Di benak kita, kata literasi sering kali hanya identik dengan satu hal yaitu kemampuan membaca dan menulis. Kita membayangkan seorang anak yang berhasil mengeja buku pertamanya atau seseorang yang asyik di perpustakaan.
Tapi, di zaman yang serba kompleks ini, pemahaman sempit itu sudah tidak lagi relevan. Literasi adalah sebuah paket lengkap, sebuah keterampilan serbaguna yang jauh melampaui kemampuan membaca buku saja.
Mungkin sebagian dari kamu tidak menyadari bahwa sebenarnya kamu memiliki pemahaman literasi yang baik, meskipun tidak ditunjukan dalam kegemaranmu pada membaca.
Tetapi membaca dapat dijadikan acuan bagi seseorang untuk lebih dekat dengan pengetahuan. Karena kunci dari literasi sendiri adalah proses memahami pengetahuan yang akan menjadi input dalam aktivitas kita sehari-hari.
Tentu, kemampuan membaca adalah fondasi. Tanpa bisa membaca, kita tidak bisa mengakses dunia. Namun, ibarat memiliki kunci tanpa tahu pintu mana yang harus dibuka, hanya bisa membaca tidak akan membawa kita ke mana-mana jika kita tidak memiliki literasi lain.
Kita mungkin bisa membaca berita di media sosial, tapi apakah kita tahu cara membedakan fakta dari berita palsu? Kita mungkin bisa membaca kontrak pinjaman, tapi apakah kita mengerti risiko dan bunga yang mencekik? Di sinilah jenis-jenis literasi lain menjadi sangat vital.
Pertama, ada literasi digital. Ini adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi dan internet secara cerdas. Di era di mana informasi datang dari mana-mana, seseorang dengan literasi digital yang baik akan menjadi "mesin pencari hoaks" yang ulung.
Mereka tidak akan langsung percaya pada sebuah pesan berantai atau judul berita yang sensasional. Mereka akan memeriksa sumbernya, membandingkan dengan media lain, dan berpikir kritis sebelum menyebarkannya. Tanpa literasi ini, kita hanya menjadi konsumen pasif yang mudah dimanipulasi.
Kemudian, ada literasi finansial. Ini adalah kemampuan untuk memahami dan mengelola keuangan pribadi. Seseorang mungkin sangat gemar membaca buku fiksi, tapi jika ia tidak mengerti bagaimana utang bekerja, ia akan sangat rentan terhadap jebakan pinjaman online (pinjol) ilegal.
Literasi finansial mengajarkan kita tentang pentingnya menabung, berinvestasi, dan membuat keputusan yang cerdas dengan uang. Hal ini adalah perisai yang melindungi kita dari rayuan iming-iming instan yang sering berakhir dengan kehancuran.
Terakhir, dan mungkin yang paling penting, adalah literasi kritis. Ini adalah level tertinggi dari literasi. Literasi kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan memahami konteks di balik setiap informasi. Seseorang dengan literasi kritis tidak akan menerima begitu saja sebuah gagasan.
Mereka akan bertanya "Mengapa penulis ini berpendapat seperti itu? Siapa yang diuntungkan dari narasi ini? Apa yang tidak diceritakan?" Ini adalah senjata paling ampuh untuk melawan polarisasi sosial dan politik, karena ia mengajak kita untuk tidak sekadar menerima, tapi merenung dan mencari suatu kebenaran.
Jadi, literasi bukan lagi sekadar soal membaca dan menulis saja. Literasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan persoalan hidupnya melalui berbagai sumber informasi yang tersedia.
Sehingga yang menjadi penting dalam literasi adalah bukan soal membaca tapi soal memahami yang kemudian implementasikan untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup.
Seseorang dengan literasi yang baik tentu dia adalah yang mampu menjadi warga negara yang sadar, bijak dalam mengkonsumsi informasi dan tangguh di dunia yang semakin kompleks. Membaca adalah awal yang baik, tapi kita harus terus belajar agar bisa melangkah lebih jauh.
Baca Juga
-
Solo Activity Bukan Tanda Kesepian, tetapi Bentuk Kemandirian Emosional
-
Bukan Sekadar Membaca: Kebijakan Resensi dan Literasi Kritis di Sekolah
-
Moderate Reader: Indonesia Peringkat Ke 31 Negara Paling Giat Membaca Buku
-
Jarak dan Trauma: Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Novel Critical Eleven
-
Perjuangan untuk Hak dan Kemanusiaan terhadap Budak dalam Novel Rasina
Artikel Terkait
-
Edukasi Keuangan Perempuan di Buku 'Menjadi Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya'
-
Ulasan Novel Critical Eleven, Pertemuan dalam Sebelas Menit yang Menentukan
-
Terjebak Reading Slump? Saatnya Kamu Harus Menjadi Seorang Mood Reader!
-
Jurus Slow Living Paling Mudah: Kenapa Membaca Bikin Hidup Lebih Tenang?
-
5 Hal Berharga Dibahas dalam Buku Life is Yours, Hidup Bukan Perlombaan!
Kolom
-
Hari Guru Nasional 2025: Hukuman Fisik di Sekolah Disorot, Publik Sentil Pendidikan Etika
-
Refleksi Hari Guru: Euforia Perayaan, Beban Tugas, hingga Polemik Hukuman
-
Ironi Baru Sinema: Bioskop Kian Sepi di Tengah Ramainya Platform Streaming
-
Solo Activity Bukan Tanda Kesepian, tetapi Bentuk Kemandirian Emosional
-
25 November Punya Dua Penanda, Guru dan Keberanian Perempuan
Terkini
-
Cerita Kiki Eks CJR Harus Jadi Tulang Punggung Keluarga di Usia Sangat Muda
-
Ulasan Film Korea Mantis: Ketika Pembunuh Bayaran Jadi Pekerjaan Tetap
-
Na In-woo dan Shin Hye-sun Diincar Reuni dalam Drama Korea 1/24
-
Erick Thohir Akui Belum Ada Kandidat Kuat untuk Pelatih Timnas Indonesia
-
Siapa Ira Puspadewi? Eks Dirut ASDP yang Kini Menunggu SK Rehabilitasi