Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Fachry Fadillah
Ilustrasi buku-buku bacaan (pexels)

Bahasa Indonesia, apa yang pertama kali terlintas di benak kalian ketika mendengar kata 'Bahasa Indonesia'? Mungkin beberapa atau sebagian dari kalian akan teringat "suatu bahasa yang sehari-hari digunakan sebagai alat komunikasi."

Ya, hal itu sangatlah tepat. Karena fungsi dari suatu bahasa ialah untuk berkomunikasi, dengan orang yang juga memakai bahasa yang sama. Lalu apakah suatu bahasa, yang telah kita kenal, akan tetap seperti itu dan tidak menghendaki pembaharuan? Dan apakah bahasa yang kita gunakan hari ini masih akan digunakan oleh anak-cucu kita pada seratus tahun yang akan datang?

Selain sebagai alat komunikasi, suatu bahasa juga memiliki fungsi yaitu sebagai salah satu ciri khas sebuah bangsa. Sebab banyak sekali bangsa di dunia ini yang masih menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa serumpunnya, dengan artian tidak mampu menciptakan sendiri bahasanya. Kita perlu bersyukur memiliki Bahasa Indonesia, bahasa yang kita pakai sebagai bentuk dari kekayaan bangsa Indonesia.

Berbicara tentang bahasa, pasti ada kaitannya dengan karya sastra. Bagaimana tidak? Karya sastra adalah suatu karya seni yang bersinggungan langsung dengan bahasa. Coba kalian cermati, apakah ada karya sastra di dunia ini yang tidak menggunakan suatu bahasa? Tentu saja tidak ada. Dan kalaupun ada, pasti layak diperdebatkan. Sebab sastra tak bisa hidup tanpa adanya bahasa yang digunakan. 

Ada banyak pengaruh karya sastra bagi berkembangnya suatu bahasa, dan di sinilah letak pembaharuan tersebut. Para sastrawan ataupun penyair, berlomba-lomba memanfaatkan bahasa untuk karya-karya mereka. Alhasil dari penciptaan karya mereka, Bahasa Indonesia menjadi berkembang cakupan isinya. Lalu siapa saja penyair-penyair yang berpengaruh dalam perkembangan Bahasa Indonesia?

Berikut 5 penyair yang sukses memberikan warna baru dalam Bahasa Indonesia:

1. Chairil Anwar

Siapa yang tidak kenal dengan sosok Chairil Anwar? Sejak duduk di bangku SMP bahkan SD, sosok Chairil Anwar sudah kita kenal dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengaruhnya yang mendobrak ketatabahasaan Melayu lama (yang digunakan saat itu), membuat ia dijuluki sebagai pelopor Angkatan '45.

Selain itu, karya-karya sastra yang ditulisnya pun dianggap masih relevan hingga saat ini. Bahasa yang digunakan olehnya tidak selalu berkaitan dengan bahasa yang ada pada zamannya. Artinya, ia tidak selalu menggunakan bahasa yang ada pada zamannya, dan sesekali keluar dari 'zona bahasa' untuk menciptakan penggayaannya yang baru. 

2. Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono merupakan seorang penyair yang sangat masyhur di kalangan pecinta sastra, khususnya anak muda. Lewat sajak-sajaknya yang sederhana, beliau berhasil 'menyihir' pembacanya untuk kemudian membawanya ke dalam sajak-sajaknya. Sajak-sajaknya bisa dibilang sederhana, tidak menggunakan penyampaian yang berbelit-belit.

Namun dibalik kesederhanaan penyampaiannya itu, beliau berhasil menyajikan kekayaan kosa kata Bahasa Indonesia yang jarang diketahui oleh khalayak. Meskipun memiliki perbendaharaan kosa kata yang luas, beliau tetap menggunakan kosa kata yang paling tidak masih relevan dipakai oleh masyarakat pada umumnya.

Dengan tujuan agar masyarakat Indonesia bisa mempertahankan bahasanya, dan agar masyarakat Indonesia segera menyadari bahwa Bahasa Indonesia amatlah unik untuk dipelajari.

3. Joko Pinurbo

Pilihan diksi yang digunakan oleh penyair yang satu ini bisa dibilang unik. Bagaimana tidak? Hampir dari seluruh puisinya mungkin hanya bertemakan hal-hal yang sederhana, tetapi bisa memunculkan 'efek' yang luar biasa.

Salah satu judul puisinya ialah 'celana'. Dari hal sesederhana itulah ia kemudian mengembangkan kata dan bermain-main dengan bahasa. Tertarik untuk membaca puisinya yang sederhana sekaligus luar biasa? 

4. Afrizal Malna

Afrizal Malna merupakan seorang penulis puisi, penulis naskah teater, juga penggiat seni rupa. Dalam puisi-puisinya, Afrizal Malna cenderung 'mengotak-ngatik' bahasa sehingga bahasa itu sendiri menjadi sedikit bergeser unsur gramatikalnya, atau dengan kata lain menjadi berbeda susunan ketatabahasaannya. Kalian tertarik untuk membaca karya-karya beliau? 

5. Sutardji Calzoum Bachri

Penyair yang satu ini dijuluki oleh para sastrawan di kalangannya sebagai 'Presiden Penyair Indonesia' karena kepiawaiannya dalam menggubah puisi menjadi mantra. Ada keunikan lain di dalam puisi-puisinya, selain menjadikan puisi sebagai mantra, yaitu dalam puisinya ia mampu memanfaatkan berbagai macam kosa kata dalam Bahasa Indonesia sehingga menjadi unik susunan kalimatnya. 

Itu tadi merupakan ulasan mengenai beberapa penyair yang sukses memberikan corak atau warna ke dalam Bahasa Indonesia. Karena bagaimanapun, Bahasa Indonesia amatlah luas dan amatlah kaya untuk bisa diteliti lebih dalam. Sekian ulasan dari saya, kurang lebihnya mohon maaf dan terima kasih. 

Fachry Fadillah