Pada fenomena bullying atau perundungan seringkali yang menjadi fokus utama adalah perilakunya kemudian pelaku serta korban. Tetapi apakah pernah kita berpikir terhadap segelintir orang yang berusaha membela atau melawan si pembuli dan melindungi korban bullying.
Seseorang yang menjadi pelindung atau berusaha membela korban bullying disebut dengan defender. Orang-orang memiliki kesadaran untuk tidak ikut serta menjadi pembully dan berusaha membantu korban.
Lambe et al. (2020) mengemukakan bahwa defender ini bukan hanya perilaku tunggal melainkan memiliki beberapa tipe perilaku. Pertama ada direct defending yaitu melawan pelaku secara langsung. Kemudian indirect defending yang tidak secara langsung, bisa berupa menghibur atau menemani korban.
Ada juga relational defending yang mengajak korban menjauhi pelaku. Terakhir reporting defending yaitu defender yang melapor ke guru atau pihak berwenang.
Akan tetapi terkadang orang yang berusaha melindungi teman atau rekan dari perundungan malah ikut serta menjadi sasaran bullying.
Akan tetapi, mengapa seringkali defender menjadi korban bullying? Misalnya saja pada awalnya seorang anak dikucilkan oleh teman-temannya dia tidak memiliki teman.
Si defender ini biasanya mau berteman dengan orang yang dikucilkan dan tak jarang defender akan melawan ketika pembully beraksi. Dirangkum dari beberapa jurnal seringkali menjadi target pembullyan karena beberapa alasan.
Mengganggu hierarki sosial pelaku pembullyan
Melansir dari Malamut, et al (2022) pembully biasanya akan merasa powerful di dalam kelompok sosial atau bisa disebut dia memiliki kuasa hierarki sosial sehingga dia bisa melakukan apapun yang dia mau.
Kemudian ketika ada defender pembully akan merasa terganggu karena dia tidak bisa lebih leluasa untuk melakukan aksi pembullyan. Maka cara agar tidak demikian dan bisa mengembalikan hierarki sosialnya mau tidak mau dia harus ikut juga merundung defender ini.
Jika demikian tentu saja defender juga akan kalah karena posisi dalam lingkungan sosialnya dia tidak memiliki perlindungan sosial.
Terlebih lagi biasanya defender ini tidak memiliki pendukung atau tak jarang dia sendirian karena tidak didukung oleh anggota kelompoknya. Hal inilah yang menjadikan dia mudah menjadi target baru bagi para pelaku perundungan.
Lingkungan sosial buruk
Faktor lingkungan sosial buruk juga dapat memperparah kasus perundungan terutama di lingkungan seperti sekolah. Menurut Malamut et al (2022) kurang tanggapnya pihak-pihak berwenang serta kurangnya akan kesadaran untuk saling menjaga biasanya akan membuat sebagian kecil pihak seperti defender ini semakin terancam dan memperparah keadaan.
Katakan saja kasus perundungan di sekolah dimana biasanya tak jarang sulit diketahui oleh guru karena tidak memiliki sistem pelaporan yang baik.
Kemudian adanya stigma atau anggapan bagi anak-anak yang melaporkan kejadian perundungan akan dianggap sebagai pengecut atau istilahnya cepu juga akan membatasi ruang gerak defenfer.
Jadi jelas lingkungan sosial demikian akan semakin mendukung para pelaku perundungan dan semakin menjadikan defender rentan.
Selain itu terdapat resiko lain ketika seseorang menjadi defender baik berupa resiko fisik maupun mental atau psikologis.
Mengutip dari Wu et al. (2016) menjadi defender dapat memungkinkan mereka merasa semakin tertekan atau setelah membela korban pembullyan.
Misalnya dia akan merasa cemas, merasa takut, ataupun stress. Keadaan ini bahkan bisa lebih buruk apabila bentuk pembullyan berupa pembullyan secara langsung sehingga defender juga harus berhadapan langsung dengan para pelaku pembullyan.
Lebih buruknya jika defender harus berkonfrontasi secara fisik dengan pelaku hingga memicu serangan balik dari pelaku yang tentu membuat defender akan kalah dari segi fisik yang berdampak pada mental ataupun psikologis.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Makan Ramah Lingkungan dengan Tadisi Lama, Cara Kembali Menyayangi Bumi
-
Tidak Perlu Krim Mahal, Pakai 5 Bahan Alami Ini untuk Hilangkan Flek Hitam
-
Ingin Terapkan Less Waste saat Travelling? Berikut 4 Tipsnya!
-
5 Langkah Sederhana Less Waste, Yuk Coba Terapkan!
-
Mulai Sustainable Living dari Mana? 5 Kebiasaan Ini Bisa Kamu Terapkan
Artikel Terkait
-
Aksi Komeng Hibur Korban Banjir Sumatra Tuai Pujian, Warganet: Mending Gini
-
Budaya Diam di Sekitar Kita: Mengapa Perilaku Bullying Terus Terjadi?
-
Bukan Sekadar Anak Nakal: Kupas Luka Psikologis di Balik Pelaku Bullying
-
Workplace Bullying: Perundungan yang Dianggap Normal di Kantor, Relate?
-
Korban Meninggal Banjir dan Longsor di Sumatera Bertambah Jadi 969 Jiwa
Kolom
-
Ternyata, Pelaku Bullying Itu Bukan Selalu Orang Jahat: Kenapa Orang Baik Ikut Terlibat?
-
Budaya Diam di Sekitar Kita: Mengapa Perilaku Bullying Terus Terjadi?
-
Sekolah Apung: Solusi Pendidikan bagi Anak-Anak Pesisir di Daerah Terpencil
-
Bukan Sekadar Anak Nakal: Kupas Luka Psikologis di Balik Pelaku Bullying
-
Workplace Bullying: Perundungan yang Dianggap Normal di Kantor, Relate?
Terkini
-
Bintangi The Judge Returns, Park Hee Soon Kagum dengan Karakternya Sendiri
-
The Drama: Zendaya dan Robert Pattinson Hadapi Konflik Jelang Menikah
-
Aksi Komeng Hibur Korban Banjir Sumatra Tuai Pujian, Warganet: Mending Gini
-
5 Drakor Sageuk Netflix dengan Rating Tertinggi, Wajib Masuk Watchlist!
-
Nova Arianto Minta Indonesia Tetap Jaga Asa Tampil di Piala Dunia