M. Reza Sulaiman | M. Fuad S. T.
Shin Tae-yong resmi ditunjuk jadi pelatih Ulsan HD FC. (Instagram/uhdfc_1983)
M. Fuad S. T.

Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, terkonfirmasi telah mengakhiri masa kebersamaannya dengan raksasa Liga Korea Selatan, Ulsan HD. Kabar ini cukup mengejutkan, mengingat ia baru saja bergabung.

Dilansir laman Suara.com, Rabu (15/10/2025), pelatih yang sukses menciptakan beragam sejarah saat menangani Pasukan Merah Putih itu dinilai gagal mengangkat performa klub, imbas dari permasalahan internal yang membekap tim.

Praktis, Shin Tae-yong yang mengikat kontrak dengan Ulsan HD per 5 Agustus 2025 lalu, hanya bertahan kurang lebih dua bulan saja. Ia hanya sempat mendampingi tim dalam 10 pertandingan.

Memang, kabar yang beredar menyatakan bahwa STY terlibat dalam permasalahan komunikasi dengan para pemain di Ulsan HD. Permasalahan tersebut pada akhirnya membuat performa tim menjadi anjlok dan membuat mereka tak bisa menaikkan peringkat di papan klasemen liga.

Namun, jika ditelaah lebih saksama lagi, ternyata ada alasan lain yang lebih fundamental yang menyebabkan mengapa STY gagal di Ulsan, meskipun dirinya terbilang sangat sukses saat menangani Timnas Indonesia.

Penyebabnya adalah barisan pemain yang dimiliki oleh Ulsan itu sendiri!

Sudah menjadi sebuah rahasia umum, jika seorang pelatih pasti akan membentuk tim dengan komposisi pemain yang sesuai dengan gaya bermain yang akan ia terapkan. Di mata seorang pelatih, memilih pemain bukan hanya berdasarkan pengalaman atau bahkan nama besar si pemain sekalipun, tetapi didasarkan pada kebutuhan permainan tim.

Dan hal inilah yang tidak didapatkan oleh mantan pelatih Timnas Korea Selatan tersebut saat menangani Ulsan HD.

Ketika ditunjuk menjadi pelatih pada bulan Agustus 2025 lalu, STY sendiri memang tidak memiliki banyak ruang gerak untuk melakukan perombakan pemain. Karena musim kompetisi sudah berjalan dan Liga Korea Selatan sedang tidak memasuki jendela transfer, maka mau tidak mau, Coach Shin dipaksa harus memanfaatkan pemain yang sudah ada.

Dan kita tahu, pada saat itu hingga saat ini, komposisi pemain yang dimiliki oleh Ulsan merupakan skuad warisan dari pelatih sebelumnya, Kim Pan-gon, yang juga baru saja dipecat oleh klub.

Besar kemungkinan, para pemain yang ditinggalkan oleh Kim Pan-gon tersebut tidak cocok dengan gaya permainan menekan dan transisi cepat yang diusung oleh Coach Shin. Sehingga, alih-alih semakin membaik, performa klub justru malah semakin kering dengan kemenangan.

Jadi, dalam pandangan saya pribadi, sebenarnya permasalahan yang membuat STY gagal saat membersamai Ulsan HD bukan semata karena permasalahan komunikasi saja.

Namun, juga karena minimnya pemain yang cocok dengan filosofi permainan dari sang pelatih. Ibaratnya, ia diminta memasak hidangan bintang lima, tapi bahan-bahan yang tersedia tidak sesuai dengan resepnya.