Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Mutami Matul Istiqomah
ilustrasi anak dan orang tua.[Pexels/Liza Summer]

Orang tua berkewajiban untuk memberi motivasi kepada anak. Hal yang dilakukan orang tua untuk memotivasi anak adalah dengan cara memberikan pujian terhadap hal yang sudah anak lakukan, dan menghargai usaha anak meskipun tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Namun, tidak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa memotivasi anak bisa dilakukan dengan cara membandingkannya dengan orang lain. Baik itu dengan orang tua di masa lalu, keluarga, sanak saudara, bahkan teman-teman anaknya. Sikap sering membandingkan ini, sayangnya sudah dianggap seolah menjadi hal yang biasa. Padahal, hal tersebut sangatlah berpengaruh kepada anak dan membawa dampak buruk untuknya. 

Berikut ini 6 dampak buruk sering membandingkan anak dengan orang lain. 

1. Anak kehilangan rasa percaya diri

Sebab sering dibandingkan dengan orang lain, anak akan minder dengan dirinya sendiri. Sebab, anak sudah berusaha semaksimal mungkin, merasa tidak dihargai. Anak sudah berusaha untuk menyenangkan orang tuanya, namun tidak dianggap. Bahkan tetap dibandingkan dengan keberhasilan orang tuanya semasa muda dulu atau keberhasilan orang lain. 

2. Anak merasa cemburu

Anak yang biasa dibandingkan dengan saudaranya, tentu akan merasa cemburu dengan saudaranya. Dimana ia sendiri yang sudah bersusah payah menggapai sesuatu tapi terus dituntut untuk lebih, sedangkan kebetulan saudaranya terus menjadi topik perbandingan. 

Saudara yang sebenarnya tidak tahu apa-apa ini, bisa menjadi orang yang dibenci oleh anak kita sendiri. Kebencian ini jika berlarut-larut akan membawa banyak hal negatif.

3. Anak tidak menjadi dirinya sendiri

Kemauan orang tua yang berusaha untuk anak wujudkan, akan memberikan dampak untuk anak sehingga membuat dirinya tidak seperti dirinya sendiri. 

Orang tua yang menginginkan anak untuk cerdas dalam pelajaran dan tidak memberinya ruang untuk minat dan bakatnya, akan membuat dirinya kehilangan potensi yang dimiliki. Cara seorang anak bersikap, berperilaku, menjalani hidup yang sesuai dengan orang tua mau akan membuatnya kehilangan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri.

4. Anak akan kehilangan motivasi

Karena usaha yang tidak pernah dihargai dan tidak pernah terasa cukup oleh orang tua, anak menjadi kehilangan motivasi untuk meraih segala sesuatu yang orang tua harapkan. Bahkan yang menjadi cita-citanya sendiri. 

Anak tentu merasa lelah ketika sudah mati-matian mengejar sesuatu, namun tetap saja diperbandingkan dengan orang tuanya maupun orang lain yang melakukan hal lebih. Alih-alih lebih termotivasi, anak justru akan malas meraih segalanya dan lebih memilih untuk menutup diri.

5. Anak menjaga jarak dengan orang tuanya

Sikap orang tua yang selalu menyudutkan anak dan menuntutnya untuk seperti orang lain tentu saja anak akan merasa tidak nyaman dan mulai merasa canggung dengan orang tua. 

Keberadaan orang tua yang diharapkan lebih memberikan motivasi dan dorongan yang kuat untuk anak, namun malah membuat anak menjaga jarak dan enggan berkomunikasi dengan orang tua. Semua itu disebabkan karena anak merasa lelah dengan tuntutan orang tua dan orang tuanya yang seolah tidak bisa memahami anak. 

6. Anak memiliki dunianya sendiri

Anak yang sudah tidak lagi merasa nyaman dengan orang tua dan rumahnya, akan mencari kenyamanan lain di luar rumah. Misalnya dia akan melampiaskan rasa kesepian dan tertekannya tersebut dengan membangun hubungan dengan sahabat, pacar, maupun lingkungan yang mendukungnya.

Tidak jarang, banyak orang tua yang tidak kenal dengan anaknya sendiri secara emosional. Bahkan teman-temannya lah yang lebih memahami dan menjadi sosok pendukung yang selalu ada untuk anaknya. 

Nah, itu dia enam dampak buruk sering menyindir anak yang harus orang tua ketahui. Semoga tulisan ini menjadi tamparan keras untuk orang tua yang selalu berambisi agar anaknya bisa mencapai sesuatu lalu membandingkan anak tersebut dengan usaha orang tua di masa lalu maupun orang di sekitarnya yang berusaha lebih keras. 

Sebagai orang tua, semoga kita bisa merasa cukup dengan apa yang anak usahakan. Bahkan memberinya pujian dari setiap apa yang anak berhasil capai. Kita harus menghargai usaha anak dan memahami bahwa anak memiliki ketertarikan terhadap dunianya sendiri dan ingin menjelajahinya dengan keyakinannya sendiri. Jadi, sebagai orang tua kita selayaknya harus memberikan ruang untuk anak membuktikan segala hal yang dia inginkan. Semoga tulisan ini bisa membuat kita menjadi orang tua yang lebih baik.

Mutami Matul Istiqomah