Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dimas WPS
Ilustrasi pertengkaran dalam rumah tangga (Pexels/RDNE Stock project)

Mantan gue pernah bilang, “Gue sebenernya takut sama hubungan kita ini karena orangtua lo pernah selingkuh, bisa jadi sifat ini nurun juga ke anaknya.” Sebagai anak yang orangtuanya pernah selingkuh, gue merasa dihakimi dan enggak terima. Tapi emang bener anak yang orangtuanya berselingkuh akan mengikuti jejak menjadi tukang selingkuh?

Suka tidak suka, faktanya memang banyak penelitian menunjukkan bahwa kejadian perselingkuhan pada orangtua dapat mempengaruhi perilaku anak di masa dewasa. Salah satu studi tahun 2015 yang dipublikasikan di Journal of Family Issues mengungkapkan bahwa anak-anak yang orangtuanya pernah berselingkuh lebih cenderung untuk menjadi tukang selingkuh juga.

Faktor Risiko Anak Menjadi Tukang Selingkuh

Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Family Issues melibatkan 294 partisipan mahasiswa yang diminta untuk mengisi survei mengenai apakah orangtua mereka pernah berselingkuh dan apakah mereka sendiri pernah berselingkuh juga. Hasilnya menunjukkan bahwa 33% partisipan menyatakan salah satu orangtua mereka pernah berselingkuh. Sementara itu, sekitar 30% dari partisipan menyatakan bahwa mereka juga pernah berselingkuh pada pasangan mereka.

Dari penelitian ini, ditemukan bahwa anak-anak yang orangtuanya pernah berselingkuh punya kemungkinan lebih besar untuk juga ikut jadi tukang selingkuh. Tapi punya orangtua yang berselingkuh tidak mempengaruhi pandangan partisipan terhadap selingkuh secara keseluruhan. Artinya, mereka juga tidak menerima atau membenarkan tindakan orangtuanya tersebut. Mereka sadar akan dampak buruk yang dihasilkan dari perilaku selingkuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Weiser dan Weigel pada 2017 ini juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga di mana perselingkuhan sering terjadi memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan perselingkuhan di masa dewasa. Faktor lingkungan keluarga, seperti ketidaksetiaan orangtua atau ketidakharmonisan dalam hubungan mereka, dapat mempengaruhi pandangan anak-anak tentang perselingkuhan dan mempengaruhi perilaku anak di masa depan.

Tapi penting juga untuk diingat bahwa alasan seseorang berselingkuh beragam. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa wanita cenderung mencari kenyamanan di luar hubungan mereka, sedangkan pria berselingkuh ketika kebutuhan seksual mereka tidak terpenuhi dalam hubungan. Jadi meskipun punya orangtua yang pernah selingkuh bisa menjadi faktor pendukung, tapi alasan ini bukan faktor utama yang pasti dan satu-satunya.

Tidak semua anak dengan latar belakang ini akan melakukan perselingkuhan di masa dewasa. Keputusan untuk berselingkuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan banyak hal yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam hubungan seperti ketidakpuasan dalam hubungan, masalah komunikasi, ketidakstabilan emosional, kesempatan, hingga faktor lingkungan.

Beberapa orang mungkin berselingkuh karena adanya ketidakpuasan secara emosional, seksual, atau komunikasi dengan pasangan mereka, sehingga mencari kepuasan di luar hubungan. Masalah komunikasi yang tidak diselesaikan dengan baik juga dapat menciptakan celah emosional antara pasangan yang bisa menyebabkan seseorang mencari pelarian di luar hubungan.

Meskipun orangtua yang berselingkuh dapat meningkatkan risiko anak untuk melakukan perselingkuhan, ini bukan takdir atau nasib yang tidak dapat diubah. Kamu memiliki kendali atas pilihan dan perilaku kamu sendiri. Tetap ingat bahwa setiap hubungan masing-masing orang unik dan berbeda, sehingga kamu memiliki alasan untuk membentuk masa depan kamu sendiri.

Jangan biarkan masa lalu atau lingkungan keluarga kamu menentukan siapa kamu. Kamu bisa belajar dari kesalahan orangtua dalam membangun sebuah hubungan dengan pasangan. Karena pasti jauh dalam dirimu, kamu juga tidak ingin anakmu kelak merasakan apa yang kamu rasakan bukan?

Dimas WPS