Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Wahyu Tanoto
Ilustrasi penanganan sampah digital (pexels/Dan Cristian Pădureț)

Sampah digital, atau sering disebut juga sebagai polusi digital, telah menjadi masalah nyata di era digital saat ini. Dalam masyarakat yang semakin terkoneksi secara online, produksi dan konsumsi konten digital telah meningkat pesat. Namun, sayangnya, dampak negatif dari sampah digital juga semakin terlihat jelas.

Tidak seperti sampah fisik yang terlihat dengan mata telanjang, sampah digital tersembunyi di dunia maya. Bisa berupa spam email, iklan daring yang mengganggu pengalaman browsing, konten yang tidak sesuai atau ilegal, serta file digital yang tidak terpakai.

BACA JUGA: Ayah Shandy Aulia Murka, Bongkar Kelakuan "Calon Mantan Menantu" David Herbowo

Semua itu mengakibatkan polusi digital yang merusak lingkungan digital, mengganggu efisiensi dan keberlanjutan penggunaan internet, serta berdampak negatif pada pengalaman penggunanya.

Tantangan dalam menangani sampah digital relatif rumit dan perlu melibatkan berbagai pihak. Pertanyaannya pun muncul, tanggung jawab siapa sebenarnya ketika menangani sampah digital? Menurut uraian beinternetawesome.withgoogle.com dan aboutfb.com ada beberapa catatan terkait penanganan sampah digital.

Tanggung Jawab Pengguna 

Dari sisi individu, tanggung jawab pertama tentu ada pada diri pengguna. Setiap orang memiliki tugas menggunakan internet dengan bijaksana. Misalnya dengan mengurangi pembuatan konten palsu, tidak melakukan tindakan spam, serta mengelola file digital yang tidak terpakai merupakan langkah-langkah sederhana namun nyata yang bisa diambil pengguna untuk mengurangi sampah digital.

Platform Digital dan Pemerintah 

Sebagai penyedia layanan, platform digital seperti media sosial, situs web, atau aplikasi juga memiliki tanggung jawab untuk mengatur dan mengelola konten yang dihasilkan oleh penggunanya. 

Platform-platform ini mestinya memiliki kebijakan yang ketat dalam merespons spam, konten ilegal, serta mengedukasi penggunanya tentang pengelolaan yang bertanggung jawab. 

Adapun peran pemerintah juga sangat krusial dalam menangani sampah digital. Pemerintah tampaknya wajib menghadirkan regulasi yang efektif untuk mengatur dan mengawasi penggunaan internet, serta memberikan sanksi kepada mereka yang melanggar aturan yang telah ditetapkan.    

Selanjutnya pemerintah juga memiliki kewajiban mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesadaran akan dampak negatif sampah digital dan pentingnya bertindak secara bertanggung jawab dalam penggunaan internet.

Tanggung Jawab Produsen 

Tidak kalah penting termasuk perusahaan teknologi yang memproduksi perangkat keras dan perangkat lunak. Perusahaan teknologi semacam ini memiliki tanggung jawab etik dan hukum agar merancang produk yang lebih ramah "lingkungan" digital, termasuk fitur pengelolaan konten dan sampah digital yang efisien. Selain itu, mereka juga bisa dituntut jika tidak meningkatkan kapasitas pengguna tentang cara menggunakan produk mereka dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Sebagai contoh, yang dilakukan oleh Google telah menghadirkan inisiatif seperti "Be Internet Awesome" yang bertujuan untuk mengedukasi anak-anak tentang penggunaan yang bertanggung jawab dan aman dalam menjelajahi dunia maya. Atau Facebook, juga telah menerapkan kebijakan mengurangi penyebaran konten hoak daan berbahaya melalui berbagai standar dan algoritma.

BACA JUGA: Curahan Hati Venna Melinda Jelang Sidang KDRT: Aku Pengen Kayak Dulu Jadi Single Mom

Upaya Menyeluruh 

Namun, upaya tersebut belum cukup. Tanggung jawab menangani sampah digital mestinya menjadi bagian dari budaya digital para pengguna internet. Setiap individu hendaknya memiliki kesadaran untuk menggunakan internet secara bijaksana, platform digital harus terus memperbaiki kebijakan dan algoritma mereka, pemerintah harus terus menghadirkan regulasi yang diperbarui, dan perusahaan teknologi harus terus berinovasi dalam menghadirkan produk yang ramah lingkungan digital.

Catatannya, dalam merespon problem sampah digital, kolaborasi antara pengguna, platform digital, pemerintah, dan perusahaan teknologi mutlak diperlukan. Dengan kerjasama yang kuat dan keberlanjutan, kita dapat mengurangi polusi digital dan menciptakan lingkungan digital yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan. Semoga.

Wahyu Tanoto