Di tengah perkembangan teknologi digital yang kian masif, arus informasi menjadi tidak terbendung. Berbagai platform digital, mulai dari media sosial hingga situs berita daring, memberikan akses yang tidak terbatas kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi secara instan.
Namun, di tengah kemudahan masyarakat dalam mendapatkan informasi tersebut, masyarakat dihadapkan pada tantangan untuk memilah mana informasi yang akurat dan mana yang tidak. Banyaknya informasi yang tidak terverifikasi, berita palsu, dan konten informasi yang tidak objektif serta menyesatkan telah menjadi bagian sehari-hari dalam kehidupan maya masyarakat kita. Jika masyarakat tidak peka terhadap kebenaran sebuah informasi, masyarakat akan dengan mudah terperangkap dengan berbagai informasi menyesatkan tersebut.
Literasi media memainkan peran penting dalam mendampingi masyarakat menyaring informasi yang datangnya tanpa jeda dan aba-aba. Literasi media bukan hanya sekadar kemampuan seseorang untuk mengakses informasi, melainkan juga keterampilan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi sebuah informasi dari media, serta mampu menyimpulkan apakah informasi yang diterimanya akurat atau tidak.
Pernyataan senada diungkapkan oleh Nuralim dan Ghafirin (2023) yang menjelaskan bahwa literasi media merupakan kemampuan untuk menilai makna dalam setiap jenis pesan, mengorganisasikan makna tersebut agar bermanfaat, dan kemudian membangun pesan tersebut untuk disampaikan kepada orang lain.
Kemampuan ini diperlukan agar masyarakat dapat menjadi konsumen informasi yang cerdas, yang tidak hanya menerima informasi mentah-mentah, tetapi juga mampu berpikir kritis terhadap setiap pesan yang diterima. Dengan literasi media yang baik, masyarakat dapat mengurangi dampak negatif dari informasi tidak valid dan berkontribusi pada terciptanya arus informasi yang lebih sehat dan konstruktif.
Dalam upaya meningkatkan literasi media pada masyarakat, diperlukan strategi yang terstruktur dan pelibatan berbagai pihak, mulai dari lembaga pendidikan, pemerintah, hingga masyarakat itu sendiri. Pendidikan literasi media harus sedini mungkin diajarkan di sekolah-sekolah.
Beberapa keterampilan penting yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah berkaitan dengan literasi media diantaranya, yaitu mengintegrasikan materi mengenai cara memverifikasi informasi, mengenali bias dalam media, dan memahami dampak teknologi terhadap pola pikir dan opini publik.
Bagi masyarakat secara umum, peningkatan keterampilan literasi media dapat dilakukan melalui berbagai program penyuluhan atau kampanye publik secara berkelanjutan. Kampanye semacam ini dapat dilaksanakan melalui berbagai media, baik media daring maupun kampanye secara luring, dengan tujuan untuk membekali masyarakat dengan keterampilan praktis dalam menghadapi arus informasi yang cepat dan tidak terkendali.
Tidak kalah penting, kolaborasi antara media, teknologi, dan lembaga pendidikan menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan literasi media masyarakat. Media harus bertanggung jawab dengan menyediakan informasi yang jelas, data yang akurat, dan mendukung penegakan etika jurnalistik. Sementara itu, penyedia platform digital perlu bekerja sama dalam mengurangi penyebaran informasi palsu dengan memprioritaskan algoritma yang mempromosikan konten berkualitas dan terpercaya. Dengan demikian, meningkatkan literasi media bukan hanya tugas individu, tetapi sebuah tanggung jawab bersama untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat dan konstruktif.
Baca Juga
-
Bahasa Indonesia: Fondasi Penting bagi Siswa untuk Komunikasi Efektif di Era Digital
-
Bagaimana Media Sosial Berdampak pada Pola Perilaku Remaja?
-
Bahasa Indonesia: Lebih dari Sekadar Mata Pelajaran
-
Menyederhanakan Kebahagiaan: Temukan Kebahagiaanmu dalam Hal-Hal Kecil Ini!
-
Menemukan Keseimbangan: Cara Hidup Lambat di Era Serba Cepat
Artikel Terkait
-
Satu dari Tiga Remaja Alami Masalah Kesehatan Mental, Ini Cara Agar Mereka Dapat Informasi Kredibel di Media Sosial
-
Ditanya Soal Pemeriksaan ke Budi Arie Terkait Judol, Kapolri Tanggapi Dengan Senyum
-
Calvin Verdonk Tak Minat Cari Cuan di Instagram: Kalau di Rumah Habiskan Waktu dengan Keluarga
-
Marak Tren Pernikahan Dini di Media Sosial, Stop Romantisasi!
-
Nyaris Tiada Harapan: Potensi Hilangnya Kehangatan dalam Interaksi Sosial Gen Z
Kolom
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Ujian Nasional dan Tantangan Integritas Pendidikan Indonesia
-
Menggali Makna Mahasiswa 'Abadi': Antara Idealisme dan Keterlambatan Lulus
-
Nggak Perlu Inget Umur, Melakukan Hobi di Umur 30 Itu Nggak Dosa Kok!
-
Kuliah atau Kerja? Menyiasati Hidup Mahasiswa yang Multitasking
Terkini
-
Sinopsis Film The Sabarmati Report, Kisah Dua Jurnalis Mengungkap Kebenaran
-
Melihat Jadwal Tur Linkin Park, Jakarta Satu-satunya Kota di Asia Tenggara
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Wajib Beli! Ini 3 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Banyak Pilihan Shade
-
3 Rekomendasi Drama China yang Dibintangi Cheng Yi, Terbaru Ada Deep Lurk