Sekar Anindyah Lamase | Rana Fayola R.
Timnas Indonesia. (pssi.org)
Rana Fayola R.

Perdebatan mengenai PSSI dan perubahan target kelolosan Timnas Indonesia ke Piala Dunia, kembali mencuat setelah federasi sepak bola nasional itu beberapa kali mengubah arah maupun tenggat pencapaiannya. Bagi banyak penggemar, perubahan ini bukan hanya menimbulkan kebingungan, tapi juga memunculkan kekecewaan mendalam terhadap arah pembinaan sepak bola tanah air.

Awalnya saat periode awal kepemimpinan Ketua Umum Erick Thohir, PSSI menargetkan Indonesia bisa tampil di Piala Dunia 2026. Target itu dianggap cukup ambisius, mengingat Indonesia baru mulai membangun fondasi pembinaan sepak bola usia muda secara sistematis. Namun, kala itu, semangat publik sempat membuncah karena optimisme terhadap perubahan yang dijanjikan.

Tak lama berselang, target tersebut kembali direvisi menjadi Piala Dunia 2030. PSSI berdalih bahwa butuh waktu lebih panjang untuk membangun sistem sepak bola nasional yang kompetitif, mulai dari pembinaan usia muda, infrastruktur, hingga tata kelola kompetisi yang sehat.

Namun belum genap beberapa tahun berjalan, arah kembali berubah. Dalam konferensi pers terbaru pada Oktober 2025, Erick Thohir menegaskan bahwa blueprint atau peta jalan PSSI kini menetapkan fokus utama untuk membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2034 yang akan digelar di Arab Saudi.

Pernyataan Erick tersebut sekaligus menegaskan bahwa target sebelumnya, baik 2026 maupun 2030, kini tidak lagi menjadi prioritas. Ia menilai, target 2034 lebih realistis jika melihat kondisi pembinaan dan ekosistem sepak bola nasional yang masih dalam proses perbaikan.

Erick menjelaskan bahwa rencana jangka panjang ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penguatan akademi sepak bola di seluruh daerah, peningkatan kualitas pelatih lokal, hingga sinergi dengan pemain diaspora yang berpotensi memperkuat Timnas Indonesia.

Bagi sebagian pihak, alasan ini memang masuk akal. Membangun tim nasional yang benar-benar kompetitif memang memerlukan waktu panjang dan proses yang konsisten. Namun di sisi lain, publik menilai PSSI terlalu sering mengubah arah tanpa memberikan penjelasan yang transparan mengenai capaian dan evaluasi dari target sebelumnya.

Inkonsistensi PSSI Kecewakan Penggemar

Perubahan target yang berulang ini menimbulkan reaksi keras dari para pendukung setia Timnas Indonesia. Banyak suporter merasa bahwa PSSI tidak memiliki arah yang jelas dan konsisten dalam merancang masa depan sepak bola nasional.

Meski menghadapi kritik tajam, Erick Thohir menegaskan bahwa keputusan memfokuskan target ke Piala Dunia 2034 bukan bentuk inkonsistensi, melainkan penyesuaian realistis. Ia menyebut bahwa pembinaan pemain muda, integrasi pemain diaspora, dan perbaikan kompetisi domestik membutuhkan waktu minimal satu dekade agar hasilnya benar-benar terasa.

Namun bagi publik, alasan itu tidak sepenuhnya menenangkan. Banyak penggemar merasa kecewa karena mereka telah berharap besar pada target 2026 maupun 2030 yang sebelumnya digembar-gemborkan. Ketika target tersebut diundur lagi, rasa percaya terhadap rencana besar PSSI pun ikut tergerus.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS