Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Yunita Purnamasari
Generasi muda transfer ilmu literasi digital kepada generasi tua. (iStock/multigeneration)

Seringkali saya mendapati seseorang di sebuah grup WA memposting sesuatu yang itu telah digulirkan oleh lebih dari beberapa orang. Terbukti postingan serupa juga muncul di grup WA yang lain. Saya iseng mengamati siapa yang selalu memposting berita atau narasi yang telah banyak diteruskan oleh orang lain itu.

Ternyata mereka yang terbiasa memposting adalah generasi berusia enam puluh tahun ke atas. Sementara saat ini sedang maraknya edukasi tentang pentingnya literasi digital. Lalu, perlukah mereka mendapatkan edukasi tentang literasi digital?

Sebenarnya, apakah literasi digital itu? Saya mencoba merangkum dari berbagai sumber bahwa literasi digital merupakan kemampuan seseorang dalam hal memahami digital dalam hal ini gawai, menggunakannya dengan tepat dan mampu mengambil manfaat darinya. Sebagai contoh mesin pencarian.

Siapa yang tak mengenal mesin pencari di internet? Hampir semua kalangan mengetahui. Namun, tidak semuanya dapat memahami fungsi dari mesin pencarian tersebut.

Jika kaum lansia mengetahui manfaat dari mesin pencarian di internet itu, tentunya tak akan mudah memposting sesuatu yang tersebar dari satu grup WA ke grup WA yang lain. Masih ingat di awal pandemi lalu pada 2020? Berseliweran berita di grup WA yang intinya pandemi ini merupakan buatan manusia.

Kemudian, berita vaksinasi yang muncul secara masif di grup WA bahwa mengandung chip yang akan merekam semua aktivitas manusia. Sehingga orang-orang ketakutan dan menolak vaksin. Dan ragam narasi lainnya yang entah siapa yang memulai menulis dan mengirim di grup-grup WA itu.

Mungkin bagi mereka yang telah terbiasa membaca berita, tentu akan cepat memvalidasi postingan di grup WA. Mencari kebenaran dan menahan diri untuk tidak meneruskan postingan. Akan tetapi, apakah mudah untuk mengedukasi kaum lansia bahwa apa yang diposting itu tidak benar, misalnya? Bagaimana caranya agar kaum lansia dapat memahami manfaat mesin pencari sebagai salah satu media untuk mencari kebenaran berita?

Saya sendiri belum menemukan teknik yang tepat. Biasanya jika menemukan postingan yang salah (setelah saya validasi) segera saya posting berita yang benar. Tetapi keberanian itu hanya saya lakukan pada grup WA keluarga.

Sangat tidak adil jika memukul rata semua lansia berlaku demikian terhadap postingan. Banyak juga mereka yang sangat teliti dan hati-hati membaca dan mencari kebenarannya secara mandiri maupun dengan bertanya kepada kerabatnya perihal valid tidaknya sebuah berita. Tugas kerabatnyalah yang mengedukasi bagaimana cara mengetahui apakah sebuah narasi (berita) itu benar adanya ataukah kebohongan belaka.

Kerabat yang baik akan menebar kebaikan yang bermanfaat bagi sekitarnya, khususnya bagi keluarga besarnya. Memberi informasi cara memvalidasi sebuah postingan, serta menunjukkan penggunaan media sosial sebagai sarana hiburan dan edukasi.

Tak luput juga pentingnya mengenalkan aplikasi belanja online dan masih banyak lainnya. Mungkin tak dapat sehari selesai untuk sebuah edukasi literasi digital bagi lansia. Pendampingan secara intensif akan membawa keberkahan bukan hanya bagi lansia itu sendiri tetapi bagi kerabatnya.

Pepatah usang mengatakan semua bisa karena terbiasa. Demikian juga halnya dengan literasi digital. Semakin sering keep in touch dengan gawai, semakin memahami dunia internet dan beragam aplikasi yang tersedia.

Semakin sering yang muda mentrasfer ilmu literasi digitalnya kepada lansia di sekitarnya, semakin banyak lansia yang tak lagi gagap dan latah terhadap postingan di grup WA, maka semakin bijaklah mereka menerima informasi yang menyeruak bebas di sela-sela waktunya.

Yunita Purnamasari