Keprihatinan akan berbagai perilaku menyimpang di kalangan siswa saat ini menjadi pokok pembicaraan yang tidak ada habisnya. Mulai dari yang paling ringan, hingga hal-hal yang mengarah pada perbuatan pidana.
Sebagian orang pun mulai mengarahkan telunjuk pada sekolah sebagai biang penyebab semuanya. Sekolah, terutama para guru dianggap gagal dalam membina siswa-siswanya. Idealnya seorang anak akan terbentuk perilakunya setelah mendapat pendidikan di sekolah.
Demikian pula dengan para orang tua. Setiap ada hal-hal yang berkaitan perilaku menyimpang, dengan enaknya tunjuk hidung pada para guru. Di sisi lain, ketika anak mereka mendapatkan hukuman dari guru karena pelanggaran yang dilakukan, mereka melakukan protes.
Dalam beberapa kasus penyimpangan perilaku siswa di sekolah, ternyata ditemukan sebuah fakta yang menarik. Hampir sebagian besar para pelaku penyimpangan perilaku datang dari keluarga yang tidak harmonis.
Ketidakharmonisan yang terjadi, bisa dari pola asuh orang tua pada anak yang salah. Mungkin juga kondisi rumah tangga orang tua yang tidak kondusif, atau juga pengawasan orang tua terhadap anak yang lemah.
Khusus bagi siswa yang datang dari kondisi rumah tidak harmonis, pada akhirnya membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak pantas di sekolah. Hal ini dapat diartikan sebagai bentuk kompensasi mereka atas situasi yang dihadapi.
Siswa-siswa dalam kondisi semacam ini melakukan semua itu dalam rangka mencari perhatian pihak lain, atau ingin dianggap sebagai pihak yang lebih dibanding yang lain. Salah satunya dengan melakukan aksi perundungan.
Rasa frustasi yang dihadapi di rumah, mereka tutupi dengan berbagai aksi yang tidak pantas. Dalam benak mereka mungkin saja itu sebagai cara menunjukkan eksistensi mereka, atau mungkin juga mencari perhatian orang lain atau orang tua.
Hal ini terungkap saat pihak sekolah dalam hal ini guru melakukan penanganan terhadap kasus yang terjadi. Dalam beberapa wawancara, ditemukan ada latar belakang yang miris di belakang perilaku mereka tersebut.
Hal berbeda terlihat pada siswa yang datang dari keluarga harmonis. Perilaku mereka di sekolah sangat terjaga. Keseharian mereka di rumah, membuat perilaku mereka pun tertata. Sehingga tidak ada sedikit pun muncul di benak mereka untuk melakukan perilaku menyimpang.
Berkaca dari semua itu, rasanya sudah saatnya untuk para orang tua mulai memperhatikan pola asuh mereka terhadap anak-anak. Kondisi baik-baik saja di rumah, akan menjadi sarana ampuh untuk membentengi anak dari kemungkinan terlibat dalam kenakalan remaja.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Media Asing Sebut Erick Thohir Ketakutan Perubahan UU Naturalisasi Vietnam
-
Tiket Pembukaan Piala Presiden 2025 Mulai Dijual, Harga Dijamin Terjangkau!
-
Mikel Jauregizar Tolak Mentah-Mentah Tawaran Naturalisasi dari Timnas Malaysia
-
Gagal Lewati Australia, Indonesia Harus Puas di Posisi 6 AVC Nations 2025
-
Lakukan Comeback Epic, Timnas Voli Indonesia Sikat Vietnam dengan Skor 3-2
Artikel Terkait
-
Aaliyah Massaid Ungkap Punya Impian Membangun Sebuah Keluarga di Usia Muda, Ternyata Alasannya Bikin Terenyuh
-
Keluarga Jokowi Lagi Dihujani Serangan Dinasti Politik, Prabowo Pasang Badan: Saya Juga Dinasti!
-
KPK Terima Laporan Dugaan Nepotisme Keluarga Jokowi: Kami Lakukan Tindak Lanjut!
-
Ditanya Soal Mahkamah Keluarga, Anwar Usman Malah Ceritakan Kisah Nabi Muhammad SAW
-
Jejak Blunder Keluarga Jokowi hingga Terbentuk Isu Dinasti Politik
Kolom
-
Slogan Sustainability Menjadi Kedok untuk Fashion Tak Bertanggung Jawab
-
BPJS Kesehatan Pangkas 21 Layanan: Efisiensi Anggaran atau Eliminasi Hak Rakyat?
-
Belajar Hidup dari Anak Kos, Tamat 1000 Pelajaran Hidup di Kota Orang
-
RJ untuk Penghinaan Presiden: Solusi Cerdas atau Bungkam Berkedok Damai?
-
Polisi Jadi Pahlawan Buruh? Kontroversi Penghargaan ITUC untuk Kapolri
Terkini
-
Jens Raven Pamit dari FC Dordrecht, Pelabuhan Baru Masih Jadi Misteri!
-
Final Piala Presiden 2025: Oxford United Lebih Meyakinkan Ketimbang Port FC, Calon Juara?
-
Tomi Adeyemi Suarakan Rasisme Terhadap Kulit Hitam dalam Novel Children of Blood and Bone
-
Ulasan Novel As Good As Dead: Ketika Keadilan Harus Dibayar dengan Darah
-
Sprint Race MotoGP Jerman 2025, Marc Marquez Pembalap Next Level