Puluhan mahasiswa melakukan unjuk rasa di taman-taman kota Istanbul untuk memprotes kenaikan harga sewa penginapan yang kian hari semakin meningkat. Aksi ini digelar dengan cara bermalam di taman secara berkelompok menyusul bahwa kurangnya apartemen yang disediakan.
Dilansir dari Middleeasteye, menurut penelitian yang dilakukan Universitas Bahcesehir, dalam kurun waktu setahun harga sewa melonjak 51 persen di Istanbul, 32 persen di Ankara dan 31 persen di Izmir.
Situasinya bahkan lebih buruk di lingkungan dekat universitas-universitas besar. Di daerah Rumeli Hisari, Istanbul, yang merupakan pilihan populer bagi mahasiswa di Universitas Bogazici yang bergengsi di Turki, biaya sewa 290 persen lebih tinggi dari tahun lalu.
Kenaikan harga sangat berdampak terhadap mahasiwa
Melansir Middleeasteye, seorang mahasiswi bernama Olcay Atik yang merupakan mahasiswa jurusan kimia berusia 22 tahun merasakan betul kenaikan harga yang terjadi. Dia mengaku kenaikan sewa selama setahun itu mengalami kenaikan drastis.
“Saya membayar 700 lira (1,1 juta rupiah) untuk sewa di rumah bersama tahun lalu. Sekarang, saya tinggal di apartemen yang lembab dan saya harus membayar 1.800 lira (2,9 juta rupiah) setiap bulan,” kata Olcay Atik.
Lebih lanjut dia juga mengeluhkan terkait jumlah asrama yang disediakan oleh pihak kampus yang sangat kurang. Selain itu harganya pun dipatok sangat tinggi seperti penginapan lainnya.
“Saya melamar kamar di asrama sekolah saya, tetapi tidak ada tempat tersisa. Asrama swasta juga penuh atau telah menaikkan harganya ke tingkat yang tidak mampu saya bayar,” tambahnya. “Saya di sini di taman ini karena saya tidak bisa terus seperti ini. Saya harus menemukan solusi yang berkelanjutan.”
Berbagai mahasiswa lain juga semakin dibuat panik akibat kenaikan harga ini. Pasalnya, kuliah tatap muka untuk pertama kalinya sejak pandemi akan dimulai pada bulan Oktober mendatang dan mereka harus segera mencari penginapan di sekitar kampus.
Presiden Erdogan turun tangan mengatasi masalah
Melansir Aljazeera, gerakan protes mahasiswa dengan semboyan “Kami Tidak Punya Tempat Tinggal” atau dalam bahasa Turki berbunyi “Barinamyoruz Haraket” meminta kepada pemerintah untuk melakukan pembatasan terhadap harga sewa, membangun banyak asrama, serta menawarkan lebih banyak subsidi dan beasiswa kepada mahasiswa.
Menanggapi kritik mahasiswa tersebut, Presiden Turki, Recep Erdogan mengatakan bahwa pemerintah akan mengambil tindakan terhadap penipuan harga sewa yang terjadi. Dia juga menambahkan bahwa pemerintah telah membangun sejumlah besar asrama di sekitar kampus serta meningkatkan beasiswa untuk mahasiswa. Dalam tweetnya, Erdogan mengklaim bahwa jumlah asrama di seluruh negeri telah meningkat dari 190 menjadi 769 dalam 18 tahun kekuasaannya.
Sementara itu, beberapa orang mengambil inisiatif sendiri untuk menolong para pelajar. Ceren Kerimoglu salah satunya, seorang mantan wartawan ini menyiapkan rumahnya untuk ditinggali oleh pelajar. Melalui laman media sosialnya dia juga meminta kepada masyarakat agar turut melakukan tindakan yang sama untuk membantu para pelajar tersebut. Dia mendapatkan ribuan komentar dan pujian atas tindakannya tersebut.
Kenaikan harga karena inflasi
Melansir Reuters, kenaikan harga di Turki terjadi karena inflasi yang kian meningkat. Inflasi tahunan Turki melonjak lebih dari yang diperkirakan menjadi 19,25% pada Agustus di atas suku bunga kebijakan bank sentral dan ini merupakan level tertinggi dalam dua tahun.
Bank sentral telah mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 19% sejak Maret dan berulang kali berjanji dalam beberapa bulan terakhir untuk mempertahankannya di atas tingkat inflasi. Namun, karena inflasi semakin meningkat pihak bank menurunkan suku bunga sebelumnya.
"Janji bank sentral untuk menjaga suku bunga kebijakan di atas inflasi menjadi lebih sulit sekarang (tetapi) kami tidak berpikir bank akan memilih untuk menaikkan suku bunga," kata Haluk Burumcekci, pendiri Burumcekci Consulting yang dilansir dari Reuters.
Pelonggaran moneter diperkirakan akan dimulai pada kuartal keempat, sebagian karena tekanan stimulus dari presiden Erdogan. Inflasi telah meningkat karena komoditas, permintaan konsumen pasca-lockdown dan depresiasi lira yang membuat harga impor tetap tinggi.
Baca Juga
-
Menlu AS Lakukan Kunjungan Resmi Pertama ke Afrika Pekan Depan
-
India Tunda Kesepakatan Ekspor Gula karena Harga Domestik Meningkat
-
AS Menyelesaikan Penarikan Pasukan Secara Keseluruhan dari Afghanistan
-
4 Cara Mencari Uang di Internet, Cocok Buat Kamu yang Butuh Kerja Sampingan
-
Pemerintah Taliban Mendorong Pejabat Afghanistan untuk Kembali Bekerja
Artikel Terkait
-
5 Daftar Student Exchange Buat Tahun 2025: Syarat, Benefit dan Deadline
-
Kuliah S2 di Australia dengan Biaya Lokal, Bagaimana Caranya?
-
Akui Politik Uang di Pemilu Merata dari Sabang sampai Merauke, Eks Pimpinan KPK: Mahasiswa Harusnya Malu
-
5 Sumber Belajar Online Terpercaya untuk Mahasiswa Kedokteran
-
Inspiratif! Mahasiswa Indonesia Ini Sabet Juara Stacks Harvard Hackathon di Universitas Harvard AS
News
-
Dari Kelas Berbagi, Kampung Halaman Bangkitkan Remaja Negeri
-
Yoursay Talk Unlocking New Opportunity: Tips dan Trik Lolos Beasiswa di Luar Negeri!
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik