Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Fatkhur Rokhman
Ilustrasi anak kecil trauma (Pixabay)

Zaman berkembang dengan cepat, beralih dan silih berganti dengan berbagai trend yang ada. Orang-orang tidak peduli muda atau tua bahkan anak-anak banyak yang mencoba jika bisa untuk mengikuti trend.

Trend sendiri kerap kali berganti dengan sangat cepat bahkan terkadang dalam hitungan hari atau pun minggu. Seperti contoh trend beberapa hari yang lalu yang mengangkat seorang bocah yang mengalami patah hati dengan paras wajah sedihnya memikat orang-orang, ada yang bersimpati juga ada yang menganggap hal itu lucu. Tidak bertahan lama, trend Fajar Sadboy pun turun panggung dan sudah tidak terlihat dipermukaan.

BACA JUGA: Momen Tegang Persidangan Bharada E, Hakim Wahyu Sempat Berhenti Bacakan Awal Vonis Hukuman Gegara Ini

Trend medsos, seringkali kita sebut hal-hal yang sedang hangat dibicarakan dan ditiru oleh banyak orang dengan istilah tersebut. Trend medsos atau sesuatu yang sedang viral seperti memiliki magnet yang cukup kuat untuk menarik berbagai kalangan, mulai dari muda sampai tua.

Ada semacam keharusan untuk tahu dan meniru hal-hal serupa yang sedang viral. Kita mulai dengan mainan jadul yang mulai naik daun lagi setelah sekian lama tidak terlihat. Dari berbagai kalangan tertarik, bahkan kalangan usia anak-anak mendominasi sebagai pengguna terbanyak permainan ini.

Anak-anak zaman sekarang pengetahuannya mereka mengenai dunia kekinian mungkin melebihi orang-orang yang ada di atas usia mereka. Mengenai sesuatu yang menyenangkan tentu saja. Informasi tersebut mereka proses sebagai sesuatu yang menarik dan bisa ditiru. Flasback ke beberapa tahun lalu trend meneriakkan “Om, telolet om” ke seorang sopir bus yang lewat cukup menarik banyak perhatian terutama anak-anak. Mereka meniru aktivitas tersebut dengan bersemangatnya. 

Namun trend atau aktivitas viral di media sosial tidak lantas selalu membawa rasa aman atau nyaman. Terkadang hal-hal tersebut bisa saja melewati batas. Seperti beberapa waktu lalu atau lebih tepatnya tahun 2022 kita dihebohkan dengan trend anak-anak yang cerobohnya membahayakan dirinya dengan mencegat kendaraan besar seperti truk yang sedang melaju. Bukti bahwa anak-anak memang tetap dan harus selalu berada di bawah pengawasan orang tua menjadi semakin dipertegas dengan adanya sosial media yang menawarkan banyak hal menarik, tapi belum tentu membawa pengaruh baik untuk anak.

Lebih jauh lagi setelah membahas media sosial dan anak-anak, kondisi mereka yang seharusnya masih dibatasi informasi yang dapat mereka cerna sekarang menjadi tidak terbatas. Otak mereka menjadi mudah lelah dan tidak bisa mencerna pelajaran di sekolah lebih baik dari pada sebelum mereka mengenal media sosial. Mereka mengalami stress yang sebelumnya belum mereka kenali. Alhasil mereka sering menolak banyak tindakan yang menurut mereka melelahkan dan rumit seperti pekerjaan rumah (PR) dan membantu orang tua. 

Proses mereka melakukan pembelajaran ketika dirumah telah banyak tergantikan oleh aktivitas scroll media sosial atau game online. Sering kali ketiadaan pekerjaan rumah (PR) menjadi alasan mereka untuk tidak belajar dan memilih bermain hp. Padahal, seharusnya waktu itu dapat mereka manfaatkan untuk review pelajaran sekolah pada hari itu, juga belajar untuk hari selanjutnya. 

Kejenuhan mereka terhadap kegiatan yang mengikat seperti sekolah mengakibatkan pencarian mereka terhadap berbagai hal yang memungkinkan. Kenakalan salah output pilihan paling memungkinkan bagi mereka untuk mengekspresikan diri melepas stres dari seharian belajar di sekolah. Jika kenakalan-kenakalan kecil masih dapat ditoleransi karena bagaimana pun anak-anak masih dalam tumbuh kembang dan melakukan banyak kesalahan wajar di usia mereka. 

Kenakalan anak-anak dewasa ini terasa semakin bergeser ke arah kriminalitas. Seperti kita ketahui baru-baru ini muncul sebuah berita yang cukup mengagetkan banyak orang, pasalnya telah terjadi dugaan pemerkosaan yang dilakukan 3 orang anak SD kepada seorang anak yang masih duduk di bangku TK. 

Masih tidak masuk akal mungkin bagi sebagian besar orang mengenai bagaimana bisa seorang anak kecil mempunyai pemikiran serumit seperti melakukan pemerkosaan terhadap anak kecil lain yang bahkan masib TK. Mengerikan bisa dibilang, karena seperti yang kita tahu dan pernah mengalami masa kanak-kanak yang terpikirkan hanya main entah dengan siapa, di mana, dan bagaimana cara kita bisa bermain dengan tipe permainan yang asik dengan teman sejawat. 

Kemudian tanpa mengesampingkan kasus tersebut, rasanya semakin was-was terhadap berbagai kemungkinan yang anak-anak tonton dan tiru entah dari teman atau orang lain  di sekitar. Pasalnya, mereka tumbuh terlalu cepat sebelum waktunya, seperti buah-buahan yang diberi karbit unuk mempercepat waktu matang. Anak-anak masih harus bersenang-senang dengan kreativitas mereka sebelum saatnya terkekang oleh media sosial dan informasi-informasi yang bertebaran di dalamnya. 

BACA JUGA: CEK FAKTA: Keluarga Ferdy Sambo Hasut Ibu Brigadir J dengan Hadiah Mahal, Benarkah?

Anak-anak ini adalah korban dari ganasnya kemajuan zaman. Mereka masih belum sanggup untuk menerima dan merespons dengan tepat mengenai perkembangan teknologi dan informasi yang ada. Kembali lagi orang tua mempunyai peran yang sangat penting selain mencari nafkah yang layak untuk keluarga.

Mengejar kesejahteraan ekonomi di tengah-tengah tekanan dan sulitnya pekerjaan memang sangat menguras energi dan hal tersebut tidak dipungkiri merupakan bagian dari menjadi orang tua. Anak-anak masih perlu diperhatikan dan ditanamkan budi pekerti luhur, juga mengenai nilai moral seperti apa yang berlaku di desa dan agamanya.

Fatkhur Rokhman