Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | inaya khoir
Ilustrasi Ruang Kelas Kosong (Pexels.com/Pixabay)

Melalui Surat Edaran 3 Menteri tentang Pembelajaran di Bulan Ramadan tahun 1446 Hijriah/ 2025 Masehi yang diterbitkan 5 Maret kemarin, pemerintah kembali merevisi kalender pembelajaran di bulan Ramadan. Berdasarkan surat edaran versi revisi tersebut, diketahui bahwa jumlah hari libur selama Ramadan dan menjelang Idulfitri bertambah hampir satu minggu. Libur menjelang Idulfitri yang semula terjadwal mulai tanggal 26 Maret, kini diajukan menjadi tanggal 21 Maret.

Salah satu tujuan kebijakan menambah hari libur selama Ramadan dan menjelang Idulfitri tersebut adalah memberikan ruang lebih bagi murid untuk fokus menjalankan ibadah Ramadan bersama keluarga tanpa terbebani oleh tugas akademik dan sekolah. Libur yang lebih panjang juga memberi kesempatan kepada murid untuk beristirahat dengan cukup, terutama untuk mereka yang menjalankan ibadah puasa. Dengan adanya waktu lebih untuk beristirahat ketika berpuasa, murid dapat memulihkan energi mereka, sehingga mereka bisa lebih fokus dan segar saat melaksanakan ibadah.

Selain itu, kebijakan menambah hari libur selama Ramadan dan menjelang Idulfitri juga memungkinkan murid memiliki lebih banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga, sehingga mempererat hubungan antaranggota keluarga dalam bulan penuh keberkahan ini. Dengan adanya libur yang lebih panjang, murid bersama keluarganya dapat melakukan kegiatan ibadah secara bersama-sama dan menjalankan berbagai tradisi keluarga selama Ramadan untuk menguatkan ikatan emosional.

Namun, di sisi lain, beberapa pertanyaan muncul terkait dengan efektivitas dan dampak jangka panjang dari kebijakan libur yang cukup banyak di Ramadan tahun ini.

Bertambahnya hari libur ini tentu berpengaruh terhadap jadwal kurikulum sekolah yang sedang berjalan. Berkurangnya waktu pertemuan akibat libur panjang akan memaksa guru untuk menuntaskan kegiatan pembelajaran dengan lebih cepat. Jika tidak diimbangi dengan kemampuan pemahaman yang baik oleh para murid, hal ini dapat menurunkan capaian ketuntasan pembelajaran. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa murid akan kehilangan momentum belajar akibat dari libur panjang yang dapat menyebabkan murid kesulitan untuk kembali fokus belajar setelah liburan selesai.

Lebih jauh, dampak libur panjang selama Ramadan dan Idulfitri juga bisa berpengaruh terhadap hasil evaluasi akademik murid. Jika serangkaian ujian yang semula sudah dijadwalkan dan harus diundur atau disesuaikan dengan waktu yang lebih padat lagi, tidak menutup kemungkinan kualitas ujian tidak bisa tercapai dengan optimal. Murid yang seharusnya memiliki waktu yang cukup untuk persiapan ujian, mungkin saja harus menghadapi ujian dalam kondisi yang kurang ideal mengingat penyesuaian jadwal yang terjadi akibat libur yang terlalu panjang.

Selain itu, diberlakukannya libur pajang tanpa diimbangi dengan kontrol dan pengawasan yang memadai dari lingkungan keluarga, berpotensi membuat murid cenderung menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang produktif. Dengan tipikal kebanyakan anak usia sekolah saat ini, mungkin akan lebih banyak murid yang menghabiskan waktu libur panjang Ramadan dan Idulfitri ini untuk kegiatan yang tidak mendukung perkembangan pribadi mereka, seperti bermain gim secara berlebihan ataupun terlibat dalam kegiatan yang tidak berkaitan dengan ibadah maupun pembelajaran.

Jika hal-hal seperti yang sudah disebutkan di atas luput dari pertimbangan dalam pengambilan kebijakan ini, maka tujuan dari penerapan libur panjang di bulan Ramadan dan menjelang Idulfitri akan sukar untuk tercapai. Bahkan, ketidakproduktifan murid selama libur dapat berdampak negatif pada motivasi belajar murid setelah libur selesai, sehingga tidak menutup kemungkinan akan timbul kesia-siaan dari penerapan kebijakan ini.

Oleh karena itu, perlu adanya strategi terstruktur yang diterapkan untuk mendukung pembelajaran mandiri yang tetap mendukung perkembangan pribadi dan akademik murid tetapi tidak mengganggu ibadah Ramadan mereka. Seluruh lingkungan belajar harus dapat memastikan bahwa libur panjang ini bukan hanya menjadi kesempatan bagi murid untuk bersantai, melainkan murid juga tetap terus mengembangkan diri, baik secara spiritual maupun akademik.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

inaya khoir