Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Yudi Rahmatullah
Ilustrasi mahasiswa mengerjakan tugas

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah sebagai hasil penelitian lapangan dan atau studi kepustakaan yang disusun oleh mahasiswa sesuai bidang studinya (id.scribd.com). Mereka kemudian harus menuliskannya dalam urutan bab sesuai dengan aturan menulis skripsi yang berlaku di universitasnya.

Menyusun sebuah skripsi berkaitan erat dengan menulis. Dalam kegiatan menulis ini, mahasiswa juga harus mencari referensi dan menyampaikan ide pikiran. Kegiatan ini terlihat mudah, tapi banyak mahasiswa yang malah mengalami kesulitan dalam proses pembuatannya. Apakah mereka kesulitan saat melakukan penelitian di lapangan, mencari referensi, atau bahkan saat membuat paragraf pendahuluan di awal bab.

Sudah menjadi tugas seorang dosen pembimbing untuk membimbing mahasiswanya dalam menyelesaikan skripsi, agar ia juga dapat menilai apakah di dalam skripsi mahasiswanya terdapat kesalahan yang fatal atau tidak (skripsi-fkip-inggris.blogspot.com). Seperti berita yang sedang viral akhir-akhir ini bahwa ada seorang mahasiswa yang skipsinya dianggap mempunyai banyak kesalahan, akhirnya dosen pembimbingnya memberi penilaian dengan kata ‘sampah.’

Apa yang sebenarnya terjadi pada skripsi tersebut? Lalu adakah cara mudah untuk menyusun sebuah skripsi?

No Plagiarism
Tidak cukup jelas hal apa yang menjadikan skripsi dari mahasiswa tersebut dinilai sangat buruk oleh dosen pembimbingnya. Tapi saya akan sangat setuju jika dosen tersebut menolak hasil tulisan mahasiswanya jika isi skripsinya mengandung unsur plagiarisme atau hanya meng-copy-paste tulisan tanpa menuliskan sumbernya.

Plagiarisme atau plagiat adalah suatu perbuatan menjiplak ide, gagasan atau karya orang lain yang selanjutnya diakui sebagai karya sendiri atau menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya sehingga menimbulkan asumsi yang salah atau keliru mengenai asal muasal dari suatu ide, gagasan atau karya (kajianpustaka.com).

Sangat tidak dibenarkan jika karya tulis yang seharusnya mahasiswa tersebut buat dengan buah pikiran sendiri adalah hasil dari karya orang lain. Ditambah lagi, dengan tanpa mencantumkan sumber dari mana tulisan tersebut diambil.

Hanya Copy-Paste
Copy-paste atau dalam bahasa Indonesia berarti salin dan tempel. Kegiatan ini cukup sering dilakukan untuk sumber tulisan yang berasal dari internet. Bukan berarti dengan meng-copy-paste suatu definisi atau tulisan itu dilarang, hanya saja mahasiswa juga wajib mencantumkan sumbernya dan menjadikan tulisannya lebih koheren. Dalam kbbi.web.id, koherensi berarti tersusunnya uraian atau pandangan sehingga antara kalimat dalam satu paragraph saling berkaitan satu dengan yang lain.

Memang, referensi yang mahasiswa dapatkan dari internet bisa menghemat waktu pengerjaan, mereka tidak perlu menuliskannya kembali, cukup copy-paste. Namun hal tersebut bisa menjadi sia-sia karena membuat mahasiswa menjadi tidak membaca keseluruhan skripsinya lagi dan tidak mengubahnya menjadi lebih koheren. Apalagi, jika mereka tidak memberikan kata-kata atas pemikirannya sendiri.

Karena sudah mendapat referensi dari internet, jangan menjadi enggan untuk membaca buku, atau malah menganggap sumber dari buku tersebut bisa diganti dengan sumber dari internet. Karena buku menjadi sumber referensi utama dan sangat penting. Sumber referensi dari internet, menurut saya, hanya bisa dijadikan sebagai sumber awal untuk nantinya maereka mencari definisi yang lebih lengkap lagi dari buku.

Pembiasaan Dalam Menulis
Pembuatan skripsi biasanya dimulai pada semester akhir. Jika mahasiswa tidak terbiasa menulis atau sebelumya malah tidak rajin mengerjakan tugas-tugas dosen yang berkaitan dengan menulis, tentunya akan mengalami kesulitan. Karena, pastinya mereka tidak terbiasa menulis atau bahkan menyusun tulisan. Pembiasaan dalam menulis mungkin menjadi salah satu cara dalam menghadapi tugas akhir tersebut.

Membahas tentang pembiasan atau habituation. Istilah ini berarti proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang (referensimakalah.com). Jika, kegiatan menulis ini rutin dilakukan atau istilahnya pembiasaan, mahasiswa tidak akan "kaget" jika pada waktunya mereka harus membuat tugas akhir yang harus dibuat dalam rentang waktu yang terbatas.

Bahkan, jika pembiasaan menulis ini dipupuk dari awal, maka ketika mahasiswa memasuki dunia kampus, mereka sudah terbiasa dengan tugas menulis. Semakin teratur mereka mengulang-ulang melakukan kegiatan menulis, mereka akan semakin terbiasa menulis dan akhirnya mampu membuat skripsi dengan baik.

Membaca Untuk Menulis

Selain menulis, membaca menjadi kegiatan yang sangat penting dalam memperbanyak kosakata dan melihat gaya tulisan. Seperti yang Bapak Hernowo Hasim jelaskan dalam bukunya Free Writing, bahwa membaca untuk menulis sangatlah penting karena membaca adalah memasukkan kata-kata ke dalam diri. Semakin banyak membaca akan semakin banyak kata-kata yang dimasukkan.

Dengan rajin membaca, mahasiswa akan mempunyai ketersediaan kata-kata yang banyak, mengeluarkan isi pikiran dengan kata-kata yang sudah ada dalam dirinya pastinya akan sangat membantu. Menyusun kalimat dan paragraf yang koheren akan menjadi sangat mudah.

Terlebih lagi, jika mahasiswa tersebut, tidak hanya membaca buku-buku yang sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Tapi, mereka juga membaca bacaan yang lebih “ringan”, seperti artikel, novel, opini, puisi, ataupun bacaan lainnya. Sehingga dari bukan tidak hanya mendapat banyak kosakata saja, tapi juga dapat memberikan ‘rasa’ dalam tulisannya.

Itulah beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh mahasiswa, seperti melakukan plagiarisme atau meng-copy-paste sumber referensi tanpa menjadikan tulisannya lebih koheren. Sehingga, tulisan skripsinya dianggap tidak baik bahkan menjadi suatu kesalahan fatal.

Untuk menghindarinya, mahasiswa dapat lebih awal untuk melakukan pembiasaan dalam menulis. Karena menulis bukan kemampuan yang baru didapatkan ketika akan membuat skripsi tapi kemampuan yang sudah dibiasakan sebelum tugas akhir itu diberikan. Ditambah lagi, membaca untuk menulis adalah kegiatan yang sangat penting, karena dengan membaca mereka akan mempunyai stock kata-kata yang banyak yang nantinya akan dibutuhkan juga dalam menulis.

Yudi Rahmatullah