Amerika Serikat menyelesaikan penarikan pasukannya dari Afghanistan, kata Pentagon pada Senin (31/8/2021), setelah evakuasi kacau ribuan orang Amerika dan sekutu Afghanistan untuk menutup keterlibatan AS di sana setelah konflik 20 tahun.
Mengutip Reuters, operasi itu berakhir sebelum batas waktu yang ditetapkan oleh Presiden Joe Biden, yang telah menuai kritik keras dari Demokrat dan Republik atas penanganannya di Afghanistan, sejak Taliban membuat kemajuan pesat serta mengambil alih Kabul awal bulan ini.
Penarikan itu diumumkan oleh Jenderal Frank McKenzie, komandan Pusat AS, yang mengatakan kepada Pentagon bahwa kepala diplomat AS di Afghanistan, Ross Wilson, berada di penerbangan C-17 terakhir.
Karena gagal mengantisipasi bahwa Taliban akan begitu cepat menaklukkan negara itu, Washington dan sekutu NATO-nya terpaksa keluar dengan tergesa-gesa. Mereka meninggalkan ribuan warga Afghanistan yang membantu negara-negara Barat dan mungkin memenuhi syarat untuk dievakuasi.
McKenzie mengatakan penerbangan terakhir juga tidak termasuk puluhan orang Amerika yang tidak bisa mencapai bandara.
"Banyak yang sedih yang terkait dengan kepergian ini. Kami tidak mengeluarkan semua orang yang ingin kami keluarkan. Tapi saya pikir jika kami bertahan 10 hari lagi, kami tidak akan bisa mengeluarkan semua orang," kata McKenzie kepada wartawan.
Lebih dari 122.000 orang telah diterbangkan keluar dari Kabul sejak 14 Agustus, sehari sebelum Taliban kembali menguasai negara itu dua dekade setelah digulingkan dari kekuasaan oleh invasi pimpinan AS pada 2001.
Amerika Serikat dan sekutu Baratnya bergegas menyelamatkan warga negara mereka sendiri serta penerjemah, staf kedutaan lokal, aktivis hak-hak sipil, jurnalis, dan warga Afghanistan lainnya yang rentan terhadap pembalasan.
Evakuasi menjadi lebih berbahaya ketika serangan bom bunuh diri yang diklaim oleh ISIS, musuh Barat dan Taliban, menewaskan 13 anggota pasukan AS dan sejumlah warga Afghanistan yang menunggu di gerbang bandara pada hari Kamis (26/8/2021).
Joe Biden berjanji setelah serangan berdarah di bandara Kabul, ia akan memburu orang-orang yang bertanggung jawab akan hal itu.
Keberangkatan itu terjadi setelah pertahanan anti-rudal AS mencegat roket yang ditembakkan ke bandara Kabul.
Dua pejabat AS mengatakan staf diplomatik "inti" termasuk di antara 6.000 orang Amerika yang pergi.
Seorang pejabat AS mengatakan laporan awal tidak menunjukkan adanya korban AS dari sebanyak lima rudal yang ditembakkan ke bandara. ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan roket tersebut.
Baca Juga
-
Menlu AS Lakukan Kunjungan Resmi Pertama ke Afrika Pekan Depan
-
Mahasiswa Turki Bermalam di Taman untuk Memprotes Kenaikan Sewa Penginapan
-
India Tunda Kesepakatan Ekspor Gula karena Harga Domestik Meningkat
-
4 Cara Mencari Uang di Internet, Cocok Buat Kamu yang Butuh Kerja Sampingan
-
Pemerintah Taliban Mendorong Pejabat Afghanistan untuk Kembali Bekerja
Artikel Terkait
News
-
Edukasi Peziarah, Mahasiswa KKN Arab Saudi Resik-Resik Jabal Khandamah
-
Konservasi Air Mendesak, Pakar Sebut Pemerintah Gagal Capai Target Iklim
-
Spektakuler! UPH Festival 2025 Bangkitkan Iman dan Karakter Mahasiswa Baru
-
Karnamereka Rilis Album Terbaru "Fortune", Sebuah Cerita tentang Harapan hingga Persahabatan
-
Merdeka Bukan Soal Berburu Diskon, Tapi Bebas dari Sampah dan Polusi
Terkini
-
Ulasan Novel Rumah Tanpa Jendela: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Kecil
-
Bye-Bye Pori-Pori Besar! Ini 4 Serum Korea yang Ampuh Bikin Wajah Halus
-
Bojan Hodak Akui Chemistry Persib Bandung Belum Padu, Imbas Perombakan?
-
Chanyeol Ungkap Suasana Damai di Teaser MV Lagu Happy Accident (Feat. SOLE)
-
Suara Kritis untuk Omnibus Law: Di Balik Janji Manis Ada Kemunduran Hijau