Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (pssi.org)
M. Fuad S. T.

Pasca pemecatan Patrick Kluivert dari kursi kepelatihan Timnas Indonesia, nama eks pelatih Shin Tae-yong kembali menggema ke ruang publik.

Tak hanya diteriakkan secara langsung di lapangan-lapangan pertandingan, ruang dunia maya pun dipenuhi dengan tuntutan kembalinya pelatih berkebangsaan Korea Selatan tersebut ke Skuat Garuda.

Tak cukup sampai di sana, bahkan menurut laman Suara.com (16/10/2025), para penikmat sepak bola nasional yang kini duduk di kursi parlemen pun menyuarakan hal yang sama terkait dengan kembalinya STY ke kursi kepelatihan Timnas Indonesia.

Tentunya hal ini menyisakan sebuah fenomena yang cukup unik, karena kita ketahui bersama, ketika menjabat sebagai pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong selama kurang lebih 5 tahun, STY sama sekali tak pernah memberikan gelar juara.

Paling mentok, eks pelatih Timnas Korea Selatan tersebut hanya mampu membawa Pasukan Merah Putih menjadi runner-up kejuaraan di regional Asia Tenggara. Itu saja. Tapi mengapa, publik pencinta sepak bola tanah air justru sangat merindukan kembalinya STY ke Timnas Indonesia?

Namun, bagi pendukung setia Timnas Indonesia yang menjadi saksi perjalanan Skuat Garuda sejak lama, kadar kesuksesan STY tentu tak hanya diukur dengan datangnya gelar juara. Namun jauh lebih mendalam daripada hal itu.

Selain mampu memberikan beragam pencapaian bersejarah baik di level Timnas senior maupun Timnas Indonesia kelompok umur, kehadiran STY di Pasukan Merah Putih juga memberikan banyak progres positif, terutama yang berkaitan dengan game plan maupun game play.

Meskipun kerap dituding menjalankan skema permainan defensif dan pragmatis, namun di bawah polesan STY, Timnas Indonesia berubah menjadi tim yang menjanjikan dan memiliki harapan untuk bisa bersaing dengan tim manapun yang mereka temui.

STY dengan segala pemahaman mendalamnya terhadap karakter para pemain Timnas Indonesia, bisa membangun skuat dengan potensi yang ada dan meramunya menjadi tim yang memiliki daya juang untuk terus bersaing di level manapun yang mereka ikuti.

Dalam pandangan para suporter Timnas Indonesia yang tidak fomo atau karbitan, Pasukan Garuda di era STY jauh memiliki karakter ketika bertanding. Konsep dan pola permainan yang mereka peragakan di lapangan sangat jelas, baik ketika bertahan maupun ketika membangun penyerangan.

Dan tak bisa dipungkiri, selain era kepelatihan Luis Milla di tahun 2017-2018 lalu, polesan STY di Timnas Indonesia turut membuat khalayak luas terhibur dengan peragaan-peragaan berkelas dari tim yang sebelumnya kerap hanya menjadi pemanis di turnamen mayor tersebut.

Bahkan, di era STY pula, menang dan kalah saat Timnas Indonesia bertanding tak menjadi sebuah patokan, karena hal itu sudah digantikan oleh beragam aksi yang menghibur selama 90 menit permainan berjalan.

Sehingga tak terlalu mengherankan jika pada akhirnya hal itu membuat publik sepakat untuk meneriakkan gema kembalinya Shin Tae-yong, meskipun sang pelatih belum memberikan satu gelar pun kepada Indonesia selama 5 tahun pengabdiannya. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS