Penghujung tahun 2020, saya menutup rangkaian kegiatan di kota dingin Soe, Timor Tengah Selatan. Kota ini berjarak sekitar 110 kilometer dari ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Saya tidak langsung pulang ke Kupang usai kegiatan. Saya bersama istri melanjutkan perjalanan ke arah timur Pulau Timor, tepatnya kota Kefamananu, ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara.
Jarak kota Soe ke kota Kefamananu berkisar 100 kilometer. Waktu tempuh diperkirakan satu setengah jam. Jaraknya hampir sama Soe-Kupang, tapi lintasan jalan Soe-Kupang lebih berlika-liku dan turun naik.
Menjelang malam tahun baru, saya dan istri kembali ke Kupang. Kami diantar kerabat oleh saudara sepupu. Melewati jalanan Trans Timor yang tidak ramai seperti biasanya. Entah karena Covid atau menjelang tahun baru, orang enggan hilir mudik di jalanan.
Tetapi bus-bus penumpang daratan Timor tetap beroperasi. Bus-bus yang arah datang dari Kupang penuh terisi dengan penumpang. Maklum malam tahun beberapa jam lagi. Orang lebih memilih malam tahun bersama sanak keluarga di kampung halaman.
Pulau Timor memang berbeda dengan Pulau Flores. Di daratan Flores, dari hari ke hari bus besar yang beroperasi mulai berkurang, sedangkan di daratan Timor, justeru bus-bus besar masih beroperasi dan minat penumpang masih tinggi.
Di Flores, mobil travel menjadi kendaraan alternatif dengan tarif yang tak beda jauh dengan tarif bus. Ini menjadi alasan pengguna jasa lebih memilih naik mobil travel daripada naik bus. Tapi masyarakat yang setia menggunakan jasa angkutan bus, mereka tetap menggunakan apalagi mereka membawa barang banyak.
Kita mudah menjumpai tingkah penumpang bus. Kadang semua kursi atau bangku terisi, penumpang sampai membludak keluar. Ada yang bergantung di pintu mobil, juga ada di bagasi atau atap bus. Mereka akan berbaur dengan muatan lain.
Tingkah penumpang ini mengancam keselamatan penumpang sendiri. Tapi, penumpang tak jerah. Banyak peristiwa kecelakaan bus bermula dari tingkah penumpang dan sopir dan kernek yang enggan menegur penumpangnya.
Dalam perjalanan pulang kali ini, setelah melewati kota Soe, kami beriringan dengan sebuah bus Atambua – Kupang. Bus terisi penuh dengan penumpang. Pula barang bawaan atau titipan penumpang.
Tapi, satu pemandangan yang unik menarik perhatian kami seisi mobil. Seorang penumpang duduk di atas motor yang digantung pada tangga menuju bagasi bus. Remaja ini seolah-olah sedang mengendarai motor matic tersebut.
Penulis tak tahu apakah motor yang ditungganginya di atas bus itu miliknya atau bukan, tetapi itu bukanlah hal yang penting. Masalahnya, tingkahnya sangat membahayakan diri dan motor tersebut.
Bagi dirinya atau mungkin segelintir orang yang menyaksikannya sebagai sebuah hiburan, namun dari aspek kepatuhan dan keselamatan berlalu lintas sangat membahayakan. Dan, tingkah pemuda ini tak patuh ditiru ya, guys.
Motor ‘menumpang’ bus sudah menjadi pemandangan lumrah di lintasan Trans Timor. Penumpang memilih naik bus dan motornya digantung di tangga menuju bagasi. Bisa juga masyarakat memanfaatkan bus sebagai sarana ekspedisi.
Namun, pemandangan penumpang naik motor di atas bus berjalanan, penulis baru menyaksikan di penghujung tahun 2020. Dan, itu hanya terjadi di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. (*)
Tag
Artikel Terkait
-
Jadi Juri Penulisan Esai, Maman Suherman Bangga dengan Gen Z
-
Buku A Little Star Still Shines Brigthly: Esai Hangat untuk Jiwa yang Lelah
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
5 Contoh Motivation Letter Beasiswa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
-
Ulasan Buku "Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah" Karya Kwon Rabin
News
-
Empat Tokoh Mengkaji Oase Gelap Terang Indonesia di Reuni FAA PPMI
-
Novo Club: Wadah Mahasiswa untuk Bertumbuh dan Memberi Dampak
-
Etika Pesantren Hilang di Layar Kaca? Kritik Pedas Tayangan yang Merendahkan Tradisi
-
Nggak Ribet Kok! Ini 6 Cara Simpel yang Bikin Perempuan Merasa Sangat Dicintai
-
Feri Amsari Serang Ijazah Gibran, Singgung Sertifikat Bimbel
Terkini
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru
-
Married to the Idea: Relevankah Pernikahan untuk Generasi Sekarang?
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan