Menurut psikolog Erik Erikson, kemandirian melawan rasa malu dan ragu merupakan tahap kedua dalam perkembangan psikososial manusia. Tahap ini biasanya terjadi antara usia 18 bulan dan 2 atau 3 tahun.
Pada tahap ini, anak-anak mulai mengungkapkan kebutuhan yang lebih besar untuk diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Mereka cenderung lebih mandiri dalam apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya.
Dalam masa psikologis ini, Anda bisa mengamati berbagai aktivitas dalam perkembangan anak. Misalnya saat Anda memilih makanan, mainan, dan pakaian. Nah, hal lain yang penting di tahap ini untuk membantu mencapai kemandirian anak adalah toilet training.
Mengapa Toilet Training penting bagi anak?
Anda sangat perlu memahami pentingnya mengajarkan anak tentang toilet training. Bagi seorang anak, peralihan dari menggunakan popok ke menggunakan toilet merupakan tonggak psikologis dalam peralihan menuju kedewasaan. Sayangnya, tidak semua orang tua memahami hal ini dan memberikan nasehat yang intensif. Mereka tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan toilet pada anaknya dan apa implikasinya terhadap psikologis anak?
Pada dasarnya toilet training harus diajarkan segera setelah anak bisa duduk atau jika anak menunjukkan ciri-ciri tertentu, seperti menolak menggunakan popok, tidak berpakaian dan membuka pakaian, meminta orang tua yang pergi ke kamar mandi dan meminta ganti popok saat basah, tertarik untuk menjelajahi area kamar mandi, seperti wastafel, kamar mandi, toilet, bak mandi, dll. Jika anak Anda menunjukkan ciri-ciri tersebut, segera lakukan toilet training.
Bagaimana cara untuk memulai toilet training?
1. Perkenalkan anak dengan toilet
Pertama perkenalkan anak Anda dengan area toilet beserta alat-alat yang ada di dalamnya. Anda dapat memberi tahu anak mengenai cara penggunaan alat yang ada dalam toilet seperti jongkok atau duduk yang benar untuk wanita dan orientasi penis yang benar saat buang air kecil untuk pria.
Setelah itu, ajari anak untuk membersihkan kemaluannya setiap selesai buang air kecil dan besar. Anak perempuan harus membasuh kemaluannya dari bagian depan vagina hingga anus. Seharusnya tidak terbalik (dari anus ke vagina) untuk menghindari masuknya bakteri dari anus ke dalam vagina.
Karena posisinya yang berbeda, anak laki-laki hanya perlu membasuh penis dengan air setelah buang air kecil. Namun untuk BAB, prosesnya sama dengan wanita, yaitu dari depan ke belakang.
Membersihkan toilet merupakan kelanjutan dari pembersihan. Jika toilet di rumah adalah toilet duduk, jelaskan tombol siram pada anak. Dan saat toilet jongkok, latihlah anak untuk mengambil air dan menyiram toilet setelah digunakan.
Terakhir, ingatkan anak Anda untuk mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan kamar mandi.
2. Gunakan pispot khusus anak
Untuk menambah semangat belajar menggunakan toilet, disarankan menggunakan pispot khusus anak. Jenisnya sangat banyak, mulai dari bentuk kuda, hingga pinguin dan lain-lain. Bisa juga disesuaikan dengan toilet yang tersedia di rumah, baik itu jongkok maupun duduk.
3. Ajak anak ketika Anda harus pergi ke kamar mandi (jelaskan apa yang Anda lakukan)
Jika Anda mau, pergilah ke kamar mandi bersama anak saat buang air kecil. Dengan ini anak akan melihat contoh nyata. Pada poin ini, jelaskan juga apa yang Anda lakukan seperti saat Anda duduk, menyiram dan membersihkan kotorannya.
Sangat penting untuk mengajarkan anak-anak tentang toilet training meskipun anak tidak langsung memahaminya. Berikanlah latihan secara bertahap dan perlahan serta ajari apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jadilah contoh yang baik karena anak biasanya akan meniru apa yang dilihatnya.
Tujuan dari toilet training bukan serta merta untuk mengajak anak ke toilet sendiri. Melainkan juga menjadikan anak Anda lebih mandiri, bertanggung jawab dan disiplin. Itulah tiga alasan mengenai pentingnya toilet training pada anak yang disasur dari theasiaparent, alodokter, dan klikdokter. Semoga bermanfaat!
Baca Juga
-
Siap-siap War Tiket! Scarlett Rilis Price List Meet & Greet EXO di Jakarta
-
9 Tips Menciptakan Komunikasi Efektif dalam Perkuliahan, Dosen dan Mahasiswa Harus Tahu
-
5 Manfaat Menanam Tanaman Hias dalam Ruangan
-
Sedih Setelah Menonton Konser? Waspadai Gejala Post Concert Depression
-
Menonton Drama Korea Baik untuk Kesehatan Mental? Berikut Penjelasannya
Artikel Terkait
-
Dari Bilik Suara, Anak Muda Tentukan Nasib Daerah di Pilkada 2024
-
Dulu Dicibir Modal Ordal, Asila Maisa Bungkam Haters dengan Prestasi di Universitas Indonesia
-
8 Pelatihan Soft Skill yang Paling Penting untuk Karyawan
-
Gegara Anies Baswedan, Rocky Gerung Terang-terangan Dukung Pramono-Rano: Anak Abah Jangan Jadi Malas!
-
Bela Baim Wong, Pengasuh Kuliti Pencitraan Paula Verhoeven: Baru Rajin Jemput Anak Usai Digugat Cerai?
Lifestyle
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
4 Gaya OOTD Simpel ala Seohyun SNSD, Tetap Fashionable untuk Hangout!
-
4 Rekomendasi Outfit Kasual ala Momo TWICE yang Cocok untuk Hari-Hari Santaimu
-
4 Rekomendasi Mix and Match OOTD Chic ala Miyeon (G)I-DLE, Bikin Penampilan Lebih Modis
-
3 Sheet Mask Mengandung Aloe Vera Ampuh Atasi Sunburn, Harga Mulai Rp5 Ribu
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam