Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Fatkhur Rokhman
Ilustrasi tubuh sehat (Pixabay.com/ StockSnap)

Hidup sehat dengan minimnya gangguan penyakit ini dan itu merupakan impian banyak orang. Terhindar dari semua itu merupakan berkah yang tiada tara, di mana kita dengan bebas bisa mengapa impian dengan bebas, bepergian tanpa takut akan kondisi fisik yang tak menentu, dan bekerja menafkahi keluarga dengan tubuh bugar.

Kesehatan akhir-akhir ini menjadi fokus perhatian bagi sebagian banyak orang, terutama bagi orang-orang yang tidak ingin orang-orang terkasih sampai terkena semacam penyakit tertentu.

Namanya hidup pasti ada aja kendala, salah satunya adalah penyakit. Sakit sedikit saja atau yang sepele kayak pilek pun bisa mengganggu produktivitas kita dalam berkegiatan atau pun bekerja. Bayangkan saja, jika kita bekerja dengan tipe pekerjaan yang memiliki tingkat interaksi yang tinggi dengan pelanggan, alangkah sangat mengganggu pastinya.

Apalagi, selevel resepsionis yang harus face to face dengan banyak orang dan harus berada dalam kondisi prima dan selalu tersenyum setiap saat dengan karakter ramah agar orang-orang merasa nyaman ketika bertatapan dengannya. Hal ini membuktikan bahwa berkah sehat itu tak tergantikan, tak bisa fokus juga kalau sedang bekerja.

Pola hidup sehat sangat penting jadinya, apalagi ditengah-tengah meningkatnya biaya kebutuhan hidup, sehingga banyak orang yang memforsir tenaganya untuk bekerja sampai rela lembur hanya demi menambah pendapatan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kesehatan cepat atau lambat.

Okelah, kalau itu adalah karena sebuah keharusan atau memenuhi kewajiban menafkahi keluarga karena itu masih bisa dimaafkan dan bagaimana pun lelahnya itu bermanfaat. Pertanyaannya adalah anak muda zaman sekarang pun sudah banyak yang acuh terhadap kesehatan. Okelah kalau masih rajin olahraga, tapi kenyataannya banyak yang betah untuk mengurung diri di dalam rumah sekedar scroll beranda media sosial . 

Meskipun kegiatan luar rumah masih dibatasi tidak bisa menjadi alasan untuk malas-malas di rumah. Ada kalanya kita harus bisa mengendalikan rasa malas kita secukupnya, akan menjadi gawat apabila  malas itu malah pada akhirnya menjadi parasit yang selalu menempel dan mengendalikan kita.

Ada seorang teman pernah mengatakan kepada saya yang pada saat itu sedang diserang rasa malas yang luar biasa, dia mengatakan bahwa “nikmati saja rasa malas itu nanti juga habis, nanti ada saatnya semangat itu datang.” Saya  tidak setuju sebenarnya dengan hal itu karena seperti yang saya katakan sebelumnya malas itu tidak akan ada habisnya jika kita tidak melawannya.

Tapi, mungkin juga rasa malas setiap orang juga berbeda-beda, jadi mungkin karena itu penanganan untuk mengalihkan rasa malas menjadi semangat berbeda-beda. Mungkin karena itu juga saya menjadi tidak sependapat dengan teman saya, tapi alhamdulillah masih akur.

Kembali lagi, mengenai kesehatan remaja masih perlu dan sangat perlu diperhatikan karena semakin ke sini penyakit menjadi lebih bermacam-macam dan jangka waktu sembuh pun dari suatu penyakit menjadi lebih lama dari pada waktu dulu, mudahnya seperti masuk angin yang dulunya hanya membutuhkan 3 hari paling cepat untuk sembuh tetapi sekarang perlu beberapa hari lebih untuk sembuh ditambah dengan waktu pemulihan yang butuh 1-2 hari. 

Faktor utamanya tentu saja kembali pada pola hidup itu sendiri. Maklum saja remaja pastinya mencoba banyak hal, terjerumus banyak hal, dan memperbaiki banyak hal. Terutama laki-laki yang tidak dapat menghindari banyak hal karena rasa penasarannya.

Tentu banyak yang tahu bahwa hampir tidak ada dari kaum laki-laki yang tidak merokok dan tidak dipungkiri juga bahwa rokok termasuk salah satu penyebab dari sekian banyaknya penyakit pernafasan. Tapi, akhir-akhir ini bukan hanya kaum laki-laki yang merokok, tetapi juga wanita ada juga penggemar rokok hanya saja tak sebanyak laki-laki. 

Kembali lagi merokok adalah salah satu hal atau kebiasaan yang sudah seharusnya dihentikan, banyak bahkan orang-orang yang datang dari lingkar interaksi saya yang pernah merasakan efek langsung dari pengonsumsian rokok yang sudah dalam jangka waktu lama.

Mungkin salah satunya adalah teman saya yang hampir menderita Bronkiektasis parah, tetapi syukurnya masih dalam tahap di mana penyembuhan dalam waktu cepat masih memungkinkan. Pola hidup remaja kurang sehat saat ini bukan hanya berkutat pada rokok saja sebenarnya, ada masalah juga mengenai miras sampai narkoba.

Berpindah ke masalah laten lainnya selain yang berhubungan dengan barang-barang haram di atas. Kebiasaan makan junk food atau makanan siap saji terutama bagi anak kos-kosan yang lagi krisis keuangan akhir bulan adalah hal yang maklum dan seperti sebuah jadwal akhir bulan.

Tapi, kenyataannya tidak hanya pada akhir bulan saja, dikarenakan suka begadang menyelesaikan tugas presentasi untuk anak-anak kuliah, mereka lebih memilih memasak makanan siap saji. Pada akhirnya kesehatan mereka juga pola tidur mereka jadi berantakan. Kebiasaan seperti ini harus segera diperbaiki mengingat alam sudah semakin tidak bersahabat dengan kita.

Alasan masih muda dengan fisik yang masih bugar bukan untuk dibanggakan dan disia-siakan dengan pola hidup yang berantakan. Masa muda adalah masa kebebasan dan pencarian jati diri, jadi sudah semestinya tenaga dan asa kita pergunakan untuk berbagai macam hal yang dapat meningkatkan soft skill kita dimana hal tersebut akan berguna di kemudian hari ketika kita mencari kerja. Tentunya hal tersebut akan lebih berharga dari pada eksistensi gelar di belakang nama kita.

Adanya gelar jika tidak menguasai bidang yang ditekuni bohong juga namanya. Jika membicarakan skill, semakin banyak keahlian yang kita miliki maka semakin luwes atau fleksibel kita ketika berada di dunia kerja ataupun ketika terjun ke masyarakat dengan memberikan kontribusi meningkatkan kualitas dalam faktor tertentu di lingkungan tempat tinggal. 

Mengingat atau mengenal gejala-gejala aneh yang terjadi dalam diri kita sebelum sakit itu perlu. Mengenal lebih baik kondisi tubuh bukan berarti memilih untuk berada di zona nyaman dan enggan beranjak. Beristirahat dengan bermalas-malasan itu berbeda, dengan beristirahat kita bisa menyiapkan ”mau apa kita besok”.

Dengan mengenal batasan kita dapat meningkatkan batasan-batasan diri, sehingga peluang meningkatkan beberapa sektor keahlian dalam diri kita menjadi lebih memungkinkan. Melambat sebentar saja saya rasa tidak masalah, justru dengan terus berlari akan membuat dirimu lupa untuk menikmati banyak hal dan jatuhnya akan lebih mudah rasa letih untuk datang, dengan sedikit melambat kamu bisa merencanakan dengan matang sekaligus memperhatikan kondisi kesehatan.

Fatkhur Rokhman