Pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.
Masyarakat Indonesia pada umumnya mengartikan pahlawan sebagai orang yang merebut kemerdekaan, padahal sesuai dengan pengertian pahlawan, dapat disimpulkan bahwa pahlawan bukan hanya berlaku untuk para pejuang, tapi juga untuk semua orang yang berani dan rela melakukan pengorbanan untuk membela kebenaran.
Marsan Susanto, seorang mantan kusir delman, yang terketuk pintu hatinya untuk mendirikan sebuah yayasan yang menampung dan menyembuhkan orang-orang terlantar dengan gangguan kejiwaan.
Yayasan yang diberi nama Yayasan Al Fajar Berseri tersebut berlokasi di daerah Tambun Selatan Bekasi. Yayasan tersebut berisi 351 orang dengan gangguan kejiwaan, dengan rentang usia mulai dari 9 thn hingga usia lanjut, serta dibantu 17 perawat dan pengasuh yang beberapa diantaranya adalah penderita gangguan jiwa yang telah sembuh.
Marsan Susanto mulai terketuk pintu hatinya saat dia bertama kali bertemu dengan seorang penderita gangguan kejiwaan yang sedang menyantap sebungkus nasi penuh lalat di dekat tempat pembuangan sampah, hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawa ODGJ yang ditemuinya itu pulang ke rumah dan merawatnya.
Meski perbuatannya tersebut membuat bingung keluarga dikarenakan kondisi keuangan mereka yang juga sulit, akan tetapi Marsan Susanto tak menyerah, dia meyakinkan bahwa apa yang dilakukannya bukanlah sesuatu yang buruk dan terbukti dengan sembuhnya ODGJ tersebut dalam waktu tiga bulan.
Tahun 1992 hingga 2005 Marsan berjuang mengumpulkan uang dari pekerjaannya menjadi kusir delman untuk membangun panti rehabilitasi untuk para penderita gangguan jiwa yang terlantar di jalanan atau yang tak lagi diterima keluarganya.
Bukan hanya secara materi, halangan dan permasalahan pun datang dari orang-orang disekitarnya yang menentang niat baik Marsan karena menganggap hal itu tidak lazim. Namun Marsan tak pernah patah semangat, rasa kemanusian membuatnya melakukan segala cara agar bisa mengobati dan memberi kehidupan yang layak bagi para ODGJ yang tinggal di yayasannya, termasuk menjual kuda kesayangan yang merupakan satu-satunya sumber mata pencahariannya agar tetap bisa memberi makan ODGJ di yayasannya.
Marsan melakukan berbagai pembinaan fisik dan mental terhadap ODGJ di yayasannya dengan cara pendekatan dan pelayanan sehingga ODGJ tersebut merasa merekapun layak diperlakukan seperti manusia pada umumnya hingga akhirnya mereka sembuh dan dapat hidup normal.
Artikel Terkait
Kolom
-
Meneropong Tantangan dan Solusi Literasi Perpajakan bagi Freelancer Digital
-
Brownies, Skripsi, dan Luka Kecil di Tubuh Integritas
-
Menggugat Ironi Fantasi Sedarah dan Darurat Ruang Digital bagi Anak
-
Kondangan Akademik dan Hutang Sosial yang Tak Tertulis
-
FOMO Literasi: Ketika Membaca Berubah Jadi Ajang Pamer dan Tekanan Sosial
Terkini
-
Jelang Ronde Keempat Kualifikasi, Timnas Indonesia Dapatkan Warning dari Legenda Timnas Irak
-
Review Film Short Term 12: Luka Enggak Terlihat, dan Harapan yang Tumbuh
-
Tak Ingin Pensiun, Steven Spielberg Mau Coba Garap Film Bergenre Western
-
Bukan Hanya GP25, Sprint Race Juga Masih Jadi PR Pecco Bagnaia Musim Ini
-
Soroti Performa Pemain Naturalisasi, Pelatih Timnas Putri Indonesia Berikan Kritik!