Setelah 76 tahun Indonesia merdeka, sejarah perebutan kekuasan dari tangan penjajah silam tidak bisa dilupakan begitu saja. Peran pahlawan dalam menumpaskan penjajahan sangatlah besar karena kesetiaan terhadap negara dan semangat perjuangan. Peperangan masa penjajahan juga tidak bisa dilepaskan dari penggunaan senjata. Dengan keterbatasan yang ada, bangsa Indonesia di masa lalu memilih untuk memanfaatkan senjata tradisional.
Senjata tradisional yang digunakan pahlawan ada beragam jenisnya. Hal ini diakibatkan oleh kekayaan suku dan tradisi di seluruh penjuru Nusantara. Kira-kira apa saja senjata tradisional andalan pahlawan yang pada akhirnya berhasil memperoleh kemerdekaan?
1. Keris
Hingga saat ini, Keris masih eksis di kalangan masyarakat Indonesia. Walaupun kerap dikaitkan dengan kegiatan berbau mistis, senjata tradisional yang berasal dari Jawa ini telah banyak membantu pahlawan menghadapi penjajah.
Orang Jawa menganggap Keris sebagai senjata dengan kekuatan magis nan sakral, sakti, dan juga suci. Bentuk matanya yang meliuk-liuk sengaja dibuat agar menyebabkan efek luka yang menyakitkan saat menembus kulit. Pada bagian gagangnya terdapat ukiran yang indah sehingga sekarang Keris menjadi pelengkap pakaian adat.
2. Rencong
Di Negeri Serambi Mekah, Aceh juga terdapat senjata tradisional dengan bentuk menyerupai perpaduan antara pisau dan keris. Rencong digunakan Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Teuku Umar, dan pahlawan lainnya untuk membuat para lawan menyerah.
Mata Rencong sedikit melengkung dengan gagang berbentuk seperti huruf ‘L’. Keseluruhan bodi Rencong memiliki panjang dengan kisaran 10 sampai 50 cm. Saat ini, rencong dijadikan sebagai jimat keselamatan atau benda pusaka oleh masyarakat lokal.
3. Golok
Golok menjadi senjata tradisional kebanggaan warga Jakarta, khususnya Suku Betawi. Golok terlihat seperti pisau dengan ukuran lebih besar. Pahlawan Kapten Pattimura dan Si Pitung dikenal menggunakan senjata ini untuk membuat penjajah bertekuk lutut.
Pada masa sekarang, Golok dipergunakan sebagai alat untuk seni bela diri. Selain itu, masih banyak masyarakat Suku Betawi yang menyimpan Golok di dalam rumah bahkan membawa kemana-mana dengan menyelipkan di pinggang. Golok juga dipakai sebagai alat untuk membantu berkebun ataupun urusan rumah tangga lainnya.
4. Celurit
Celurit selalu identik dengan masyarakat Pulau Madura. Senjata tradisional yang memiliki pola bilah melengkung seperti bulan sabit ini, telah banyak membantu pahlawan menghadapi penjajahan. Celurit memiliki persamaan dengan Arit, hanya saja ukurannya lebih besar.
Saat ini, Celurit lebih banyak digunakan untuk keperluan bela diri Pencak Silat dan juga aktivitas pertanian. Orang Madura menganggap Celurit sebagai simbol kebanggaan dan kepercayaan diri. Apabila berkunjung ke rumah orang Madura asli, akan mudah dijumpai Celurit sebagai pajangan di dinding.
5. Kurambiak
Kurambiak merupakan senjata tradisional yang berasal dari Suku Minangkabau, Sumatera Barat. Kurambiak nampak seperti versi mini dari Celurit khas Madura. Walaupun kecil, Kurambiak berhasil mengantarkan pahlawan memenangkan perlawanan.
Kurambiak juga dianggap memiliki bentuk seperti kuku macan dan sangat mudah dibawa. Nama senjata kebanggaan masyarakat Minangkabau ini semakin besar karena kemunculannya dalam film laga, The Raid. Hingga saat ini, Kurambiak telah merambah mancanegara seperti Filipina, Malaysia, serta beberapa negara di Benua Eropa.
6. Belati
Di sisi Timur Indonesia juga memiliki senjata tradisional, yaitu Belati. Masyarakat Papua menggunakan tulang kaki Kasuari yang diruncingkan bagian ujungnya dan diberi hiasan bulu-bulu. Bentuk indah Belati cukup mengecohkan lawan, tetapi rasa sakit yang ditimbulkan ketika tertancap pada tubuh tidaklah tertahankan.
Hiasan pada gagang Belati tidak hanya dibuat dari bulu Kasuari, tetapi juga ada ukiran, anyaman kulit kayu, dan juga kerang. Belati pertama kali diperkenalkan oleh Suku Asmat. Zaman dahulu, Belati juga dipercaya untuk ritual pengorbanan nyawa atau pembunuhan. Namun, untuk saat ini beralih fungsi sebagai senjata yang membantu dalam perburuan.
7. Sumpit
Jangan berpikir bahwa Sumpit yang dimaksud ialah alat makan dari Asia Timur. Sumpit disini adalah senjata tradisional Suku Dayak, Kalimantan Utara. Panjang Sumpit berkisar antara 1,5 sampai 2 meter. Dengan daya jangkau hingga 200 meter.
Sumpit kerap dianggap sebagai senjata ‘hantu’ karena kemunculannya yang cenderung tidak diketahui dan seketika lawan menjadi tumbang. Cara menggunakan Sumpit, yaitu dengan memasukkan anak Sumpit pada lubang Sumpit dan kemudian meniupnya. Keampuhan Sumpit terletak pada ujung anak Sumpit yang mengandung racun dari getah pohon iren atau pohon ipuh. Keunikan Sumpit di masa sekarang, tidak hanya digunakan untuk berburu, tetapi sebagai mahar atau mas kawin.
Bambu Runcing kerap dianggap sebagai salah satu senjata tradisional yang populer. Senjata ini tergolong sederhana karena hanya membutuhkan bahan baku, yaitu bambu yang diruncingkan. Namun dampak berupa rasa sakit yang ditimbulkan bisa mengakibatkan kematian.
Belum ada sejarah pasti yang menunjukkan asal mula Bambu Runcing. Tetapi diketahui bahwa K.H. Subkhi selaku guru spiritual Jenderal Soedirman yang dikatakan pertama kali memperkenalkan Bambu Runcing. Sebelum digunakan, Bambu Runcing didoakan terlebih dahulu oleh K.H. Subkhi sehingga memiliki unsur magis. Akibat doa-doa yang dipanjatkan ini, diyakini sebagai penyebab keberhasilan perang melawan penjajah.
Itulah 8 senjata tradisional yang digunakan masyarakat Indonesia dalam menghadapi penjajahan. Sesungguhnya masih ada banyak lagi senjata lainnya dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Kreativitas masyarakat Indonesia di masa lampau dengan menciptakan berbagai senjata tradisional perlu diapresiasi. Karena merekalah, sekarang kita bisa merasakan kemerdekaan.
Baca Juga
-
Bekerja sebagai Quality Control, Harus Mengenal Training GMP dan HACCP
-
Bukan Hanya Soal Kedewasaan, 5 Alasan Sebaiknya Jangan Sering Update Status
-
Hidup Semakin Hemat, 5 Peralatan yang Wajib Dimiliki Anak Kos
-
Sebelum Kuliah, Ketahui 4 Jenis Tugas yang Biasa Dikerjakan Mahasiswa
-
5 Buku yang Wajib Kamu Baca Ketika Memasuki Fase Quarter Life Crisis
Artikel Terkait
-
Tugu Keris Siginjai, Destinasi Wisata Ikonik di Tengah Kota Jambi
-
Keris Single Malt Cetak Rekor MURI, Ramaikan Pasar Bisnis Whisky Indonesia
-
Sinopsis Film Pusaka, Angkat Legenda Keris Mpu Gandring yang Tayang Hari Ini!
-
5 Arti Mimpi Menemukan Keris dan Memegangnya
-
10 Remaja Diamankan Saat Hendak Perang Sarung di Cianjur, Polisi Sita Batu Hingga Sajam
Kolom
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua