Menjadi seorang pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah, melainkan tidak banyak yang berani untuk mengambil keputusan ini. Untuk dapat memahami makna dari kepemimpinan tersebut tentunya harus bisa mempraktikannya dalam kehidupan nyata. Seperti yang dikemukakan oleh Badeni bahwa kepemimpinan itu merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan (Badeni, 2013). Tidak hanya itu, Robbins dan Judge mendefinisikan bahwa kepemimpinan ialah suatu kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan (Judge, 2015).
Diperlukannya untuk merealisasikan keputusan tersebut karena antara teori dan juga praktik kadang perbedaannya sangatlah jauh. Pemimpin itu merupakan jabatan atau posisi yang dimiliki oleh seseorang dalam organisasi baik yang formal maupun non formal. Kebanyakan orang berpikir bahwa untuk menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki kriteria tertentu agar kepemimpinan mereka dihargai. Katakanlah misalnya harus memiliki kharisma, daya persuasi, intensitas, hingga pandangan untuk masa depan organisasi tersebut.
Dikatakan bahwa menjadi pemimpin bukanlah hal mudah, karena jika tidak menerapkan gaya kepemimpinan yang baik, maka hubungan dengan para pengikut atau karyawan pun tidak bisa berjalan lancar. Maka dengan ini, kinerja pegawai pun tidak akan bisa sesuai yang diharapkan. Salah satu kepemimpinan yang tidak jarang untuk direalisasikan ialah Kepemimpinan Kontemporer. Kepemimpinan Kontemporer dalam konsepnya memang sebuah proses antara pemimpin dan pengikut untuk saling mempengaruhi, sehingga bisa mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan juga mempunyai elemen kunci agar bisa meraih keberhasilan, adapun elemen tersebut di antaranya ada pemimpin dan juga pengikut, pengaruh, perubahan serta tujuan yang nantinya harus dicapai. Sebagai seorang pemimpin yang harus efektif dalam segala hal, tentunya harus bisa mempengaruhi para karyawan atau pengikut agar mampu berpikir demi kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan pribadi saja.
Di era modern ini, baik laki-laki maupun perempuan semuanya memiliki kesetaraan atau hak yang sama dan bisa menjadi seorang pemimpin. Zaman sekarang perempuan bisa menjadi apapun yang mereka inginkan, mereka juga memiliki hak dalam menjadi anggota masyarakat atau dalam hal berpolitik. Dapat dikatakan bahwa perempuan bisa saja masuk dalam dunia apapun yang mereka kuasai, misalnya saja dalam dunia politik, asalkan memiliki kapasitas serta kualitas akan hal tersebut. Selain itu tak lupa terhadap fungsi kodrati yang memang melekat dalam diri para perempuan.
Perlu diketahui bahwa dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014, dinyatakan jika kepala daerah dapat secara langsung dipilih oleh masyarakat, baik di kalangan gubernur, hingga bupati dan juga walikota. Pada kesempatan ini, Khofifah Indar Parawansa menjadi sorotan utama dalam membahas gaya kepemimpinannya, di mana gaya kepemimpinannya menggunakan metode ala pesantren. Khofifah Indar Parawansa menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur yang kini memberikan gaya baru dan juga berbeda. Di mana pada gaya ini beliau mengedepankan pola pemimpin layaknya yang biasa diterapkan pada pondok pesantren.
Hal ini disongsong dengan baik oleh para ASN hingga masyarakatnya. Kerap kali saat memberikan penyambutan dalam sebuah acara tertentu, Khofifah memakai beberapa istilah pesantren sekaligus menyertakan artinya. Hal ini membuatnya lebih berwibawa dan tak heran jika cukup disegani oleh masyarakat. Selain gaya kepemimpinan ala pesantrennya, mantan Menteri Sosial ini juga mengutip empat kriteria menjadi seorang pemimpin ala Imam Al Ghozali.
Konsep kepemimpinan tak hanya terhubung untuk diri sendiri, akan tetapi juga terhubung oleh banyak aspek. Khofifah memberikan terobosan baru, di mana menyatukan antara strategi politik yang beliau miliki dengan corak kepemimpinan yang beliau terapkan secara langsung, tak dipungkiri jika hal ini berhasil dilakukan dan beliau menjadi perempuan pertama yang mampu melakukannya. Saat Pilkada serentak di Jawa Timur pada tahun 2018 lalu, Khofifah memiliki strategi yang terbilang efektif melalui terbentuknya koalisi partai politik yang kokoh.
Selain itu, beliau juga melakukan strategi politik dengan cara memilih calon Wakil Gubernur dengan tepat, kemudian mencoba merebut dukungan melalui tokoh elit lokal. Khofifah juga tidak lupa untuk memanfaatkan jaringan perempuan di tengah adanya tren politik modern ini. Pada Pilkada yang terjadi tahun 2018 lalu, tidak dapat dielakkan jika perolehan suaranya dipengaruhi karena koalisi dukungan yang dibentuk bersama Pakde Karwo.
Tapi nyatanya bukan hanya itu saja, terdapat faktor lainnya yakni dari segi sosok kepemimpinan perempuan yang dilakukan oleh Khofifah Indar Parawansa membuat banyak kaum perempuan tergerak untuk mendukung dirinya pada saat itu. Beliau bisa menjadi pemimpin hingga saat ini dikarenakan strategi politiknya sangatlah tepat, tidak terlepas dari itu sosoknya sebagai pemimpin perempuan memang sangat dinantikan oleh sebagian besar kelompok perempuan Muslimat NU di provinsi Jawa Timur.
Sebagai pemimpin dan juga seorang perempuan, beliau berhasil dalam hal menorehkan sejarah bukan hanya pada tingkatan lokal saja, bahkan sampai ke tingkat nasional. Di samping itu, beliau juga bisa dijadikan sebagai role model bagi banyak perempuan bahwa agar bisa menjadi seorang pemimpin perempuan, maka harus berani menghadapi segala tantangan yang ada dan terus belajar agar bisa melakukan strategi dengan efektif dan tepat sasaran. Tentu dibalik itu semua niat dan tujuannya juga harus baik, di mana memang ditujukan agar para perempuan di seluruh Indonesia, khususnya di provinsi Jawa Timur, bisa mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya.
Kepemimpinan yang dilakukan oleh Khofifah Indar Parawansa jika dikaitkan dengan teori kepemimpinan kontemporer yang baru-baru ini dikembangkan, dapat berupa :
- Kepemimpinan transformasional, di mana merupakan pemimpin yang mampu menginspirasi para pengikut agar bisa melampaui kepentingan pribadi mereka, hingga kemudian dapat membawa dampak yang begitu luar biasa.
- Kepemimpinan karismatik, yang mana para pengikut pada akhirnya terpicu untuk melakukan hal-hal luar biasa akibat dari mengamati perilaku pemimpinnya.
- Kepemimpinan visioner, merupakan kemampuan pemimpin untuk menciptakan sekaligus mengartikulasi visi realistik, kredibel dan juga menarik bagi masa depan organisasi yang sedang tumbuh saat ini.
Seorang pemimpin haruslah menjadi sosok yang mampu melayani dengan menggunakan kata-kata, kehadiran fisik, dan juga gagasannya kepada para masyarakat. Sosok seperti inilah yang bisa dikatakan sebagai kepemimpinan kontemporer. Di era modern layaknya sekarang ini, masyarakat luas memang membutuhkan pemimpin dengan gaya kepemimpinan kontemporer.
Adapun gaya kepemimpinan kontemporer dapat ditemukan dalam Nawa Bhakti Satya yang mana merupakan gaya dari Khofifah Indar Parawansa. Contohnya saja, pengutamaan nilai hubungan antar manusia dan tanggung jawab semuanya terwujud dalam Jatim Sejahtera. Tujuannya ialah demi memberantas adanya kemiskinan, utamanya bagi para kepala keluarga perempuan yang dalam hal ini dianggap kurang mampu. Khofifah Indar Parawansa memiliki jiwa kepemimpinan yang visioner dan juga bertanggung jawab.
Salah satunya dapat dilihat dari tanggung jawab yang mencerminkan kesiapannya dalam hal menanggulangi pandemi Covid-19. Di mana beliau telah menyiapkan setidaknya 75 rumah sakit dan bantuan lainnya agar pasien maupun keluarga dari pasien Covid-19 bisa tetap bertahan dengan baik dan tetap tenang saat pandemi terjadi. Menjadi seorang pemimpin adalah hal yang sangat sulit, setidaknya harus menyiapkan diri apabila nantinya mendapatkan kritikan dari masyarakat, sebab sebertanggung jawab apapun seorang pemimpin, kadang masih ada saja yang tidak suka dan harus mampu mengatasi masalahnya dengan tenang.
REFERENSI
- Badeni. (2013). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
- Bayu, D. d. (2019, 12 10). Khofifah Raih Penghargaan Pemimpin Perubahan. Dipetik 06 02, 2021, dari Republika.id: https://www.republika.co.id/berita/q2ar8s354/khofifah-raih-penghargaan-pemimpin-perubahan
- Judge, R. d. (2015). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat .
- Kartini, K. d. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal Itu? Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Meilisa, H. (2020, 04 04). Antisipasi Puncak Penyebaran Corona, Pemprov Jatim Siapkan Skema Mitigasi. Dipetik 06 02, 2021, dari Detik News: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4965048/antisipasi-puncak-penyebaran-corona-pemprov-jatim-siapkan-skema-mitigasi
- Memontum. (2019, 02 27). Khofifah dan Gaya Kepemimpinan ala Pesantren. Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Artikel Terkait
-
Satu Tahun di Ducati, Marc Marquez Puji Kepemimpinan Gigi Dall'Igna
-
Surat untuk Presiden: Refleksi 10 Tahun dan Harapan Kepemimpinan Mendatang
-
Kepemimpinan Jokowi: Harapan di Tengah Tantangan
-
Ulasan Buku Leader for Life, Setiap Orang Bisa Menjadi Pemimpin
-
Refleksi Kepemimpinan Jokowi: 10 Tahun Membangun Negeri
Kolom
-
Generasi Alpha dan Revolusi Parenting: Antara Teknologi dan Nilai Tradisional
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
Terkini
-
PSSI Rilis 27 Nama Pemain Timnas untuk AFF Cup 2024, Ada Alumni PD U-17
-
Thom Haye Ungkap Cerita Lucu di Balik Gol Pertama Marselino Lawan Arab
-
Review Film Officer Black Belt, Kisah Kim Woo Bin dalam Menangkap Penjahat
-
Kini Bersaing di Level Benua, tapi Bukan Perkara Mudah bagi STY untuk Bawa Pulang Piala AFF 2024
-
Memasuki Arc Akihabara, Anime Demon Lord 2099 Merilis PV Terbaru