzi menegaskan bahwa Pecco masih memiliki kapasitas untuk bersaing di barisan terdepan, hanya saja sekarang dia dan tim perlu bekerja ekstra keras untuk memahami di mana letak masalahnya serta bagaimana solusi terbaiknya.

Rasa frustrasi yang dirasakan Pecco pun sempat mencuat ke permukaan. Seusai balapan di Austria, ia mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka kepada media. Namun, beberapa hari kemudian, menjelang GP Hungaria, komentarnya itu ia tarik kembali.

Tardozzi sendiri justru melihat itu sebagai hal wajar, ketika hasil tidak sesuai target, kekecewaan menjadi hal yang tak bisa dihindari.

Meski begitu, Sang Manajer tetap memberikan dukungan penuh kepada Pecco. Ia menekankan bahwa dengan kualitas yang dimiliki, seharusnya Bagnaia bisa meraih hasil jauh lebih baik dan para teknisi Ducati telah berkumpul untuk menemukan solusi masalah Pecco.

"Kami sudah banyak bertemu dengan para teknisi. Gigi dan para teknisi mengadakan banyak pertemuan selama hari-hari itu untuk menganalisis mengapa hal itu terjadi karena itu bukanlah tempat yang pantas bagi Pecco karena bakat dan kemampuannya," ujar Tardozzi, dilansir dari laman Crash.

Bicara soal motor GP25, menariknya, hasil yang diperoleh tiga Ducati yang menggunakan motor terbaru tahun ini cukup kontras. Dari ketiganya, hanya Marc Marquez yang terlihat benar-benar nyaman dengan motor GP25.

Pembalap asal Spanyol itu bisa langsung beradaptasi dan menampilkan performa yang maksimal. Di sisi lain, Pecco Bagnaia dan Fabio Di Giannantonio masih tampak kesulitan untuk menemukan kecocokan dengan karakter motor tersebut.

Hal inilah yang memicu anggapan bahwa GP25 bukan motor yang bagus. Namun, Tardozzi dengan tegas membantah opini itu. Baginya, motor ini tetap kompetitif, hanya saja gaya balap Pecco dan Diggia tidak sepenuhnya cocok dengan karakteristiknya.

"Dalam beberapa hal, untuk kedua pebalap itu (Pecco Bagnaia dan Fabio Di Giannantonio), ya, sementara kami memimpin kejuaraan dengan 2025. Jadi, kami pikir motornya bagus, tapi mungkin tidak sepenuhnya cocok dengan gaya berkendara kedua pembalap Italia itu. Kita lihat saja nanti karena kami yakin akan menemukan jalannya," katanya

Singkatnya, perjalanan Pecco Bagnaia musim ini memang tidak mulus, tetapi Ducati tidak sepenuhnya melihat itu sebagai sesuatu yang negatif.

Justru sebaliknya, ini adalah tantangan yang akan menguji seberapa tangguh mereka sebagai tim dalam mengatasi masalah, apalagi Ducati telah dikenal sebagai tim terbaik di grid selama empat tahun terakhir.

Bagi Tardozzi, Pecco adalah pembalap yang layak mendapatkan dukungan penuh, karena hanya dengan itu ditambah rasa percaya diri, dia bisa kembali menjadi sosok yang kompetitif seperti yang pernah ditunjukkannya di musim-musim lalu.