Kampus, yang seharusnya jadi tempat lahirnya pemikiran-pemikiran cerdas dan penuh semangat perubahan, kini malah dipenuhi oleh mahasiswa yang cenderung apolitis.
Mereka yang seakan kehilangan minat terhadap kebijakan pemerintah, acuh tak acuh pada isu sosial, politik, dan bahkan kurang peduli dengan apa yang terjadi di sekeliling mereka.
Ini adalah gambaran nyata dari pergeseran peran mahasiswa, yang dulunya dikenal sebagai agen perubahan, kini berubah menjadi generasi yang lebih memilih nyaman dalam dunia mereka sendiri.
Inikah yang Diharapkan Dari Mereka yang Disebut Sebagai Agen Perubahan?
Dulu, mahasiswa itu dikenal sebagai sosok yang luar biasa—dihormati, bahkan ditakuti oleh pemerintah, sekaligus menjadi harapan banyak orang. Sayangnya, sekarang, peran itu mulai pudar.
Budaya apolitis semakin menguasai, membuat aksi solidaritas mahasiswa hanya terbatas pada “like” dan komentar di media sosial, tanpa ada aksi nyata yang bisa membuat perubahan.
Setiap kali kasus korupsi muncul, sering kali kita hanya mendengar komentar seperti, "Wah, itu sih udah biasa, emang budaya kita gitu." Tapi, sebenernya, apakah kita harus membiarkan korupsi jadi hal yang "normal" di negeri ini?
Bersikap cuek terhadap korupsi sama saja memberi ruang bagi ketidakadilan untuk terus tumbuh subur.
Mahasiswa Harus Peka dengan Politik
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa punya peran besar dalam menentukan arah negara. Politik bukan cuma soal siapa yang terpilih menjadi pemimpin atau yang bekerja di pemerintahan, tapi juga tentang bagaimana kebijakan yang diambil mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita.
Dari biaya pendidikan hingga kebijakan sosial, semua itu berhubungan dengan politik. Kita sebagai mahasiswa harus menyadari bahwa apapun yang terjadi di ranah politik akan berdampak pada masa depan kita.
Mengakhiri Budaya Apolitis di Kampus
Sudah saatnya kita mengakhiri budaya apolitis di kampus. Kita harus kembali memainkan peran penting sebagai agen perubahan.
Menjadi lebih kritis terhadap kebijakan, terlibat aktif dalam isu sosial, dan peduli dengan kondisi sekitar adalah hal-hal yang harus kita bangkitkan lagi.
Jangan biarkan masa depan bangsa ini hanya ditentukan oleh mereka yang memilih untuk diam dan menikmati kenyamanan. Saatnya kita bersuara dan bergerak untuk perubahan yang lebih baik!
Baca Juga
-
Penyimpangan di Masa Kampanye: Fakta yang Tidak Bisa Dibantah
-
Korupsi 300 T, Harvey Moeis Cuma Divonis 6,5 Tahun Penjara: Sebuah Ironi Peradilan!
-
Lunturnya Kearifan Lokal: Salah Siapa, Teknologi atau Kita?
-
Jam Kosong di Sekolah, Bukti Nyata Krisis Disiplin dalam Dunia Pendidikan
-
Realita di Balik Kerja Work From Anywhere: Enak atau Malah Ribet?
Artikel Terkait
-
Jadwal Lengkap Pendaftaran SNPMB 2025: Ini Cara Buat Akun di snpmb.bppp.kemdikbud
-
Anggap Demokrasi Indonesia Makin Hari Makin Mahal, DPD Dukung Pembuatan Omnibus Law Politik
-
Pendaftaran SNBP 2025: Cek Tata Cara dan Syarat Lengkapnya
-
Senam Politik Megawati di Era Perburuan Banteng
-
10 Jurusan dengan Peluang Paling Besar Diterima di UGM, Ada Favoritmu?
Kolom
-
Dampak Teknologi terhadap Psikologi Anak Muda di Tempat Kerja
-
Penyimpangan di Masa Kampanye: Fakta yang Tidak Bisa Dibantah
-
Etika Media Sosial yang Harus Dimiliki Anak Muda di Lingkungan Kerja
-
Konflik Ambigu dan Tak Lulus Sensor, Memang Tak Semua Penulis Bisa Menulis
-
Apakah Media Sosial Merusak Citra Profesional Anak Muda?
Terkini
-
Potret Panggung Politik dalam Novel Tangan Kotor di Balik Layar
-
Mengenal Kersa, Frasa dalam Bahasa Jawa yang Nyerempet Sana-sini!
-
Telah Dikonfirmasi, Anime Rent-A-Girlfriend Season 4 Siap Tayang Juli 2025
-
Review Film Wolf Man, Kisah Monster Klasik Balik Lagi!
-
Segera Tayang 2025, Film 'Jumbo' Tonggak Baru Animasi Indonesia