"Kerja zaman sekarang memang makin susah". Kalimat ini tentu sudah tidak asing di telinga kita, atau bahkan kita juga sering mengeluhkan hal yang sama. Ketatnya persaingan ditambah sempitnya lapangan pekerjaan membuat kita merasa seperti tercekik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ternyata, susahnya pekerjaan ini dirasakan semua sektor dan lapisan masyarakat, termasuk para idol KPop. Bila kita mengeluhkan dampak pandemi terhadap pekerjaan dan pendapatan, idol KPop pun mengeluhkan dampak pandemi yang membuat mereka harus bekerja ekstra keras.
Seperti yang diketahui, dalam beberapa tahun terakhir ada sebuah trend baru di kalangan para idol Kpop yaitu dance challenge. Dimana para idol harus menarikan koreografi idol lain di masa promosi guna konten promosi di media sosial.
Hal ini tentu menyenangkan di mata fans karena bisa melihat penyanyi favoritnya berinteraksi dengan banyak artis lain. Para fans juga bisa mengenal lagu baru dari artis lain yang sebelumnya mungkin tidak pernah mereka pedulikan.
Tak jarang, dance challenge ini begitu viral hingga akhirnya menjadi seperti 'kewajiban' bagi hampir setiap idol untuk melakukannya di masa promosi mereka.
Meski sebagian fans menyukainya, ternyata dance challenge ini menyusahkan bagi para idol KPop. Mungkin tidak hanya dari tariannya, tapi juga beban ekspektasi penggemar dan netizen yang harus mereka tanggung.
Karena tak jarang, para netizen justru menghujat seorang idol bila mereka tidak sesuai standar yang diharapkan. Sehingga ini akan mengganggu para idol itu sendiri. Karena dibanding-bandingkan memang selalu tidak nyaman. Trend ini juga mengubah koreografi lagu sehingga sebagian seperti sengaja dibuat untuk memudahkan dance challenge.
Selain itu, ada sebagian idol yang merasa takut tersaingi bila ia berinteraksi dengan idol lain. Meski ini terkesan bercanda, tapi ini tentu bisa saja terjadi, di mana fans lebih atau hanya memperhatikan satu idol dan mengabaikan yang lain. Hal ini tentu menyakitkan.
Lalu karena trend ini, waktu istirahat para idol yang memang sudah minim itu tentu menjadi semakin berkurang. Karena selain menyiapkan dan berlatih untuk lagu mereka sendiri di masa promosi, mereka juga harus berlatih tarian dari masing-masing grup lain yang akan berkolaborasi bersama mereka.
Sungguh kasian. Namun di zaman sekarang, bekerja dan bertahan di dunia kerja memang semakin sulit.
Baca Juga
-
Tak Hanya Sesama Teman, Saat Guru dan Dosen Juga Jadi Pelaku Bully
-
Kisah Relawan Kebersihan di Pesisir Pantai Lombok
-
Viral Tumbler KAI: Bahaya Curhat di Medsos Bagi Karier Diri dan Orang Lain
-
Ricuh Suporter Bola hingga War Kpopers, Saat Hobi Tak Lagi Terasa Nyaman
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
Artikel Terkait
Kolom
-
Second Child Syndrome: Mengapa Anak Kedua Kerap Dianggap Lebih Pemberontak?
-
Dari Pesisir Belitung, Lahir Harapan Baru untuk Laut yang Lebih Baik
-
Saat Candaan Diam-diam Jadi Celah Bullying, Larangan Baper Jadi Tameng!
-
Harmoni Pesisir Pagatan: Merawat Laut, Menenun Asa, dan Menjaga Perbedaan
-
Merawat Luka yang Tak Terlihat setelah Bencana
Terkini
-
PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
-
Kaiju No. 8 Konfirmasi Final Chapter dan Spin-Off Baru Narumi's Week at Work
-
Resmi Menikah, Agensi Bagikan Foto Kim Woo-bin dan Shin Min-ah
-
Inara Rusli Dipanggil Polisi, Kasus Zina dengan Fahmi Masuki Babak Baru?
-
Krisis Iklim dan Cara Masyarakat Pesisir Membaca Ulang Laut yang Berubah