Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak jenius adalah mereka yang memiliki skor IQ di atas 140. Anak yang jenius biasanya sudah menunjukkan tanda-tanda sejak kecil.
Namun, sayangnya orangtua kerap salah memahami tanda tersebut dan mengartikannya sebagai perilaku nakal, bandel atau pembangkang. Nah, supaya tidak sampai salah, berikut ini tanda-tanda anak jenius yang perlu kamu perhatikan.
1. Problem solver yang andal
Menurut Dr. Wendy Hirsch Weiner, pendiri dan Kepala Sekolah Conservatory Prep Schools, sekolah khusus anak jenius di Florida, ciri anak jenius adalah mereka mampu menyelesaikan masalah meski informasi yang diterima minim.
Tapi, sayangnya mereka sering salah memersepsikan. Misalnya Wendy mencontohkan, anak jenius tahu kalau obat terlarang dijual mahal. Kemudian mereka bisa membuat kesimpulan bahwa menjual obat terlarang bisa bikin kaya raya.
Karena itulah Wendy mengingatkan para orangtua yang memiliki anak yang cerdas di atas rata-rata untuk mengarahkan mereka ke jalan positif agar tidak sampai salah arah.
2. Lebih suka menyendiri
Tanda ini sering disalahpahami orangtua. Anak yang jenius kerap tidak suka keramaian, mereka lebih senang menyendiri.
Menurut Wendy, hal ini terjadi karena saraf sensori mereka tidak mampu menampung stimulasi secara bersamaan sehingga mereka lebih sensitif. Jadi bukan karena ketidakmampuan mereka bersosialisasi.
Anak jenius menurut Wendy juga sering dianggap lambat (lemot). Misalnya, saat ditanya sesuatu jawabannya lama. Bukan karena mereka tidak bisa berpikir, melainkan mereka berpikir jawaban sempurnya seperti apa.
3. Sulit bersosialisasi
Anak yang jenius juga sulit berteman karena biasanya tidak satu frekuensi dengan teman-teman di sekitarnya. Misalnya saat bercanda, bercandanya sulit dipahami. Ini yang membuat mereka sulit berteman padahal mereka ingin sekali memiliki teman.
Penyebab lain kenapa anak jenius sulit bersosialisasi, yakni dimusuhi teman-temannya akibat perasaan iri hati dengan kecerdasan dari si anak jenius.
4. Mudah sekali bosan
Karena mereka lebih gampang memahami sesuatu, mereka jadi bosan karena harus menunggu teman-temannya paham. Jadi, bukan karena mereka membangkang atau bandel.
Mereka juga tidak suka mengulang-ulang hal yang sama. Mereka menginginkan sesuatu yang baru.
Dari uraian tadi tampak jelas kalau tidak benar-benar diperhatikan, orangtua bisa salah menilai kalau anak bandel. Padahal, nyatanya dia jenius. Semoga pemaparan tadi bisa membantu ayah bunda memahami buah hati dengan lebih baik, ya!
Baca Juga
-
Episode 2 'Love Your Enemy': Rating Melonjak, Cinta & Rivalitas Makin Seru!
-
Anak Sering Berbohong? 4 Hal yang Bisa Orangtua Lakukan untuk Mengatasinya
-
4 Alasan Komunikasi yang Efektif di Tempat Kerja Sangat Penting
-
4 Jenis Makanan Terbaik untuk Program Hamil, Perhatikan Kata Pakar!
-
4 Kualitas Ini Sering Dimiliki oleh Mereka yang Jago Jualan, Pelajari!
Artikel Terkait
-
Perintah Majelis Hakim, Ayah dan Pacar Brigadir J Bersaksi di Sidang Bharada E Pekan Depan
-
Anak Punya Kebiasaan Menggigit Kuku? Simak di Sini Beberapa Saran untuk Menghentikannya
-
4 Hal ini Harus Dirahasiakan dari Anak, Biarkan Dia Menikmati Perannya!
-
3 Cara Menghargai Pasangan di Depan Orangtuanya
-
5 Keterampilan yang Bisa Diajarkan pada Anak, Si Kecil Suka yang Mana?
Lifestyle
-
Vivo X Fold 5 Rilis Juli Mendatang, Diyakini Bakal Jadi HP Lipat Paling Ringan di Dunia
-
Apple iPhone 17 Series Siap Meluncur September 2025, Intip Spek dan Prediksi Harganya
-
Rilis Akhir 2025, Xiaomi 16 Menjadi Ponsel Pertama Pakai Chipset Snapdragon 8 Elite 2
-
Bikin Tampilan Karismatik, Ini 4 Padu Padan Pakaian Serba Hitam ala Seonghwa ATEEZ
-
4 Dad Shoes Brand Lokal untuk Tampil Kece Saat Hangout, Super Nyaman!
Terkini
-
Indonesia vs China: Saat Tim Haus Kemenangan Menjamu Tim Paling Mengenaskan
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Ulasan Buku The Family Dynamic:Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Sukses
-
China Rencanakan Tampil Menyerang, Keuntungan Besar Justru Bakal Didapatkan Timnas Indonesia!
-
Indonesia Open 2025: Match Sengit, Jafar/Felisha Terhenti di Babak Kedua