Gelaran pialan dunia yang diadakan setiap 4 tahun sekali selalu saja akan memunculkan istilah ‘grup neraka’. Istilah ini lazimnya adalah grup yang berisikan 4 tim yang notabene memiliki kualitas setara ataupun grup yang berisikan mantan juara dunia.
Pada kasus di Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar, grup yang mendapatkan predikat sebagai grup neraka adalah grup E yang berisikan dua mantan juara dunia yakni Jerman dan Spanyol, serta dua tim yang selalu bisa memberikan kejutan yakni Kosta Rika dan Jepang. Ada pula grup H yang berisikan Portugal, Ghana, Korea Selatan dan Uruguay yang notabene memiliki kekuatan yang bisa dibilang setara.
BACA JUGA: Simak! Jadwal Piala Dunia 2022 Terlengkap dan Link Live Streaming
Namun, sejatinya grup neraka pada gelaran kali ini ‘harusnya’ disematkan pada grup B yang berisikan Inggris, Amerika Serikat, Wales dan Iran. Mengapa? Tentunya hal ini ditengarai karena aroma geopolitik antara keempat negara tersebut yang sering kali memanas dalam beberapa tahun terakhir. Apa saja yang dapat diketahui dari rivalitas yang dibalut bumbu geopolitik tersebut ? Simak ulasan ringkasnya berikut ini.
1. Rivalitas Klasik Inggris-Amerika Serikat
Bagi penggemar sejarah pastinya sudah tahu Amerika Serikat merupakan bekas negara koloni Inggris raya pada masa lalu. Negara ini kemudian membelot dan melakukan perlawanan pada pihak Inggris pada abad ke-18. Perang yang dijuluki sebagai Perang Revolusi Amerika (American Revolutionary War) ini yang membuat Amerika Serikat menyatakan kemerdekaannya dari Inggris pada 4 Juli 1776.
Meskipun di era kini kedua negara tersebut memiliki hubungan yang terbilang mesra karena berada dalam beberapa organisasi yang sama, salah satunya adalah NATO yang merupakan organisasi pertahanan atlantik utara. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri pertemuan keduanya adalah perihal gengsi di masa lalu yang pastinya akan sarat menyuguhkan drama di lapangan hijau.
BACA JUGA: Deretan Negara yang Pernah Dilarang FIFA Mengikuti Piala Dunia, Ada Indonesia!
2. Dibumbui Dinamika Perpolitikan Iran dan Amerika-Inggris
Seperti yang kita tahun Iran dan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir kerap kali bersitegang dalam percaturan politik dunia. Padahal, di masa lalu kedua negara tersebut bisa dibilang memiliki hubungan harmonis hingga pada periode tahun 1980-an di mana terjadi Revolusi Iran yang membuat hubungan itu mulai retak.
Kedua negara ini pun kerap kali bersitegang dalam beragam masalah mulai dari konfrontasi politik, militer hingga diplomatis. Bahkan, puncaknya mungkin terjadi pada periode 2000-an pada saat Amerika Serikat menuduh pihak Iran yang tengah mengembangakan senjata nuklir untuk kepentingan militer. Hal ini tentunya dibantah oleh pihak Iran dan menganggap bahwa seharusnya Amerika Serikat yang disalahkan atas kekacauan politik di dunia.
Senada dengan rivalitas Iran-Amerika Serikat, hubungan Inggris dan Iran tentunya juga tidak bisa dibilang harmonis. Kedua negara ini sering kali mengalami pasang-surut hubungan bilateral. Inggris sering kali disebut sebagai salah satu ‘biang kerok’ penyebab kesengsaraan di masyarakat Timur tengah bersama dengan Amerika Serikat. Hal ini juga sering kali dilakukan dengan mendemo kedutaan besar Inggris di Iran yang dianggap oleh pihak Inggris sebanga ‘serangan yang agresif’.
BACA JUGA: Fakta-Fakta Pembukaan Piala Dunia 2022, Dibuka dengan Lantunan Ayat Suci Al-Quran
3. Gengsi Antara Inggris dan Wales
Sejatinya Wales merupakan negara yang bisa dibilang dalam rumpun Britania Raya bersama Inggris, Skotlandia, Irlandia, dan Irlandia utara. Namun, tentunya Wales juga memiliki sedikit tensi dengan negara Inggris dalam hal sepak bola.
Rivalitas kedua negara ini bahkan sudah dimulai sejak periode 1800-an. Bahkan, kerap kali laga panas tersaji antara dua tim apabila bertemu di lapangan hijau. Wales meskipun merupakan bagian dari Inggris raya, akan tetapi memiliki sistem parlementer sendiri yang berbeda dengan Inggris. Selain itu, negara ini juga memiliki dialek bahasa sendiri yang dikenal dengan Bahasa Cymru.
Itulah sedikit gambaran rivalitas dari grup B yang dianggap menjadi warna tersendiri dalam gelaran Piala Dunia 2022 kali ini. Sejatinya sepak bola merupakan olahraga yang menyatukan beragam perbedaan. Namun, tentunya sepak bola juga dapat menjadi salah satu ajang gengsi antara kedua belah pihak yang tentunya menjadi bumbu tersendiri dalam setiap laganya.
Baca Juga
-
Dipanggil Masuk Skuad Timnas untuk AFF Cup, Ini Harapan Duo Persib Bandung
-
Unik! Yakob Sayuri Ungkap Rumor Abroad Harus Sepaket dengan Kembarannya?
-
Shin Tae-yong Ungkap Taktik Jitu agar Timnas Indonesia Bisa Kalahkan Jepang
-
Usai Kualifikasi Piala Dunia, Rafael Struick Bela Timnas di AFF Cup 2024?
-
Kejutan! Ronaldo Kwateh Kembali Dipanggil Timnas Indonesia Jelang AFF Cup
Artikel Terkait
-
Iran Siapkan Langkah Antisipasi Hadapi Potensi Pembatasan Minyak
-
Tegang! Rusia Peringatkan Israel Hentikan Serangan Udara Dekat Pangkalan Militernya di Suriah
-
Predator Seks Iran Dieksekusi di Depan Publik Setelah Memperkosa Puluhan Wanita
-
Skill Bahasa Inggrisnya Dipuji Trump, Pengalaman Prabowo Tinggal di Luar Negeri Jadi Modal, Berapa Lama?
-
Rahasia Buku Harian Ratu Elizabeth: Faktual, Praktis, Tanpa Curahan Hati
Kolom
-
Nasib Guru di Era Prabowo-Gibran: Akankah Janji Sejahtera Terwujud?
-
Kehamilan Remaja: Bisakah Kita Berhenti Melihat Pernikahan Sebagai Solusi?
-
Kesadaran Politik Gen Z Melalui Partisipasi Ruang Digital yang Demokratis
-
Marak Tren Pernikahan Dini di Media Sosial, Stop Romantisasi!
-
Membongkar Stigma: Etos Kerja Gen Z Tak Selamanya Buruk, Kenali Lebih Jauh!
Terkini
-
Jadi Petugas Damkar, Ini Peran Joo Won di Film KoreaFirefighters
-
Cedera Ivar Jenner Membaik, tapi Harus Absen Lawan Jepang Gara-Gara Hal Ini
-
Casey Stoner: Ducati Bisa Lakukan Apa Saja untuk Pertahankan Gelar Juara
-
Buku Beauty and The Bad Boy: Terus Didesak Nikah dan Dipepet Brondong Tajir
-
Berlatar Republik, Ini Sinopsis Drachin Deep Lurk yang Dibintangi Cheng Yi