Sekar Anindyah Lamase | Ancilla Vinta Nugraha
Potret Ferry Irwandi (Instagram/irwandiferry)
Ancilla Vinta Nugraha

Usai laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi, content creator Ferry Irwandi menyoroti kekacauan taktik Timnas Indonesia saat menghadapi Arab Saudi. Ia menilai permainan tim tanpa arah, lemah dalam rotasi, dan gagal mengantisipasi tekanan lawan.

Dalam unggahannya di akun Instagram @irwandiferry pada Kamis (9/10/2025), Ferry Irwandi menilai kekalahan Indonesia dari Arab Saudi bukan hal yang sulit diprediksi. Ia menyebut pola permainan tim lawan seharusnya bisa terbaca sejak awal.

“Bukan rocket science. Tonton aja tiga match terakhir Saudi. Tanpa nonton pun, cukup lihat heatmap-nya aja bisa kebaca,” tulis Ferry.

Menurutnya, Timnas terlihat kelabakan tanpa strategi penyeimbang untuk menghadapi tekanan dari kedua sisi lapangan. Ia menilai tim pelatih gagal menyiapkan counter strategy yang efektif.

Ferry juga menegaskan pendapatnya soal posisi pelatih. “Kalau gagal lolos Pildun, Kluivert harus ganti. Gak ada alasan mempertahankan dese,” ujarnya.

Pada unggahan di slide selanjutnya, Ferry juga menyoroti skema permainan Timnas yang dinilainya tidak berjalan dengan baik. Menanggapi pertanyaan netizen soal pola taktik Indonesia, ia menyebut tidak ada koordinasi dan struktur permainan yang jelas di lapangan.

“Gak ada second cover di half space. Double pivot lambat banget rotasi, ada kejadian Klok stay, Pelupessy ke 6, half space kanan kosong, masuk lah CAM mereka,” tulisnya.

Ferry menilai kondisi itu menggambarkan betapa lemahnya organisasi permainan Timnas. Ia menambahkan bahwa tidak ada skema apapun dalam pertandingan tersebut. 

Ferry juga menanggapi pertanyaan netizen yang menyinggung dugaan adanya “pemain titipan” dalam Timnas. “Berkaca beberapa pemain yang ga perform tapi tetap main 90 menit,” ujar salah satu netizen. 

Ia menilai, sulit untuk menyalahkan individu pemain karena akar masalahnya justru ada pada ketidakjelasan sistem permainan.

“Pun pemain bermain bagus semua, output dan outcomenya itu permainan seperti apa?” tambah Ferry.

Menurutnya, tanpa sistem yang jelas, performa pemain di lapangan tidak bisa dinilai secara objektif. “Kita gak tahu nih yang dikehendaki sistemnya sepak bola seperti apa, berusaha kontrol bola kah, transisi cepatkah? Bener-bener gak paham,” lanjutnya.

Ferry menegaskan bahwa evaluasi terhadap pemain hanya bisa dilakukan jika mereka memiliki peran yang jelas dalam sistem yang terstruktur.

“Kita bisa review pemain kalau mereka gak bisa jalani perannya supaya sistem jalan. Lah ini sistemnya apa?” tutupnya.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS