Secara general di dalam ilmu politik ada dua peran yang sangat mendominasi dalam penyelenggaraan sistem perpolitikan sebuah negara. Baik itu hubungan perpolitikan antar kedua negara atau yang sering disebut hubungan politik bilateral, hubungan tiga negara atau disebut trilateral, dan hubungan politik banyak negara atau dikenal dengan hubungan multilateral.
Bahkan dalam hubungan perpolitikan internasional sekalipun, keterlibatan aktor suprasruktur politik dan infrastruktur politik sangat mempengaruhi meskipun mereka terlibat baik secara langsung maupun tidak. Oleh karenanya etika menjadi tatanan norma perilaku yang wajib dikedepankan agar di dalam percaturan politik diberbagai level tidak menimbulkan retakan-retakan sosial.
Kaitanya dengan sistem politik dalam bernegara, posisi suprastruktur politik menjadi elemen krusial karena suprastruktur politik berada dalam sebuah sistem tatanan politik dan berjalan sesuai aturan yang ada atas nama negara, bukan lagi berjalan di atas kepentingan individu atau golongan.
Memahami suprastruktur politik dalam bernegara tentu tidak akan mudah bagi yang memang mungkin awam dengan ilmu politik. Dalam memahami kasus yang akan diungkap oleh penulis maka alangkah baiknya bila memahami maksud dari “Suprastruktur Politik”.
Secara sederhana suprastruktur politik dapat didefinisikan sebagai lembaga negara yang terlibat dalam sebuah sistem pemerintahan atas nama negara sebagai mandataris rakyat. Oleh karenanya suprastruktur politik dapat disamakan sebagai lembaga-lembaga negara yang bekerja dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan.
Lembaga-lembaga negara inilah yang akan berjalan jika digerakkan oleh aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Tentu aktor tersebut harus selalu mengedepankan etika di dalam membawa marwah lembaga negara secara totalitas di tengah situasi yang terjadi.
Menemukan Wajah Etika Politik Sejati
Penulis mengamati bagaimana persoalan aktor suprastruktur politik yang acap kali secara etika politik tidak mencerminkan sebagai aktor yang bisa menyesuaikan dirinya dalam tengah pluralitas dan kemajemukan bangsa ini.
Akhir-akhir ini penulis mengikuti polemik dan kegaduhan aktor suprastruktur politik yang melontarkan sebuah kalimat tidak etis dilontarkan sebagai representasi mandaris rakyat.Tentu persoalan ini bukan hanya sekali, bahkan ini sudah kesekian kalinya yang dilain hari pasti akan terulang kembali dan kembali.
Buruknya etika aktor baik infra maupun supra tidak terelakkan kembali karena sebagai bagian dari negara baik itu di luar negara ataupun bagian dari sistem semestinya memberikan contoh ke publik dalam bernegara yang baik.
Kemajemukan, Pancasila, dan Etika Politik
Ketiga kata penting di atas dapat dianalogikan sebagai rantai-rantai berdirinya negara yang kita sering juluki NKRI. Negara yang kita diami ini merupakan sebuah negara yang sangat plural, baik dari segi agama, busaya, adat, suku, ras, etnis, dan lainya.
Maraknya perbedaan yang ada telah diikat dan dibingkai menjadi satu kesatuan utuh oleh dasar yang telah disepakati bersama yakni pancasila. Secara filosofis pancasila ini lahir dan digali dengan semangat pluralitas dan kemajemukan bangsa ini tanpa mengedepankan etika dan norma yang luhur.
Tidak pantas jika pancasila yang digali oleh semangat perbedaan namun jiwa kepancasilaanya diragukan kemudian hari. Pancasila adalah konsesus besar yang diikuti oleh berbagai suku, etnis, budaya, ras, dan lainya atas rajutasn semangat persatuan dan kesatuan.
Sebuah teori dalam berdemokrasi mengemukakan jika tidak ada satupun negara penganut demokrasi di dunia ini yang bisa mengejawantahkan sistem demokrasi ini secara murni. Artinya chaos atau kerusuhan adalah sebuah keniscayaan yang akan terjadi.
Salah satu ilmuwan politik terkenal menyebut jika politik adalah sesuatu yang mungkin menjadi tidak mungkin, dan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Artinya ada sebuah tindakan paksaan yang mungkin akan ditempuh dalam mengerahkan segala cara dengan tujuan orientasi politik yang akan dicapai.
Apalagi menjelang pesta kontestasi politik ini akan semakin kita rasakan sebagai pemilih. Huru-hara politik akan terjadi, bahkan aktor suprastruktur politik yang semestinya bekerja untuk rakyat pastilah mereka akan rehat sejenak mengintervensi pesta kontestasi yang akan digelar.
Namun perlu ditekankan kembali bahwa siapapun itu yang namanya aktor suprastruktur politik harus bekerja atas nama bangsa, rakyat, dan negara bukan saatnya mementingkan kelompoknya karena bukankah sebelum duduk dipucuk pimpinan telah disumpah atas nama Tuhan? Jika sudah disumpah apakah ikrar sumpah yang dilakukan hanya sebatas seremonial dan formalitas semata? Tentu kasus yang terjadi menjadi refleksi serius bagi aktor suprastruktur politik negeri ini dengan selalu mengedepankan etika politik beradab ditengah kondisi kemajemukan negara ini.
Baca Juga
-
Menggugat Negara untuk Kesejahteraan Papua
-
Presidensi G20 Indonesia: Momentum Merespons Krisis Keamanan Rusia-Ukraina
-
Muhammadiyah Representasi Suluh Kemanusiaan Bagi Indonesia
-
Membangun Legitimasi Negara Melalui Konflik Agraria Wadas dan Hilangnya Kepercayaan Masyarakat
-
Ekstradisi Indonesia-Singapura: Barter Buronan dengan Kedaulatan Udara?
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Bawaslu RI Periksa 12 Orang Terkait Dugaan Politik Uang di PSU Pilkada Serang
-
Dugaan Politik Uang Terungkap di Cikande Jelang PSU Serang, 2 Perangkat Desa Diduga Terlibat
-
Tegaskan Tanggung Jawab Revisi UU Pemilu di Pihaknya, Pimpinan Baleg DPR: Kami akan Lanjutkan
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
News
-
Lawson Ajak Jurnalis dan Influencer Kenali Arabika Gayo Lebih Dekat
-
Resmi Cerai, Ini 5 Perjalanan Rumah Tangga Baim Wong dan Paula Verhoeven
-
Mahasiswa PPG FKIP Unila Asah Religiusitas Awardee YBM BRILiaN Lewat Puisi
-
Jobstreet by SEEK presents Mega Career Expo 2025: Temukan Peluang Kariermu!
-
Sungai Tungkal Meluap Deras, Begini Nasib Pemudik Sumatra di Kemacetan
Terkini
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin
-
Baru Tayang Raih Rating Tinggi, 5 Alasan The Haunted Palace Wajib Ditonton!
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur