Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | inaya khoir
Ilustrasi Setting Drama Slice of Life (Pexels.com/Marius Mann)

Makin jauh hidup yang telah kita lewati, makin banyak serial tv dan film-film yang kita tonton, makin sadar pula bahwa kita ternyata butuh lebih banyak serial drama Korea bergenre slice of life.

Dalam kepenatan, kesibukan, dan kompleksitas kehidupan modern yang kita jalani saat ini, serial drama bertajuk slice of life menawarkan ruang bernapas yang menenangkan.

Alih-alih menyajikan konflik besar atau plot yang rumit layaknya drama Korea bergenre lain, slice of life ini justru fokus pada aktivitas-aktivitas keseharian, interaksi antarkarakter, dan momen-momen kecil yang seperti kita temui dalam keseharian kita. Drama bergenre slice of life mengajak kita untuk memperlambat tempo hidup kita yang sebelumnya penuh dengan keterburu-buruan, mengamati detail-detail kecil yang sering terlewatkan, dan merenungkan hal-hal sederhana yang sebelumnya tidak pernah kita hiraukan.

Salah satu alasan utama mengapa kita butuh lebih banyak drama Korea bergenre slice of life adalah kemampuannya untuk menciptakan koneksi emosional yang mendalam dengan penonton.

Berbeda dengan genre-genre lain yang sering kali mengandalkan plot yang besar dan kompleks, drama bergenre slice of life justru menghadirkan aspek kehidupan yang jauh lebih sederhana tetapi sangat bermakna. Melalui interaksi antarkarakter dan permasalahan yang mereka hadapi, kita diajak untuk merenungkan tentang nilai-nilai kehidupan, toleransi, hingga empati.

Saat kita menonton drama bergenre slice of life, karakter-karakter yang mereka hadirkan biasanya adalah karakter-karakter yang bisa kita temukan setiap harinya. Karakter-karakter yang mereka bawa adalah orang-orang yang penuh dengan impian, ketakutan, dan dilema layaknya kita. Kita seolah melihat diri kita sendiri, keluarga, ataupun teman dalam karakter-karakter yang mereka sajikan.

Oleh sebab itu, semua kejadian yang menimpa tokoh-tokoh dalam drama, emosi kita juga akan terkoneksi kepada mereka. Misalnya ketika tokoh merasakan kegembiraan atas pecapaian kecil mereka, kesedihan atas kekecewaan yang mereka alami, ataupun kebingungan saat mereka mencari jalan keluar dari masalah, kita tentu juga ikut merasakan hal sama seperti yang dialami oleh para tokoh.

Selain itu, drama Korea bergenre slice of life sering kali menyadarkan kita bagaimana seharusnya menjalani hidup di tengah hiruk-pikuk dunia modern. Kesibukan dalam semua keseharian yang kita jalani, kita sering kali lupa untuk meluangkan waktu bagi diri sendiri dan orang-orang paling terdekat kita. Slice of life mengingatkan kita bahwa kehidupan bukan hanya tentang tujuan besar atau pencapaian pribadi, melainkan juga tentang bagaimana kita, dengan diri sendiri dan orang-orang terdekat kita, bisa saling mendukung, berbagi tawa, maupun mengatasi kesulitas bersama.

Lebih jauh, drama bergenre slice of life memberikan kita kesempatan untuk beristirahat sejenak dari kerumitan dunia. Tidak jarang kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang menguras energi dan emosi. Drama bergenre slice of life hadir sebagai bentuk pelarian yang menawarkan momen-momen ketenangan yang akan membawa kita sejenak berhenti dari segala kerumitan yang ada.

Tak hanya beristirahat sejenak dari segala kerumitan dunia, drama slice of life juga bisa memberikan kita kesempatan untuk berdamai, baik dengan diri sendiri, orang-orang di sekitar, siapapun dan apapun. Menonton drama slice of life merupakan terapi ringan yang mampu memberikan waktu untuk berefleksi menemukan hal-hal yang memang kita butuhkan untuk hidup kita.

Jika kamu meminta rekomendasi drama Korea bergenre slice of life, ada banyak sekali judul yang bisa mulai kalian tonton, seperti Reply 1988, serial Hospital Playlist, Prison Playbook, Daily Dose of Sunshine, Hometown Cha Cha ChaFight for My Way, dan sebagainya. Yang terbaru ada When Life Gives You Tangerines yang bisa kalian tonton di Netflix. Melalui drama-drama tersebut, kita tidak hanya menonton untuk sekadar kebutuhan hiburan, tetapi juga diingatkan agar lebih mengenal diri sendiri, menghargai segala hubungan antarmanusia, dan memperlambat tempo hidup kita agar kita bisa benar-benar merasakan hidup.

inaya khoir