Melalui Surat Edaran 3 Menteri tentang Pembelajaran di Bulan Ramadan tahun 1446 Hijriah/ 2025 Masehi yang diterbitkan 5 Maret kemarin, pemerintah kembali merevisi kalender pembelajaran di bulan Ramadan. Berdasarkan surat edaran versi revisi tersebut, diketahui bahwa jumlah hari libur selama Ramadan dan menjelang Idulfitri bertambah hampir satu minggu. Libur menjelang Idulfitri yang semula terjadwal mulai tanggal 26 Maret, kini diajukan menjadi tanggal 21 Maret.
Salah satu tujuan kebijakan menambah hari libur selama Ramadan dan menjelang Idulfitri tersebut adalah memberikan ruang lebih bagi murid untuk fokus menjalankan ibadah Ramadan bersama keluarga tanpa terbebani oleh tugas akademik dan sekolah. Libur yang lebih panjang juga memberi kesempatan kepada murid untuk beristirahat dengan cukup, terutama untuk mereka yang menjalankan ibadah puasa. Dengan adanya waktu lebih untuk beristirahat ketika berpuasa, murid dapat memulihkan energi mereka, sehingga mereka bisa lebih fokus dan segar saat melaksanakan ibadah.
Selain itu, kebijakan menambah hari libur selama Ramadan dan menjelang Idulfitri juga memungkinkan murid memiliki lebih banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga, sehingga mempererat hubungan antaranggota keluarga dalam bulan penuh keberkahan ini. Dengan adanya libur yang lebih panjang, murid bersama keluarganya dapat melakukan kegiatan ibadah secara bersama-sama dan menjalankan berbagai tradisi keluarga selama Ramadan untuk menguatkan ikatan emosional.
Namun, di sisi lain, beberapa pertanyaan muncul terkait dengan efektivitas dan dampak jangka panjang dari kebijakan libur yang cukup banyak di Ramadan tahun ini.
Bertambahnya hari libur ini tentu berpengaruh terhadap jadwal kurikulum sekolah yang sedang berjalan. Berkurangnya waktu pertemuan akibat libur panjang akan memaksa guru untuk menuntaskan kegiatan pembelajaran dengan lebih cepat. Jika tidak diimbangi dengan kemampuan pemahaman yang baik oleh para murid, hal ini dapat menurunkan capaian ketuntasan pembelajaran. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa murid akan kehilangan momentum belajar akibat dari libur panjang yang dapat menyebabkan murid kesulitan untuk kembali fokus belajar setelah liburan selesai.
Lebih jauh, dampak libur panjang selama Ramadan dan Idulfitri juga bisa berpengaruh terhadap hasil evaluasi akademik murid. Jika serangkaian ujian yang semula sudah dijadwalkan dan harus diundur atau disesuaikan dengan waktu yang lebih padat lagi, tidak menutup kemungkinan kualitas ujian tidak bisa tercapai dengan optimal. Murid yang seharusnya memiliki waktu yang cukup untuk persiapan ujian, mungkin saja harus menghadapi ujian dalam kondisi yang kurang ideal mengingat penyesuaian jadwal yang terjadi akibat libur yang terlalu panjang.
Selain itu, diberlakukannya libur pajang tanpa diimbangi dengan kontrol dan pengawasan yang memadai dari lingkungan keluarga, berpotensi membuat murid cenderung menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang produktif. Dengan tipikal kebanyakan anak usia sekolah saat ini, mungkin akan lebih banyak murid yang menghabiskan waktu libur panjang Ramadan dan Idulfitri ini untuk kegiatan yang tidak mendukung perkembangan pribadi mereka, seperti bermain gim secara berlebihan ataupun terlibat dalam kegiatan yang tidak berkaitan dengan ibadah maupun pembelajaran.
Jika hal-hal seperti yang sudah disebutkan di atas luput dari pertimbangan dalam pengambilan kebijakan ini, maka tujuan dari penerapan libur panjang di bulan Ramadan dan menjelang Idulfitri akan sukar untuk tercapai. Bahkan, ketidakproduktifan murid selama libur dapat berdampak negatif pada motivasi belajar murid setelah libur selesai, sehingga tidak menutup kemungkinan akan timbul kesia-siaan dari penerapan kebijakan ini.
Oleh karena itu, perlu adanya strategi terstruktur yang diterapkan untuk mendukung pembelajaran mandiri yang tetap mendukung perkembangan pribadi dan akademik murid tetapi tidak mengganggu ibadah Ramadan mereka. Seluruh lingkungan belajar harus dapat memastikan bahwa libur panjang ini bukan hanya menjadi kesempatan bagi murid untuk bersantai, melainkan murid juga tetap terus mengembangkan diri, baik secara spiritual maupun akademik.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Nastar dan Budaya Lebaran di Indonesia
-
Digital Nomad: Revolusi Gaya Bekerja Modern yang Nir Batas
-
Doom Spending: Pemicu Masalah Finansial pada Milenial dan Gen Z
-
Selebriti di Era Cancel Culture dalam Budaya Pop: Dilema Kebebasan Berbicara vs Tanggung Jawab Sosial
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
Artikel Terkait
-
Ramadhan Sananta Kembali ke Timnas Indonesia, Ini Respon Persis Solo
-
Timnas Indonesia Resmi Panggil Striker 1,82 Meter, Dulu Tak Dipercaya Shin Tae-yong!
-
Doa Kamilin Sholat Tarawih Ramadhan 2025 Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Terjemahannya
-
Kenapa Dianjurkan Makan Kurma dalam Jumlah Ganjil? Menu 2 Butir Kurma di MBG Versi Ramadan Disorot
-
Arti Mokel dan Hukum Membatalkan Puasa di Bulan Ramadan
Kolom
-
Review Anime Silver Spoon, Realita Kehidupan di Sekolah Pertanian
-
Ulasan Novel Arkananta, Saat Kehangatan Keluarga Diuji oleh Rasa Kehilangan
-
Percaya Nggak Sih, Kalau Kita Lebih Pintar dari AI?
-
Review Sing Sing: Ketika Seni Menjadi Obat Luka di Balik Jeruji Besi
-
Review Mickey 17: Kala Manusia Bisa Diduplikat untuk Jalani Misi Berbahaya
Terkini
-
3 Rekomendasi Series Dibintangi Davina Karamoy, 'Culture Shock' Teranyar
-
3 Drama China Baru Maret 2025, Ada Drama Bai Lu dan Esther Yu
-
3 Drama Thailand yang Dibintangi Got Jirayu, Terbaru Ada Chom Chai Ayothaya
-
3 Novel ini Merupakan Medium atas Sebutan "Perempuan yang Melawan"
-
Saat Cinta Berubah Menjadi Luka dalam Lagu BAD dari PENTAGON