Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi sungai tercemar limbah [Suara.com/Arya Manggala]

Manusia tidak dapat lepas dari kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci piring, mencuci baju, dan sebagainya. Namun, tanpa disadari kegiatan tersebut menghasilkan limbah cair yang dapat membahayakan ekosistem laut.

Apa itu limbah cair? Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair dan membawa sampah (limbah) dari rumah dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut yang merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan.

Setelah memahami apa itu limbah cair, berikut komposisi dari produk pembersih tubuh yang berbahaya bagi ekosistem laut. Fosfat yang meningkatkan pertumbuhan ganggang sehingga kadar oksigen di air berkurang dan organisme lain mati. Pemutih/ammonia, getrokimia, Nonylphenol Ethoxylates (NPE) yang membunuh bakteri pengurai, mengubah warna air menjadi kecoklatan dan mengeluarkan bau busuk.

Kedua komposisi tersebut memicu penyebaran pencemaran pada sungai di Jakarta. Seperti dkatakan oleh perwakilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Yuli Hartono, Asisten Deputi Gubernur Bidang Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Kongres Sungai Indonesia (KSI) ke 4 yang diadakan di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur bahwa saat ini dari 13 sungai yang mengalir di ibu kota, belum ada yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber air baku utama untuk diolah menjadi air bersih guna memenuhi kebutuhan warga Jakarta.

Kondisi ini terjadi karena air di 13 sungai tersebut sudah tercemar limbah cair sementara Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) belum memadai. Pemprov DKI Jakarta, dalam hal ini, merasakan pentingnya memperbaiki kualitas air sungai mengingat Jakarta adalah Ibu Kota negara. Maka dari itu, terjadi kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) yang akan membangun sistem pengelolaan air limbah terpadu, Jakarta Sewerage System, yang tersebar di 15 zona dan akan diawali di kawasan Pluit dan Duri Kosambi.

Dalam laporan yang diterima oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan disebutkan, kondisi sungai-sungai yang tercemar pada wilayah ibu kota saat ini mencapai 61 persen. Anies mengatakan, lonjakan pencemaran sungai di Jakarta terjadi dua kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun belakangan.

Untuk itu, pihaknya telah memberi instruksi kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta untuk melakukan sejumlah langkah mitigasi. Anies meminta DLH untuk mencegah persebaran yang semakain meluas dalam menanggulangi pencemaran sungai-sungai di Jakarta.

Produk Pembersih Rumah Tangga & Tubuh

Sabun mandi yang kita pakai sehari-hari umumnya memiliki komposisi yang berbahan kimiawi yang mengandung deterjen dan paraben. Deterjen dan paraben ini dinilai sebagai kandungan yang dapat merusak kulit. Selain berpotensi merusak kulit, secara perlahan air bilasan sabun itu dapat merusak sanitasi dan ekosistem biota yang hidup pada aliran air.                                                                                                                                                                                                                                  

Pada sabun tradisional pun kandungan surfaktan tidak terdegradasi dan meninggalkan residu pada
Kini, semakin modern peradaban, proses pembuatan sabun, termasuk sabun untuk tubuh maupun sabun cuci, tak lagi sesederhana itu.

Produsen mencampur banyak unsur kimia lain sebagai pembersih, pemutih, atau pewangi, yang justru menjadi tambahan polutan ketika dibuang ke alam. Misalnya saja fosfat, pemutih/amonia, petrokimia, Nonylphenol Ethoxylates (NPE) dll.

Limbah cair menjadi penyebab utama rusaknya ekosistem sungai dan laut. Hal ini sebagian besar dihasilkan dari aktivitas mencuci dan mandi. Berbeda dari limbah cair lainnya yang bisa diolah dengan aman di dalam septic tank, limbah deterjen mengandung Volatile Organic Compound (VOC) yang justru bisa merusak saluran pembuangannya.

Solusi untuk Mengurangi Limbah Cair yang Dapat Dilakukan

Meskipun pengolahan sampah pada akhirnya tetap menjadi tanggung jawab pemerintah, peran kita sebagai masyarakat menjadi sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan indah. Dengan berinisiatif untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, perubahan kecil apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi limbah cair yang berdampak buruk bagi lingkungan?

1. Batasi pemakaian deterjen

Deterjen dihasilkan dari aktivitas mencuci dan mandi. Berbeda dari limbah cair lainnya yang bisa diolah dengan aman di dalam septic tank, limbah deterjen mengandung Volatile Organic Compound (VOC) yang bisa merusak proses saluran pembuangannya.

Pemakaian deterjen dan pelembut pakaian dapat dikurangi dengan menerapkan cara yang lebih sederhana, yaitu campuran cuka dan baking soda yang ternyata ampuh untuk membersihkan dan melembutkan pakaian. Atau jika melakukan hal ini sulit, cobalah mencari produk-produk yang memiliki bahan biodegradable. Dengan begitu, deterjen tersebut tetap memiliki wangi yang tahan lama, namun di saat bersamaan juga tidak merusak lingkungan.

2. Beralih ke Produk Sampo Ramah Lingkungan

Mulai saat ini kita bisa mempertimbangkan untuk meninggalkan sampo dengan kandungan Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan beralih ke sampo organik dengan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan sehingga jauh lebih aman untuk kesehatan rambut. 

Apa dampak Sodium Lauryl Sulfate? SLS pada sampo bagi sebagian orang dapat mengiritasi kulit kepala sehingga sangat besar kemungkinannya membuat kepala gatal, berketombe, dan iritasi meskipun menghasilkan busa yang berlimpah dan membuat rambut lebih halus.

Sebelum memutuskan membeli sampo tertentu, lebih baik untuk membaca komposisinya terlebih dahulu. Hindari kandungan, seperti Sodium Lauryl Sulfate (SLS) atau kandungan Sodium Laureth Sulfate (SLES), surfaktan minyak bumi (Petroleum-based Synthetic Surfactant) juga asam sulfosuksinat (Sulfosuccinic Acid) yang berpotensi kuat untuk merusak rambut.

Yuk, mulai pertimbangkan untuk memakai dan memilah komposisi dari setiap produk pembersih yang kita pakai! Ingin menyelamatkan bumi kita bagi generasi masa depan? Kapan lagi kalau bukan dari sekarang?

Pengirim: Devyna Michella Putri / Mahasiswi di  London School of Public Relations Jakarta. Sedang menjalani campaign bertemakan waste management yang terpacu dari maraknya isu lingkungan yang terjadi di dunia saat ini.
E-mail: devynamichella@gmail.com