Hayuning Ratri Hapsari | Rana Fayola R.
Pelatih Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg dalam konferensi pers menjelang laga. (kitagaruda.id)
Rana Fayola R.

Hasil imbang 0-0 antara Timnas Indonesia U-23 dan Laos dalam laga pembuka Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 meninggalkan kekecewaan mendalam. Pelatih Gerald Vanenburg menyoroti kurangnya efektivitas tim meski secara statistik Indonesia mendominasi pertandingan.

Lebih jauh, ia pun menyadari bahwa situasi ini bisa menjadi ancaman serius jika tidak segera dibenahi sebelum menghadapi lawan selanjutnya, yakni Makau.

Timnas Indonesia tampil dominan sejak awal pertandingan, bahkan menguasai bola hingga 83 persen. Namun dominasi tersebut tak membuahkan hasil manis. Dari 25 tembakan yang dilepaskan, hanya dua yang benar-benar mengarah ke gawang, menunjukkan betapa lemahnya lini serang dalam hal penyelesaian akhir.

Sementara itu, Laos bermain dengan pendekatan bertahan yang sangat disiplin. Tim lawan hanya mampu melepaskan satu tembakan tanpa ancaman berarti, namun berhasil memaksakan hasil imbang tanpa gol. Pertahanan rapat mereka, ditambah dengan performa luar biasa kiper Laos, menjadi batu sandungan bagi Garuda Muda.

Kekesalan tidak hanya datang dari bangku pelatih, tetapi juga dari para pemain. Kapten tim, Kadek Arel, secara terbuka mengungkapkan kekecewaannya kepada publik dan meminta maaf atas hasil mengecewakan tersebut. Ia menilai bahwa tim seharusnya bisa tampil lebih baik, terutama dalam menyelesaikan peluang.

"Pertama saya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, kita tahu juga Indonesia juga sedang berduka sekarang. Saya mewakili pemain, dan sekaligus saya sebagai kapten meminta maaf sebesar-besarnya pada seluruh masyarakat Indonesia karena kita gagal menang di pertandingan pertama," kata Arel sebagaimana mengutip Antara News, Kamis (4/9/2025).

Para suporter pun turut meluapkan rasa kecewa mereka, terutama terhadap para pemain depan yang dianggap tidak cukup tajam. Kritik tajam bermunculan di media sosial, banyak yang mempertanyakan kualitas serangan Timnas Indonesia yang tampak tumpul meskipun mencatat banyak peluang.

Gerald Vanenburg tak menutupi rasa frustrasinya terhadap hasil imbang tersebut. Ia menyebut bahwa tim tidak bermain sebagai satu kesatuan dan terlihat kehilangan ritme dalam mengeksekusi peluang. Hal ini sangat disayangkan mengingat ekspektasi besar dari laga kandang ini.

Pelatih asal Belanda itu juga mengungkap bahwa hasil buruk ini menegaskan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Ia menyinggung kemenangan besar atas Brunei Darussalam pada Kejuaraan ASEAN U-23 Juli lalu sebagai perbandingan, di mana Indonesia mampu mencetak banyak gol di babak pertama dan kedua.

Gerald Vanenburg Sadari Potensi Tantangan Timnas Indonesia Jika Gagal Taklukkan Makau

Setelah hasil imbang melawan Laos, Vanenburg langsung mengalihkan fokusnya ke pertandingan berikutnya melawan Makau. Ia menegaskan bahwa kemenangan wajib diraih, dan tidak sekadar menang, tetapi menang dengan mudah. 

"Kita harus menang dengan Makau. Kita harus menang dengan mudah. Dan jika kita tidak menang dengan mudah, maka kita akan memiliki masalah besar," tuturnya.

Ia menambahkan, "Kita harus menang lawan Korea Selatan. Tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang."

Makau memang bukan lawan yang terlalu kuat di atas kertas. Dalam pertandingan sebelumnya, mereka kalah telak 0-5 dari Korea Selatan. Namun, Vanenburg menegaskan bahwa tidak boleh ada ruang untuk meremehkan lawan. Kemenangan melawan Makau bukan hanya penting untuk menjaga asa lolos ke putaran final, tetapi juga untuk mengembalikan kepercayaan diri tim.

Vanenburg menambahkan bahwa jika Indonesia gagal meraih tiga poin dari laga melawan Makau, maka tekanan di laga pamungkas melawan Korea Selatan akan sangat besar. Mengingat Korea adalah juara Piala Asia U-23 tahun 2020, laga tersebut dipastikan menjadi tantangan tersendiri.

Vanenburg menyoroti pentingnya koordinasi dan visi bermain sebagai tim. Ia merasa bahwa lini serang terlalu terburu-buru dalam menyelesaikan peluang dan kurang tenang dalam mengambil keputusan akhir.

Di sisi lain, Vanenburg tetap memberi catatan positif terhadap usaha dan determinasi pemain, khususnya di babak kedua. Namun, menurutnya, upaya saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan eksekusi yang baik dan hasil nyata berupa gol.

Menyongsong laga kontra Makau, semua perhatian kini tertuju pada apakah Timnas Indonesia mampu menjawab tantangan dan tekanan dari pelatih dan publik. Momentum harus segera dikembalikan sebelum bertemu Korea Selatan yang jelas menjadi lawan terberat di grup ini.