Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Nanik Srisunarni
Ilustrasi mahasiswa (Freepik)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, bahasa, ras, agama, adat-istiadat, serta berbagai perbedaan lainnya yang menjadikan negara ini begitu kaya. Sehingga tidak mengeherankan jika Indonesia menjadi negara yang menjadi sorotan dunia untuk kategori keberagaman. Negara dengan kepulauan terbesar di dunia yakni sebanyak 17.508 pulau dan dihuni oleh 360 suku bangsa ini tentunya memberikan warna tersendiri dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya, termasuk dalam hal toleransi.

Barangkali toleransi menjadi budaya yang melekat pada denyut nadi bangsa ini. Karena melalui toleransi ini, keberagaman dapat disikapi secara dewasa dan saling menghargai satu sama lain, termasuk di lingkungan kampus. Dewasa ini, kampus menjadi salah satu tempat yang menjadi akses pertukaran budaya dan adat-istiadat dari berbagai daerah melalui mahasiswanya, termasuk di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta yang tidak hanya memiliki mahasiswa dari berbagai daerah yang berbeda di Indonesia tetapi juga mahasiswa asing yang mengenyam ilmu di dalamnya dan membawa adat istiadat yang menambah warna keberagaman yang ada.

Beragamnya mahasiwa dengan perbedaan latar belakang yang begitu kompleks menyebabkan kampus menjadi rentan akan konflik. Namun sisi positifnya, kampus bisa menjadi sarana pertukaran informasi dan pengalaman antar mahasiswa dari berbagai daerah sehingga pengetahuan dan wawasan mahasiswa akan semakin kaya. 

Bagi penulis, perbedaan latar belakang budaya menjadi salah satu bentuk keberagaman yang paling seksi diantara keberagaman lainnya. Yang mana perbedaan budaya akan terasa begitu indah ketika disatukan dalam toleransi kehidupan sehari-hari baik di meja perkuliahan maupun dalam lingkung tempat tinggal para mahasiswa. 

Dari adanya budaya yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain yang bertemu dalam ruang diskusi akademis akan menjadikan keberagaman satu ini sebagai topik yang sangat segar untuk dikupas. Apalagi jika dialog interaktif antar mahasiswa dalam ruang diskusi ini hidup sedemikian asyiknya. Maka bukan tidak mungkin kampus bisa menjadi satu wadah pemersatu budaya mahasiswa yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan utuh yakni generasi muda Indonesia yang menjunjung tinggi toleransi.

Oleh karena itu, perlu adanya keterbukaan dalam berpikir dan keluasan dalam bertindak sehingga para mahasiswa mampu menyikapi setiap perbedaan yang ada. Dengan demikian, mahasiswa akan mampu memandang perbedaan sebagai suatu bentuk seksi dari keberagaman yang patut untuk disyukuri.

Nanik Srisunarni