Saat ini, banyak sekali berseliweran pandangan, opini, hingga seruan motivasi yang menganggap sekolah atau pendidikan secara keseluruhan tidak menjamin bisa seseorang menuju titik kesuksesan.
Dari pengalaman pribadi orang-orang tertentu, didapati bahwa mereka bisa menjadi sukses saat ini dengan deretan nilai, sikap, karakter yang bisa dibentuk dan terus menerus dilakukan.
Adapun karakter yang dimaksud seperti disiplin, kerja keras, gigih, ulet, tekun, penuh gairah dan passion, sikap totalitas, militan, mau belajar, hingga segudang nilai-nilai khas yang berbeda satu sama lain.
Kemudian ada yang menyimpulkan secara dini, bahwa sekolah dan pendidikan tidak begitu berperan. Pasalnya, ada pribadi dan individu tertentu yang tidak mengenyam bangku sekolah, namun memiliki nilai-nilai unik dan khas seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Orang itu kemudian mendapatkan pencapaian gemilang dari sikap dan nilai yang mengkristal tersebut.
Memang benar dan terbukti bahwa segudang sikap yang dikembangkan itu berpengaruh banyak dalam mengantarkan maupun mengentaskan seseorang untuk bisa menjadi sukses seperti diharapkan.
Namun secara subyektif, sekolah dan pendidikan tetaplah penting, walau tidak utama. Sekolah dan pendidikan seharusnya tetap diupayakan walaupun bukanlah segala-galanya.
Dengan bersekolah memang tidak serta merta akan menjatuhkan emas dari langit di atas piring makan kita. Namun sedikit banyak mengubah dan mematangkan cara berfikir, cara melihat sesuatu, cara mengambil solusi, dan juga cara bertindak seseorang untuk lebih sukses.
Ambil contoh, seorang sarjana peternakan tentu akan banyak memahami bagaimana mengatur komposisi pupuk, kandungan vitamin, menjaga kesehatan hewan ternak, hingga memiliki metode tersistem dan terukur. Hal itu agar hewan ternak memiliki kualitas daging yang baik serta laris dijual di pasaran.
Begitu pula seorang sarjana komunikasi, akan memiliki teknik, konsep dan metode terstruktur agar isi pesan yang dibicarakan mudah diterima maupun ditangkap makna serta maksudnya dengan lebih jelas.
Begitu pula dengan mereka yang menjadi sarjana ekonomi. Mereka akan mudah mengatur keuangan agar lebih efisien, pintar memilih barang yang lebih ekonomis, bahkan mengatur tindakan yang membawa keuntungan berlipat ganda dari usaha yang dikeluarkan.
Begitu pula dengan mereka sarjana teknik. Di mana mereka bisa mengetahui cara gerak mekanika, memiliki cara berfikir tersistem dan logis untuk bisa memperbaiki sesuatu. Ini semua tidak akan didapatkan oleh mereka yang sama sekali tidak mengenyam sekolah dan pendidikan di bidang bidang tersebut.
Dengan demikian, daripada kita tenggelam dalam pro kontra apakah sekolah itu penting atau tidak penting, lebih baik jika menemukan terobosan lain.
Kita bisa menjadikan sekolah dan pendidikan sebagai salah satu amunisi dan atribut peralatan ‘perang’, agar bisa memenangkan pertempuran.
Dalam hidup, kita memang harus membangun karakter pekerja keras, menumbuhkan etos daya juang tinggi, membentuk energi positif, memperbaiki attitude, menajamkan pola pikir positif, dan mengembangkan sikap disiplin serta kreatif,
Dengan menajamkan keahlian dan kompetensi, tentu jiwa kita akan semakin kaya. Hal itu perlu dilengkapi dengan menempa diri lewat belajar, bersekolah, dan mendalami pendidikan. Kombinasi dari perangkat atribut ini, toh tidak sedikitpun membawa rugi bagi diri. Namun justru akan mendapatkan keuntungan kelak di kemudian. (NATA)
Baca Juga
Artikel Terkait
Kolom
-
Mind Games dalam Dunia Konsumtif: Kenapa Kita Gampang 'Tertipu' Promosi?
-
Fenomena Fatherless: Krisis yang Mengintai Anak-Anak Indonesia, Dimulai dari Gerbang Sekolah
-
FOMO Tren Olahraga Gen Z: Sehat Beneran atau Sekadar Gaya di Media Sosial?
-
Swipe, Checkout, Nyesel: Budaya Konsumtif dan Minimnya Literasi Keuangan
-
Pacu Jalur Viral, Warisan Budaya Kita Terancam Dicuri?
Terkini
-
Onimusha: Way of the Sword, Kebangkitan Epik Setelah Dua Dekade Vakum
-
4 HP dengan Sensor Kamera SONY Mulai 3 Jutaan, Hasil Foto Bening Maksimal!
-
Olivia Rodrigo dan Louis Patridge Ajak Fans Donasi Palestina di Instagram
-
Meski Berpesta 8 Gol, namun Hasil Laga Indonesia vs Brunei Bisa Jadi Tak Akan Dihitung
-
Ulasan Novel How to Slay at Work: Rahasia Kelam Bos yang Terlihat Sempurna