Ada beberapa pengalaman yang menurut saya cukup menarik mengenai bahasa. Pada orang dewasa, mereka yang cuek pada kebenaran dan ketepatan bahasa pada tulisan atau lisannya pasti sudah biasa ditemukan di mana-mana.
Ada di media sosial, ada di acara-acara penting, ada di lingkup tidak formal, di sekolah, di mana saja selama bahasa digunakan.
Pada anak-anak, yang barangkali belum mengenal konteks dan makna suatu kata biasanya ada fenomena tiru bahasa. Bahasa kasar, bahasa gaul, bahasa yang berbeda dari satu generasi ke generasi lainnya menjadi salah satu penanda.
Menyikapi tentang pernyataan bahwa belajar bahasa Indonesia itu tidak seurgen belajar bahasa asing, barangkali kita lupa bahwa menggunakan bahasa Indonesia setiap hari belum tentu membuat bahasa kita tepat dan dipahami oleh orang lain.
Tak hanya itu, kalimat-kalimat super panjang yang kita kira menunjukkan pada orang bahwa kita cerdas memiliki banyak kosakata di kepala kita, ternyata hanya sebatas lalu bagi orang, bahkan sulit dipahami bagi orang yang sungguh-sungguh menyimak maknanya.
Bahasa yang digunakan sehari-hari, bahasa Indonesia itu, ternyata tidak bisa sekali mahir hanya digunakan setiap hari tanpa dipelajari atau tanpa dilatih.
Sebuah kejadian baru-baru ini menyadarkan saya bahwa anak-anak setidaknya perlu memahami apa yang mereka ucapkan, apa yang mereka dengarkan, dan bagaimana mereka melatih diri untuk terbiasa berbahasa.
Keponakan saya yang masih SD kesulitan menyelesaikan PR-nya karena harus mengerjakan soal yang kosakatanya asing baginya, tanpa teks yang seharusnya dijelaskan dari buku paket.
Barangkali untuk motivasi eksplor dengan teknologi, tetapi mereka dibatasi penggunaan gawainya. Supaya tidak ketergantungan, saya pikir sebaiknya memperkenalkan mereka pada KBBI.
Sama seperti mereka yang diperkenalkan dengan kamus bahasa Inggris dan bahasa daerah. Mungkin jika kita lihat bahwa di luar sana, kebanyakan orang tua akan membelikan anak-anak mereka kamus bahasa asing atau daerah, tapi jarang yang membelikan anaknya kamus bahasa Indonesia dengan anggapan bahwa bahasa Indonesia mudah dan pasti bisa dipelajari tanpa ada kamus.
Fenomena ini menggarisbawahi pentingnya menanamkan kesadaran berbahasa sejak dini. Anak-anak yang terbiasa menggunakan kamus akan memiliki fondasi bahasa yang kuat, yang akan membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Mereka akan lebih percaya diri dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, dan mampu memahami informasi dengan lebih baik.
Selain itu, pengenalan KBBI sejak dini juga dapat membantu anak-anak memahami nuansa bahasa Indonesia yang kaya dan beragam.
Mereka akan belajar bahwa setiap kata memiliki makna dan konteks penggunaan yang berbeda, sehingga mereka dapat memilih kata yang tepat untuk menyampaikan maksud mereka. Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan menciptakan komunikasi yang efektif.
Lebih dari sekadar alat bantu belajar, KBBI juga dapat menjadi jendela untuk mengenal budaya dan identitas bangsa. Melalui kamus, anak-anak dapat mempelajari asal-usul kata, peribahasa, dan ungkapan-ungkapan khas Indonesia yang mencerminkan kekayaan budaya kita. Hal ini akan menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap bahasa dan budaya Indonesia.
Kendalanya hanya ketidakmenarikan kamus yang tanpa ilustrasi. Anak kecil pasti mudah berpaling dari buku yang penuh dengan kata-kata ke buku yang penuh dengan gambar dan ilustrasi lucu.
KBBI sendiri memang fokus untuk menjelaskan makna kata, bukan kamus bergambar yang dapat digunakan anak-anak yang berekreasi.
Namun, tidak menjadi soal jika mereka dibiasakan untuk menggunakan kamus bahasa Indonesia ketika menemukan kata yang sulit dipahami atau belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Mungkin dari buku cerita, fabel, dongeng, novel-novel anak, cerpen, dan sebagainya. Mereka diajari untuk mengeksplor kata dan makna.
Mereka juga tetap bisa belajar bahasa Indonesia melalui game, seperti scrable versi bahasa Indonesia atau TTS. Ada banyak cara untuk belajar bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, mari kita ubah paradigma bahwa bahasa Indonesia itu mudah dan tidak perlu dipelajari secara khusus. Mari kita berikan perhatian yang sama pada penguasaan bahasa Indonesia seperti halnya bahasa asing.
Lewat memperkenalkan KBBI sejak dini, kita telah memberikan investasi berharga bagi masa depan anak-anak kita, generasi penerus bangsa yang cerdas, berbudaya, dan cinta tanah air.
Sebagai orang tua dan pendidik, kita memiliki peran penting dalam menanamkan kesadaran berbahasa pada anak-anak. Mari kita jadikan KBBI sebagai sahabat setia dalam perjalanan mereka menguasai bahasa Indonesia, bahasa persatuan dan kebanggaan kita.
Baca Juga
-
Naskah Akademik Pembelajaran Koding Telah Diterbitkan, Gimana Penerapannya?
-
Anak Tidak Hidup Demi Jadi Objek Ambisi Orang Tua: Kasus Altet Taekwondo
-
Kontroversi Baru: Musisi Jadi Dirut PT Produksi Film Negara, Apakah Kompeten?
-
Percaya Nggak Sih, Kalau Kita Lebih Pintar dari AI?
-
Mengapa Penyedia Jasa Layanan Antar Tak Banyak Buka Peluang Kerja pada Perempuan?
Artikel Terkait
-
Menyimak 'Sepuh': Nggak Hanya Sapaan, Tapi Ada Filosofinya!
-
Jangan Asal Kirim! 25 Ucapan Hampers Lebaran yang Akan Mempererat Silaturahmi
-
Kawruh Pepak Basa Jawa: Buku Sakti Mandraguna Sebelum Internet Merajalela
-
Kemampuan Speaking Diejek Hotman Paris, Firdaus Oiwobo: Kan Inggris Kejawen yang Gue Baca..
-
Ruwet Tur Peteng, Filosofi Perut dalam Bahasa Jawa yang Kocak Abis!
Kolom
-
Iklim Kian Krisis, Apakah Kita Sudah Terlambat untuk Bertindak?
-
Pariwisata Indonesia Berpotensi Besar, tapi Gagal Lindungi Anak dari Ancaman Eksploitasi Seksual
-
Mengenal Net Zero Emission dan Alasan Negara Harus Segera Mencapainya
-
Instagram dan Cyberbullying: Apa yang Harus Diketahui Mahasiswa?
-
Hak Anak dalam Akademi Sepak Bola dan Hal-hal yang Harus Diketahui Orang Tua
Terkini
-
Sukses Bintangi The First Frost, Ini Deretan Drama Populer Bai Jing Ting
-
3 Kuliner Ayam Goreng Legendaris di Jakarta, Gurihnya Bikin Nostalgia!
-
8 Inspirasi Menu Buka Puasa Tradisional, Lezat dan Penuh Makna!
-
4 Film Terbaru yang Bakal Ramaikan Bioskop di Libur Lebaran, Ada Favoritmu?
-
Review Series Culture Shock, Sebuah Pengenalan Dunia Gen Z di Jakarta