Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik yang bertujuan untuk memvalidasi nilai rapor terbilang sangat dini dan baru. TKA yang digelar pada awal November ini, baru diumumkan pada pertengahan di tahun 2025.
Banyak keluh kesah siswa yang ditorehkan dengan mengatakan bahwa, "Nilai rapor hasil dari 2,5 tahun divalidasi oleh TKA selama 2 hari." Kalimat ini mengatakan secara tidak langsung bahwa ada sebuah ketidakadilan yang terjadi.
Pemikiran itu muncul karena memang TKA lebih menilai kemampuan pemahaman belajar dalam 2,5 tahun. Berbeda halnya dengan nilai rapor yang bukan merupakan nilai murni, tetapi ditambah oleh nilai keaktifan di kelas, penugasan, persentase kehadiran, dan lain sebagainya.
Meskipun nilai rapor juga diberikan dengan berbagai pertambahan nilai lainnya, tetapi hasil kerja keras yang didapatkan tersebut adalah proses yang cukup panjang. Banyak siswa yang mempertahankan nilai agar makin meningkat dan sebagian mungkin dari mereka kecewa dengan adanya TKA.
Namun, masalah yang terjadi akhir-akhir ini di antaranya ada para petisi yang ingin membatalkan pelaksanaan TKA yang tak lain karena persiapan yang minim. Hal itu ditanggapi oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu'ti yang mengatakan bahwa pelaksanaan TKA tetap akan diselenggarakan.
Server error yang dialami saat gladi bersih oleh peserta TKA menjadi sebuah masalah karena dinilai publik tak begitu cukup persiapan dari soal penyusunan sistem.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Toni Toharudin mengatakan kepada media bahwa penyebab error tersebut karena gangguan mekanisme autoscalling. Oleh karena itu, sistem perlu menyesuaikan sumber daya saat ada lalu lintas yang tinggi, sehingga kinerja sistem tetap dapat bekerja optimal.
Apakah Tes Kemampuan Akademik dapat dikatakan terlalu mendadak?
Tes Kemampuan Akademik yang menjadi program resmi terbaru di bawah naungan Kemendikdasmen di tahun 2025 ini dapat dikatakan sangat dini. Persiapan kelas 12 yang terfokus akan mengejar nilai rapor, baik berprestasi secara akademik dan nonakademik. Ternyata masih ada pula tantangan, yakni menghadapi TKA di bulan November.
Hal yang seharusnya dipersiapkan sejak kelas 10 untuk mempersiapkan TKA, tetapi malahan hanya dengan waktu terbatas selama beberapa bulan. Mungkin sebagian siswa merasa belum memiliki persiapan matang hingga hari-hari ini, karena banyak sekali materi yang dipelajari dan perlu dipahami lebih mendalam.
Meskipun sebatas untuk memvalidasi nilai rapor selama 2,5 tahun, tetapi siswa pasti memiliki persepsi untuk berpikir dalam mempersiapkannya dengan waktu yang cukup. Apalagi kelas 12 yang sedang sibuk-sibuknya diberi tugas bertubi-tubi, baik tertulis ataupun tidak tertulis.
Penugasan mata pelajaran yang sering kali diberikan saat menjelang beberapa minggu menuju TKA dianggap juga mengganggu siswa dalam mempersiapkan TKA. Namun, dengan berbagai keterpaksaan tersebut tentu siswa akan tetap menjalaninya dalam seberat apa pun.
Penulis berharap agar pelaksanaan TKA yang akan digelar bulan November ini menjadi suatu evaluasi bagi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang di mana tergolong cukup dini dalam waktu pelaksanaannya. Minim persiapan yang dialami oleh siswa dan pengelola sistem menjadi salah satu tolak ukur bahwa program TKA ini cukup terlalu dekat.
Dengan demikian, pesan untuk seluruh siswa tetaplah ikuti pelaksanaan TKA bila memang menginginkan. Jika tidak, maka tidak perlu mengikutinya. Semoga bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dan mendapatkan kabar indah di kemudian hari.
Jika suatu saat nanti hasil TKA tidak berbanding lurus dengan usaha dan doa yang sudah ditunaikan. Mungkin masih ada jalan lain yang tak pernah diketahui. Jika niat kita tulus niscaya Tuhan akan memberi jalan yang terbaik.
Baca Juga
-
Dana Masyarakat: Antara Transparansi Pemerintah dan Tanggung Jawab Warga
-
Evaluasi Program MBG: Transparansi, Kualitas, dan Keselamatan Anak
-
Ketika Whoosh Bikin Anggaran Bengkak, Kereta Konvensional Jadi Anak Tiri?
-
Antara Amarah dan Harapan: Bagaimana DPR Seharusnya Merespons Demonstrasi?
-
Kereta Api Bebas Rokok: Menjaga Kesehatan atau Mengurangi Kebebasan?
Artikel Terkait
-
Terungkap! Ternyata Ini Peran Eks Sekjen Kemnaker dalam Perkara Pemerasan Calon TKA
-
Jejak Pemerasan Rp53 M di Kemnaker: KPK Geledah Rumah Eks Sekjen Heri Sudarmanto, 1 Mobil Disita
-
KPK Tetapkan Eks Sekjen Kemnaker Heri Sudarmanto sebagai Tersangka Baru Kasus Pemerasan Izin TKA
-
5 Fakta Petisi Pembatalan Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025
-
7 Poin Penting Petisi Batalkan Pelaksaan TKA 2025 yang Dapat 160 Ribu Tanda Tangan
Kolom
Terkini
-
Peran di Film 'Dopamin' Bawa Angga & Shenina ke Refleksi Pernikahan
-
Sengit dan Seru! Siswa SMK Adu Keahlian di Olimpiade Jaringan MikroTik 2025
-
Sinopsis Anime Mechanical Marie, Kisah Gadis yang Menyamar Jadi Robot
-
Review Anime Umamusume: Pretty Derby Season 2, Menghadapi Badai Cedera
-
Ditolak Keras oleh STY, Mengapa Banyak Pihak Ingin Titipkan Pemain ke Timnas Indonesia?