Arsitektur WebGIS merupakan kumpulan komponen yang saling melengkapi dalam menjalankan programnya. Pada dasarnya arsitektur WebGIS sama seperti web biasa namun ada beberapa tambahan komponen khusus yang menjadikannya berbeda (Arifin, 2019).
Adapun cara kerja WebGIS dimulai ketika klien meminta permintaan ke WebGIS server melalui aplikasi klien berupa peramban baik menggunakan mobile ataupun desktop via HTTP, kemudian selanjutnya server web meneruskannya ke Web GIS server selanjutnya WebGIS server akan meminta data dari server basis data SIG (GIS Geodatabase Server).
Apabila data sudah lengkap maka server GIS dapat melakukan berbagai fungsi yang diminta oleh klien seperti menampilkan peta, analisis dan yang lainnya. Secara umum arsitektur WebGIS dapat dikategorikan dengan tiga komponen utama yaitu :
1. WebGIS Server
Bagian ini merupakan komponen utama dalam perancangan WebGIS karena komponen ini memiliki fungsi yang berbeda dengan komponen web pada umumnya. Salah satu contohnya adalah GeoServer. GeoServer merupakan server yang paling populer digunakan karena sifatnya yang gratis dan terbuka yang didukung dengan bahasa java.
Beberapa keunggulan dari fitur-fitur yang terdapat di GeoServer adalah (1) Mendukung banyak format file data spasial, (2) dapat menampilkan peta spasial dalam browser dengan berbagai format, (3) GeoServer telah menerapkan dan mengikuti standar-standar OGC seperti WMS, WFS, dan WCS, (4) fitur keamanan yang sudah terintegrasi dengan GeoServer, (5) terdapat fitur caching yang dapat mempercepat dan mengoptimalkan pengiriman peta.
2. GIS Geodatabase Server
Bagian merupakan komponen tempat berlangsungnya manajemen dan tempat menyimpanan data SIG. Contoh basis data SIG yang populer digunakan adalah MySQL dan PostgreSQL. Kedua geodatabase tersebut memiliki berbagai fitur dan sistem yang saling terintegrasi. Keunggulan lainnya adalah MySQL bersifat terbuka kecepatan dalam membaca data serta memiliki safety yang tinggi. Adapun PostgreSQL merupakan geodatabase yang terpercaya dan stabil serta dapat menampung jumlah data yang sangat besar.
3. Klien WebGIS
Komponen ini berfungsi sebagai penghubung antara pengguna atau user untuk melakukan interaksi dengan sebuah aplikasi WebGIS. Selain itu juga sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan seperti analisis, editing dan lainnya. Klien WebGIS yang paling banyak digunakan adalah peramban (browser). Keunggulannya selain mudah juga browser memungkinkan user untuk tidak harus menginstal atau memasang aplikasi lain untuk dapat mengakses WebGIS tersebut.
Contoh WebGIS
Salah satu contoh WebGIS yang memiliki arsitektur pengembangan web seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya adalah Sistem Informasi kebencanaan Kabupaten Sleman, provinsi Jogjakarta yang dapat diakses melalui alamat https://kebencanaan.slemankab.go.id/
Sistem WebGIS ini terdiri dari Pelaporan, pengolahan dan informasi yang di jabarkan dalam aplikasi Sleman Disaster Information System (SDIS), WebGIS Kebencanaan dan Sleman Disaster Information Network (SDIN). SDIS merupakan aplikasi utama, WebGIS adalah pengembangan olah data dari SDIS serta SDIN selaku supporting informasi dari SDIS.
WebGIS Kebencanaan memvisualisasikan data kebencanaan dalam bentuk data spasial yang terkoneksi dengan geoportal.slemankab.go.id (BIG, 2019). Arsitektur pengembangan web menggunakan GeoServer sebagai WebGIS Server, MySQL dan PostgreSQL sebagai GIS Geodatabase Server dan browser sebagai Klien WebGIS.
Daftar Rujukan
Arifin, D. (2019). Pengenalan WEB GIS Menggunakan Geoserver. CV Cendekia Press.
Bandan Informasi Geospasial. (2019). 27 inovasi pemanfaatan informasi geospasial 2019 (Suprajaka (ed.). Badan Informasi Geospasial. https://books.google.co.id/books?id=5l6XzQEACAAJ
Baca Juga
-
Sayang Pada Buku Bukan Berarti Pelit: Memahami Hati Seorang Bibliotaph
-
Book-Bosomed: Membawa Buku ke Mana-Mana Bukan soal Pamer
-
Review Buku The Cup of Coffee, I Love You Dad: di Balik Diamnya Sosok Ayah
-
Bibliosmia: Mencium Aroma Buku adalah Ritual Bagi Pencinta Literasi
-
Review Buku Nanti Juga Sembuh Sendiri: Ketika Buku Bisa Menjadi Teman Baik
Artikel Terkait
Kolom
-
Meme In This Economy dan Kenyataan Pahit Hidup di Tengah Ketimpangan
-
AI dan Ekspektasi Emosional: Siapa yang Mengendalikan Siapa?
-
Paradoks Solo Leveling: Mengapa A-1 Pictures Rugi di Puncak Popularitas?
-
Scrolling Medsos Bikin Brain Rot: Buku Hadir Sebagai Pengalih yang Sehat
-
Pembangunan Hilir vs Pembangunan Hulu: Benarkah Desa Ikut Sejahtera?
Terkini
-
Sedot 31 Ribu Fans, RIIZE Sukses Buka Konser Solo RIIZING LOUD di Seoul
-
Ikon Wi-Fi di Windows 11 Ngilang? Tenang! Ini Cara Mengembalikannya
-
Piala Presiden 2025 dan Ironi Kualitas Persepakbolaan Indonesia di Laga Persib Bandung vs Port FC
-
4 Inspirasi Gaya Simpel ala Yuqi I-DLE yang Bikin Penampilan Tetap Stylish
-
Cetak Rekor Lagi, F1 Jadi Film Apple Pertama yang Tembus 250 Juta Dolar