Kasus perundungan kerap terjadi bukan saja di lingkungan sekolah atau lingkungan kerja. Bahkan dalam ruang lingkup kecil sekalipun kerap terjadi kasus seperti ini. Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai perundungan, kita harus memahami lebih dulu apa itu perundungan. Dikutip dari KBBI, perundungan berarti proses, cara, perbuatan merundung.
Perundungan sendiri bisa dalam berbagai bentuk. Bukan hanya kekerasan secara fisik, tetapi juga secara psikis. Seiring perkembangan teknologi, kasus perundungan semakin meluas. Kasus perundungan yang dulunya berupa kekerasan fisik mau pun secara lisan, yang mana dilakukan secara langsung terhadap korban, kini beralih pada perundungan lewat media sosial.
Tak sedikit korban yang mengalami gangguan psikis akibat perundungan yang mereka alami. Bahkan ada beberapa korban yang mengakhiri hidup karena beratnya tekanan yang mereka terima dari publik. Jika perundungan tersebut sampai memakan korban, siapa yang bertanggung jawab? Haruskah pihak berwajib menelusuri dan menginterogasi semua pelaku perundungan yang terjadi?
Sekalipun memungkinkan, hal ini tentu tidak akan memberi dampak yang besar bagi para korban di luar sana. Setiap hari masih saja ada hal serupa yang terjadi seakan-akan tidak ada konsekuensi dari perbuatan tersebut.
Apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan menghentikan kasus seperti ini? Semua dimulai dari diri kita sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat. Kita perlu menanamkan di dalam diri kita bahwa apa yang terjadi pada orang lain, selagi itu tidak memberi dampak negatif pada kita, jangan terlalu ringan tangan untuk mengetikkan kalimat hujatan yang akhirnya memancing orang lain untuk meniru hal yang sama.
Dampaknya apa? Masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik dan pantas, malah berujung pada gangguan mental si korban atau mungkin kematian.
Sangat disayangkan, saat terjadi suatu kasus dan kemudian tersebar di media sosial, kebanyakan orang langsung mengetikkan kalimat hujatan. Bahkan tak jarang mereka menyerang langsung ke akun media sosial orang yang bersangkutan. Supaya apa? Apakah dengan begitu, pelaku perundungan sudah menjadi pahlawan karena berhasil menjatuhkan mental seseorang?
Kita hidup di dunia yang punya aturan dan hukum bagi yang melanggar. Kurang etis rasanya ketika ada kasus tertentu dan netizen dengan mudah menyampaikan kekesalannya dengan hujatan yang barangkali dia sendiri tidak tahu masalah sebenarnya.
Untuk itu perlu ditekankan pentingnya pendidikan karakter bagi setiap orang. Termasuk anak kecil. Sekalipun mereka tidak memahami secara utuh apa pentingnya pendidikan karakter, setidaknya mereka tahu bagaimana caranya bersikap dan berpikir sebelum bertindak. Tidak bertindak sembarangan yang justru merugikan orang lain.
Bagaimana menurut kalian? Apakah pendidikan karakter di sekitarmu sudah diterapkan dengan baik? Dan bagaimana kamu menanggapi kasus perundungan yang terjadi?
Baca Juga
-
Tuai Hujatan Karena Menang MCI, Pantaskah Belinda Diperlakukan Demikian?
-
Ulasan Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Kental dengan Nilai Sejarah dan Pengabdian
-
Ulasan Novel Rooftop Buddies, Pengidap Kanker yang Nyaris Bunuh Diri
-
Berkaca pada Kasus Bunuh Diri di Pekalongan, Dampak Buruk Gadget bagi Anak
-
Ulasan Novel Mata di Tanah Melus, Petualangan Ekstrem di Negeri Timur
Artikel Terkait
Kolom
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Ekosistem Raja Ampat Rusak Demi Nikel, Masihkah Perlu Transisi Energi?
-
Mainan Anak dan Stereotip Gender: Antara Mobil-mobilan dan Boneka
-
Qurban di Zaman Digital: Tantangan dan Harapan Generasi Muda
-
Makna Kurban dalam Kehidupan Modern: Antara Ibadah dan Kepedulian Sosial
Terkini
-
Rekap Semifinal Indonesia Open 2025: Dominasi Wakil China Terputus
-
2 Perspektif Tifo Raksasa La Grande Indonesia di Laga Lawan China, Kamu Setuju yang Mana?
-
Jennie BLACKPINK Tembus Daftar Album Terbaik Rolling Stone 2025
-
6 Drama China yang Dibintangi Pan Meiye, Beragam Peran
-
Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad: Uji Moral dan Permainan Psikologis