Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rizky Pratama Riyanto
Ilustrasi Kuas Cat Warna (Pexels/Kelly)

Karya seni bisa menjadi salah satu bentuk untuk mengekspresikan daya imajinasi pemikiran kreatif dalam sebuah coretan, tulisan, dan lain sebagainya. Hal tersebut diperlukan suatu keterampilan dari adanya campur tangan manusia.

Berbeda dengan di zaman sekarang, seni sudah bisa dibuat oleh kecerdasan buatan dalam bentuk digital. Banyak sekali orang yang menyukai hasilnya karena mudah mendapatkannya melalui proses instan.

Salah satu kecerdasan buatan yang sedang marak di dunia maya yaitu penggunaan Ghibli AI untuk menghasilkan gambar digital seperti fan-made atau AI-generated artwork.

Ramai Ghibli AI digunakan jelang Idulfitri untuk memproses gambar keluarga besar, perayaan Idulfitri, dan berbagai foto lainnya untuk dijadikan sebagai gambar digital dari Studio Ghibli. Ada pula yang mengunggah hasilnya di media sosial dan dijadikan foto profil.

Sebagian besar pengguna dapat diyakini mereka tidak bisa menggambar begitu indah, sehingga memanfaatkan Ghibli AI dengan mengandalkan daya imajinasi bisa mendapatkan hasil yang memuaskan, dan bagi mereka itu saja sudah cukup.

Estetika yang diperoleh dari hasil Ghibli AI memang sudah sangat populer, hanya saja gambar yang dihasilkan kecerdasan buatan tidak memiliki makna mendalam seperti yang dibuat oleh manusia.

Oleh karena itu, sebagai manusia yang bijaksana patut untuk mengedepankan rasa menghargai dan mengapresiasi hasil karya anak bangsa atau ilustrator.

Hati mereka tentu akan sedih ketika hasil karya dari tangan-tangan kreatif tak kunjung dihargai karena tidak terlalu bagus, sedangkan hasil yang diperoleh dari kecerdasan buatan sangat diapresiasi dan dipajang di media sosial, dimulai dari postingan hingga profil.

Walau AI sudah bisa sampai secanggih ini, diharapkan masyarakat masih menghargai hasil kerja keras dan proses yang dikerjakan langkah demi langkah oleh anak bangsa. Meski begitu, apresiasi terhadap seni juga masih menjadi tonggak penegak hingga saat ini.

Mengunggah gambar digital di media sosial dari hasil kecerdasan buatan seharusnya tak membuat diri merasa bangga. Seorang seniman, ilustrator, dan penggiat seni akan merasa terpinggirkan jika masyarakat terlalu senang dengan gambar yang dihasilkan dari sebatas AI.

Maka dari itu, penting untuk menumbuhkan kesadaran dalam menilai jerih payah dan orisinalitas yang dihasilkan. Meskipun teknologi yang ada menawarkan berbagai kemudahan dan inovasi, sebagai bagian dari masyarakat tentu tidak boleh lengah untuk menghadapinya.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menghargai sebuah karya seni bukan hanya dilihat dari segi estetika saja, tetapi perlu dilihat dari makna di dalamnya dan dibalik kerja keras pembuatannya. Selain itu, mengapresiasi juga diperlukan untuk menyemangati pembuat karya agar terus membuat banyak karya yang membanggakan.

Kecerdasan buatan yang sekiranya bisa menghasilkan desain atau gambar digital seperti Ghibli AI sebaiknya digunakan untuk bersenang-senang saja dan tidak untuk menggantikan karya seni yang dibuat melalui proses kreatif oleh seniman dan penggiat seni. 

Dengan adanya kehadiran teknologi seperti ini seharusnya bisa dimanfaatkan dengan bijaksana, apalagi di kemudian hari akan lebih canggih daripada yang berkembang saat ini. Teknologi hanyalah alat bantu untuk mengerjakan sesuatu dan tidaklah membuat sampai ketergantungan.

Meski Ghibli AI banyak yang menyukainya pasti akan memunculkan kekhawatiran dari segi apresiasi dan estetika terhadap seni. Dengan demikian, untuk meningkatkan daya apresiasi pada karya seni akan membuahkan dampak positif dan imajinasi kreatif sehingga akan timbul produktivitas yang baik. 

Kecerdasan buatan tidak akan mengambil alih proses pembuatan karya seni dari segi manapun. Asalkan masyarakat pun masih mengapresiasi hasil seni yang diperoleh. 

Rizky Pratama Riyanto