Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Xandra Junia Indriasti
Ilustrasi Program Televisi Lokal. (pixabay).

Sinetron merupakan satu jenis tontonan yang banyak ditayangkan pada televisi lokal. Keberadaannya ini sudah eksis sejak dulu dan disebut tak akan lekang oleh waktu. Jenis hiburan ini nyatanya memiliki ciri yang seolah menjadi identitasnya. Namun, 4 diantaranya ini diharapkan dapat diubah karena kurang dianggap efisien.

1. Durasi dan episode panjang

Kebanyakan sinetron Indonesia memiliki jumlah episode yang tidak sedikit. Mulai dari puluhan, ratusan, bahkan ribuan. Hal ini dikarenakan waktu tayang yang hampir dilakukan setiap hari. Belum lagi tiap episodenya diisi dengan durasi yang bisa mencapai lebih dari satu jam.

Berbagai opini mengungkapkan bahwa durasi dan episode yang panjang menjadi tidak efisien dan efektif. Mereka berharap sinetron Indonesia dapat memangkas waktu menjadi lebih ringkas. Baiknya lagi, jika ingin berkelanjutan, bisa membaginya menjadi beberapa musim. Misal, masing-masingnya diisi satuan hingga belasan episode saja. 

Tidak lupa memberi jeda waktu untuk di tiap musim, seperti beberapa bulan setelahnya. Dengan begitu, penonton cenderung sulit merasa bosan dan mudah menemukan episode favorit untuk diputar kembali. Hal ini berlaku jika sinetron terkait juga diunggah pada situs online.

2. Tambahan cerita

Ciri khas sinetron Indonesia lainnya yang diharapkan dapat diubah adalah tambahan cerita. Masalahnya, banyak alur yang menjadi kurang jelas akibat penambahan tersebut, sehingga memicu rasa malas penonton. Kisah yang seharusnya bisa berakhir cepat, justru diperlambat dengan berbagai adegan yang tidak terlalu diperlukan. 

Sebuah tontonan dianggap lebih seru dan menyenangkan jika dikemas dengan jelas dan ringkas. Jadi, jumlah penonton setia bisa selalu stabil angkanya. Berikan juga akhir cerita yang membuat mereka terkesan dan menjadikan sinetron tersebut sebagai salah satu yang terbaik.

3. CGI terbatas

CGI merupakan kependekan dari Computer Generated Imagery yang dalam bahasa Indonesia berarti hasil rekayasa komputer. Biasanya digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang cukup sulit diperoleh pada dunia nyata. Misal, keberadaan hewan purba dan buas, kostum, atau latar tempat unik, seperti yang memiliki nilai sejarah serta unsur mitologi.

Beberapa sinetron Indonesia pernah menggunakan teknologi ini. Namun, hasilnya terlihat kurang sempurna dan akhirnya mengundang kritik dari banyak penonton. Oleh karena itu, kedepannya mereka mengharapkan bahwa tontonan lokal bisa meningkatkan kemampuan tersebut dan memberikan CGI terbaik. Satu saran lagi, jika fasilitas belum memadai, lebih baik tidak menggunakannya demi menghindari komentar buruk warganet dan kritikus di bidang terkait.

4. Genre sempit

Kebanyakan sinetron Indonesia hanya memilih genre yang itu-itu saja, seperti romantis, legenda, keluarga, dan pertemanan. Hal tersebut dikarenakan tim produksi yang mengikuti aturan penyiaran yang membatasi berbagai adegan. Jika tidak lulus sensor, bisa-bisa batal tayang dan mengalami kerugian.

Padahal, tidak sedikit penonton yang berharap genre sinetron Indonesia bisa diperluas. Saat ini, thriller tengah dicintai oleh banyak orang karena mampu memicu adrenalin dan memiliki ketertarikan sendiri. Kira-kira, apakah kedepannya jenis ini bisa didiskusikan untuk dapat tayang di televisi lokal?

Itulah keempat ciri sinetron Indonesia yang diharapkan bisa diubah. Apakah kamu termasuk salah satu yang setuju?

Xandra Junia Indriasti