Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
Ilustrasi bendera Israel (Unsplash/taylor brandon)

Beberapa waktu yang lalu FIFA secara resmi menyatakan membatalkan event Piala Dunia U-20 yang sejatinya akan digelar di Indonesia. Hal ini menurut sebagian orang merupakan imbas dari gerakan penolakan kedatangan timnas Israel sebagai salah satu konstestan putaran final event tersebut.

Meskipun dalam rilis resminya pihak FIFA tidak menyinggung secara langsung aksi tersebut, akan tetapi sebagian kalangan berpendapat kondisi keamanan yang membuat gelaran piala dunia U-20 yang sejatinya akan digelar pada bulan Juni nanti menjadi gagal dilaksanakan sekaligus memupus harapan timnas Indonesia U-20 berlaga di ajang piala dunia.

Jika dilihat secara garis besar, pihak yang menolak kedatangan timnas Israel tersebut memang berlandaskan UUD 1945 sebagai pedoman. Belum lagi kita secara resmi memang tidak memiliki hubungan bilateral dengan Israel. Bahkan, juga menolak mengakui kedaulatan negara tersebut.

Namun, lain hal mengenai hubungan antara Indonesia dan Israel dalam dunia kemiliteran. Dapat dikatakan bahwa kita adalah salah satu pelanggan setia produk-produk persenjataan dari negara Israel.

Hubungan Dagang Persenjataan Indonesia-Israel

Ilustrasi Pesawat Tempur A4 Skyhawk Bekas Israel yang dibeli Indonesia (aviahistoria.com)

Indonesia memang tidak sepenuhnya menentang negara Israel dalam semua aspek. Salah satunya adalah aspek perdagangan senjata. Hubungan antara keduanya dalam dunia kemiliteran ditengarai mulai dilakukan pada dekade 1970-an.

Saat itu memang Indonesia tidak berhubungan secara resmi dengan Israel, akan tetapi dalam dunia kemiliteran Indonesia dibilang cukup mesra dalam relasinya dengan negara Israel.

Rumor yang cukup santer saat itu adalah dikirimkannya beberapa tentara Indonesia ke Israel guna mendapatkan pelatihan intelijen dari badan intelijen Israel, yakni Mossad.

Hal yang cukup menjadi rahasia umum adalah ketika Indonesia membeli beberapa unit jet tempur A4 Skyhawk bekas pakai Angkatan Udara Israel pada dekade 1980-an.

Saat itu beberapa teknisi TNI dikirimkan ke Israel pada tahun 1979 guna mendapatkan pelatihan dalam merawat jet tempur tersebut. Kemudian dikirimkan sekitar 10 pilot terbaik TNI-AU ke Israel untuk mendapatkan pelatihan terbang di sana.

Dilansir dari situs Aviahistoria, operasi tersebut dikenal dengan “Operasi Alpha” dan dilakukan secara rahasia guna meredam gelombang protes dari lapisan masyarakat saat itu.

Bahkan operasi Alpha tersebut dilakukan kembali dengan nama “Operasi Alpha II” di tahun 1982. Hal ini merupakan salah satu contoh dari beberapa hubungan dagang antara Indonesia dan Israel di dunia kemiliteran.

Tentunya masih banyak lagi hubungan dagang di dunia kemiliteran yang melibatkan kedua pihak tersebut tanpa diketahui oleh publik secara langsung.

Pro Kontra Menjalin Hubungan Resmi dengan Israel dalam Dunia Militer

Submachin Gun Uzi Buatan Israel (wikipedia/IMI)

Hingga saat ini tentunya menjalin hubungan secara resmi dengan Israel kemungkinan besar akan mendapatkan beragam penolakan dari berbagai pihak.

Selain itu, tentunya langkah tersebut bagi sebagian orang akan merusak konstitusi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia selama puluhan tahun.

Namun, tidak dapat dipungkiri saat ini memang beberapa sistem persenjataan buatan negara Israel menjadi salah satu alutsista yang digunakan oleh TNI dan lembaga keamanan lainnya.

Mulai dari persenjataan seperti Submachine gun Uzi, Tavor Assault Rifle, sistem drone dan beberapa sistem elektronik militer lainnya.

Selain itu, beberapa komponen radar yang dioperasikan oleh TNI juga memiliki beberapa bagian yang dibuat oleh pabrikan Israel.

Pembelian beragam persenjataan tersebut tentunya tidak dilakukan secara langsung, akan tetapi melibatkan perusahaan atau pihak ketiga sebagai perantara pembelian.

Pihak ketiga tersebut bisa sebagai firma dagang atau negara lain yang memiliki hubungan bilateral secara resmi dengan Israel seperti Singapura dan Filipina di kawasan Asia tenggara.

Pembelian beragam persenjataan tersebut tentunya memiliki kekurangan, yakni memerlukan waktu yang sedikit lebih lama dan biaya yang juga lebih besar dibandingkan membeli secara langsung tanpa campur tangan pihak lain.

Beberapa pihak sudah sering kali mengisyaratkan ingin membukan hubungan resmi dengan Israel, akan tetapi tentunya beragam pertimbangan membuat hal tersebut urung terlaksana. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

zahir zahir