Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | .Totok Suryanto.
Foto 'pamong perempuan' koleksi Tropenmuseum (Wikipedia)

Sejarah mencatat bahwa Perguruan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Tetapi beliau mengakui bahwa pencapaian tersebut juga didukung oleh perjuangan RA Sutartinah, seorang perempuan pengantar takdir yang sangat dekat dengan kehidupannya.

Raden Ajeng Sutartinah adalah putri KPH Sosroningrat dari keturunan KPAA Pakualam III Yogyakarta. Sebagai lulusan sekolah guru pada masa pemerintahan Hindia-Belanda beliau sempat mengajar di sekolah yang didirikan oleh Priyo Gondoatmodjo dengan status guru bantu.

Setelah menikah dengan Suwardi Suryaningrat beliau mendampingi suami tercinta ke negeri Belanda untuk menjalani hukuman pembuangan. Selama di sana Raden Ajeng Sutartinah juga mengajar di Frobel School (Taman Kanak-Kanak) di Weimar, Den Haag.

Perjuangan mereka berdua dalam mengubah pandangan tentang tanah jajahan, kaum pejuang, dan rakyat pribumi lewat penyebaran brosur dan tulisan di Indonesische Pers Partij mendapatkan respons positif dari golongan progresif pemenang pemilu dan berbuah manis.

Ketika Gubernur Graaf van Limburg Stirum membebaskan Dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat, dan Douwes Dekker dari hukuman pembuangan, Raden Ajeng Sutartinah pulang ke Indonesia bersama para tokoh yang dikenal dengan julukan Tiga Serangkai tersebut.

Setelah Tiga Serangkai membubarkan Indische Partij dan menghentikan aktivitas politiknya maka Raden Ajeng Sutartinah dibantu oleh KH Ahmad Dahlan berusaha membujuk Suwardi Suryaningrat agar bersedia melanjutkan perjuangan lewat jalur pendidikan.

Suwardi Suryaningrat menyambut saran tersebut dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa sedangkan Raden Ajeng Sutartinah mempelopori gerakan Wanita Taman Siswa serta membina Taman Indria dan Taman Muda. Di sini mereka berdua dipanggil dengan nama Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara.

RA Sutartinah aktif menulis artikel dan menyuarakan isu pergerakan kaum wanita di berbagai surat kabar dan radio. Bersama RA Soekonto, dan RA Soejatin mereka menghimpun organisasi wanita untuk mendukung penyelenggaraan Kongres Perempuan I di Yogyakarta. 

Beliau juga mendirikan Study Fonds atau beasiswa bagi para gadis, menanamkan pengertian agar perempuan Indonesia bisa menjadi 'Ibu Bangsa' pendidik generasi, dan memperbaiki nasib buruh perempuan Indonesia melalui pendidikan.

Prinsip pendidikan Wanita Taman Siswa sejalan dengan Perguruan Taman Siswa. Dengan konsep 'among' menempatkan kaum perempuan pada posisi penting sebagai 'pamong perempuan' karena semangat dan sifat kodrati mereka diyakini dapat membimbing anak-anak dengan baik.

Metode pendidikan 'among' menganjurkan anak laki-laki dan perempuan untuk belajar bersama hingga mereka memasuki usia 14 tahun. Ketika memasuki masa puber di usia 14 s/d 16 tahun maka guru/pamong harus bekerjasama dengan orangtua agar bisa mengawasi pergaulan mereka. 

Pendidikan kebangsaan diberikan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dengan tidak menutup diri serta bijak menanggapi segala bentuk pengaruh dari luar yang dilandasi oleh prinsip keadilan dan nilai-nilai religius yang dijiwai oleh ajaran agama.

Pengabdian sebagai guru Taman Siswa yang merekrut murid-murid pribumi terus dijalani oleh Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara hingga suatu ketika Pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar untuk menutup kegiatan belajar tersebut tetapi dilawan oleh mereka berdua.

Wilde Scholen Ordonantie yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dilatarbelakangi oleh pesatnya perkembangan Perguruan Taman Siswa.

Peraturan ini berisi tentang peringatan terhadap sekolah partikelir yang tidak dibiayai oleh negara (pemerintah Hindia-Belanda) beserta guru-gurunya harus mengajukan ijin sebelum menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

Ki Hajar Dewantara melakukan satyagraha atau perlawanan secara diam-diam. Pernyataan dan tekad yang disampaikan melalui Nyi Hajar Dewantara membuat geram pemerintah Hindia-Belanda sehingga dengan tegas mereka menyegel Perguruan Taman Siswa.

Tidak menyerah! Ki Hajar Dewantara bersama Ki Suwardi mengadakan kampanye terbuka di kota Jakarta dan Bogor sedangkan Nyi Hajar Dewantara bersama para pimpinan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta melancarkan gerakan Gerilya Pendidikan dengan terus mengajar.

Berada di bawah tekanan dan ancaman, para guru/pamong dengan konsisten mendatangi rumah murid-muridnya agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Dampak aksi berani tersebut memantik simpati para pejuang pergerakan yang kemudian bergabung untuk menjadi sukarelawan.

Jika ada guru yang ditangkap oleh serdadu Hindia-Belanda maka para sukarelawan akan datang menggantikan peran mereka. Dengan semboyan 'patah tumbuh hilang berganti, patah satu tumbuh seribu,' mereka semua bersedia menanggung akibat yang sama, ditangkap!

Gerilya Pendidikan mendapatkan dukungan dari partai dan organisasi pergerakan kemerdekaan pada masa itu sehingga pemerintah Hindia-Belanda terpojok. Akhirnya mereka mencabut kembali Wilde Scholen Ordonantie atau Ordonansi Sekolah Liar yang telah dibuatnya.

Karena itu Ki Hajar Dewantara sangat menghormati perjuangan istrinya dalam menegakkan pilar pendidikan di masa sulit tersebut. Dalam sebuah acara peresmian pendapa Taman Siswa beliau menyampaikan pernyataan: 

"Betapapun juga Nyi Hajar Dewantara ikut ambuko raras pangesti wiji atau ikut menguak zaman dan menebar benih kebajikan," 

Beliau juga mengakui bahwa takdir terbaiknya berada di tangan Nyi Hajar Dewantara. Di depan Presiden Soekarno ketika menghadiri acara pemberian gelar doktor bidang kebudayaan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara memberikan testimoni:

"Tanpa Nyi Hajar Dewantara saya hanya akan jadi orang biasa yang tak punya peran apa-apa bagi bangsa ini."

Ketika sang suami meninggal, Nyi Hajar Dewantara masih aktif menjalankan misi pendidikan di Perguruan Taman Siswa. Beliau turut berpartisipasi dalam pendirian Universitas Sarjanawiyata dan ditugaskan sebagai Rektor di sana.

Atas jasanya beliau ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan RI, serta berhak menerima tanda kehormatan Satya Lencana Kebudayaan karena telah konsisten membina Taman Siswa. 

Selamat membaca, semoga bermanfaat

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

.Totok Suryanto.