Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sherly Azizah
ilustrasi aplikasi dating apps (pexels/Julio Lopez)

Di era digital, menemukan pasangan tidak lagi hanya soal bertemu secara langsung di dunia nyata. Dengan hadirnya aplikasi kencan seperti Tinder, Bumble, atau OkCupid, proses mencari pasangan menjadi lebih cepat dan mudah. Cukup dengan usap ke kanan atau kiri, kita bisa berkenalan dengan seseorang. Namun, muncul pertanyaan besar, apakah cinta sejati bisa benar-benar ditemukan di dunia maya?

Salah satu keuntungan utama aplikasi kencan adalah kemampuannya menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang dan lokasi. Di dunia yang sibuk, aplikasi kencan menawarkan kemudahan untuk berkenalan dengan orang baru tanpa harus mengorbankan waktu kerja atau aktivitas sehari-hari. Bagi mereka yang kesulitan bertemu pasangan secara konvensional, aplikasi ini menjadi pintu masuk untuk menjalin hubungan romantis.

Namun, di balik kelebihannya, aplikasi kencan sering kali dikritik karena dianggap mereduksi hubungan menjadi sekadar transaksi visual. Fitur utama aplikasi ini adalah gesekan, yang sering kali membuat pengguna lebih fokus pada penampilan fisik daripada kompatibilitas emosional atau nilai-nilai bersama. Akibatnya, banyak hubungan yang dimulai dari aplikasi ini tidak berlanjut ke tahap yang lebih serius.

Meski begitu, tidak sedikit kisah sukses yang bermula dari aplikasi kencan. Banyak pasangan yang mengaku bertemu cinta sejatinya di dunia maya dan bahkan melanjutkannya ke jenjang pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada stigma, aplikasi ini tetap memiliki potensi untuk membantu orang menemukan pasangan yang cocok, selama mereka menggunakan platform tersebut dengan tujuan yang jelas.

Namun, tantangan terbesar dalam mencari cinta secara online adalah menjaga keaslian diri. Dunia maya memungkinkan orang untuk memalsukan identitas atau menciptakan citra diri yang berbeda dari kenyataan. Ketika seseorang menampilkan versi terbaik dari dirinya tanpa kejujuran, hubungan yang dibangun mungkin tidak memiliki fondasi yang kuat. Inilah yang sering kali membuat pengguna merasa kecewa.

Di sisi lain, aplikasi kencan juga memunculkan fenomena "paralysis by choice", di mana terlalu banyak pilihan justru membuat seseorang sulit berkomitmen. Dengan ratusan profil yang dapat diakses hanya dalam beberapa menit, pengguna mungkin merasa selalu ada opsi yang lebih baik di luar sana. Akibatnya, hubungan yang seharusnya memiliki potensi sering kali tidak berkembang karena jangkauannya.

Jadi, apakah cinta sejati bisa ditemukan secara online? Jawabannya bergantung pada bagaimana kita memanfaatkan platform tersebut. Jika digunakan dengan niat yang tulus dan pendekatan yang realistis, aplikasi kencan bisa menjadi alat yang efektif untuk menemukan pasangan. Namun, seperti hubungan di dunia nyata, keberhasilan hubungan yang dimulai secara online tetap membutuhkan komunikasi, kepercayaan, dan usaha dari kedua belah pihak.

Sherly Azizah