Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Filsa Brilliant
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

Varian COVID-19 berjenis Omicron masih menjadi momok yang mengancam bagi penduduk di seluruh dunia. Masih banyak hal yang kita tidak ketahui mengenai varian baru ini. Kita juga tidak bisa memprediksi apakah ke depannya varian baru COVID-19 ini akan berkembang lebih pesat. Namun, di balik kemelut ancamannya ternyata ada beberapa kabar baik mengenai varian Omicron. Setidaknya ada lima kabar baik yang perlu diketahui dari varian Omicron. Disadur dari berbagai sumber, berikut penjelasannya!

1. Risiko Omicron Lebih Rendah untuk Rawat Inap dan Kematian

Lain halnya dengan varian Delta yang berhasil membuat tenaga kesehatan kewalahan menangani pasien terdampak pada pertengahan 2021, varian Omicron ini justru tidak berdampak lebih buruk dibandingkan varian Delta. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pasien yang terinfeksi virus COVID-19 varian Omicron lebih rendah berisiko untuk mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. 

Analisa pertama yang dilakukan di Afrika Selatan, menunjukkan bahwa mereka yang terinfeksi Omicron lebih rendah jumlahnya untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit, dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi virus COVID-19 varian lainnya dan pada periode yang sama. Orang terinfeksi Omicron juga memiliki risiko gejala serius yang lebih ringan dibandingkan dengan orang yang terinfeksi COVID-19 varian Delta. 

Kasus merebaknya Omicron ini dipicu oleh semakin tingginya tingkat imunitas populasi.Di beberapa negara, penelitian yang dilakukan dengan cara memisahkan antara mereka yang terinfeksi Omicron dan jumlah pasien yang masuk ke ICU kemudian meninggal karena COVID-19 juga bisa menjadi gambaran. 

Di Afrika Selatan dilaporkan sebanyak 65 persen lebih sedikit yang menjalani rawat inap di rumah sakit, di Skotlandia 60 persen dan Inggris 40 persen. Melansir dari suara.com, laporan terbaru dari Imperial College London menyatakan bahwa orang yang terinfeksi Omicron sepertinya lebih sedikit untuk mendapatkan penanganan intensif di rumah sakit dibandingkan dengan varian Delta.

Badan Keselamatan Kesehatan Inggris dalam laporan penilaian resiko varian tersebut, menyebutkan bahwa Omicron masuk dalam kategori "risiko relatif sedang" yang kemungkinannya rawat inap untuk pasien Omicron lebih rendah dibandingkan varian Delta.

2. Kasus Varian Omicron Menurun di Beberapa Negara

Di beberapa negara benua Eropa seperti Norwegia, Belanda, Belgia, Jerman, Austria dan Afrika Selatan jumlah kasus COVID-19 varian Omicron mulai menurun. Namun, yang perlu disorot adalah di Afrika Selatan, di mana peningkatan kasusnya bersifat eksplosif dan eksponensial, tetapi juga kasusnya menurun dengan sangat cepat.

Beberapa jumlah data menunjukkan dalam waktu empat hingga lima minggu, Afrika Selatan mengalami peningkatan kasus dan kemudian menurun dengan rentang waktu yang sama. Berita baiknya, meskipun kemungkinan seseorang untuk menjalani rawat inap lebih sedikit, lonjakan kasus tetap sangat berbahaya bagi sistem kerja bidang kesehatan dan dapat menyebabkan kolaps. Oleh karena itu, penurunan jumlah kasus adalah kabar baik. 

3. Vaksin Berguna untuk Melindungi dari Omicron

Orang yang sudah melakukan vaksin sebanyak dua dosis, memiliki kemungkinan sangat kecil untuk diharuskan rawat inap jikalau terinfeksi varian Omicron, bahkan saat vaksin mereka mulai kehilangan perlindungan terhadap infeksi sekali pun. Hal ini mungkin dikarenakan kebanyakan vaksin memberikan respons seluler yang tidak berpengaruh terhadap varian Omicron ini.

Adapun data yang menunjukkan bahwa dosis ketiga dari vaksin Messenger RNA (mRNA) memiliki kemampuan untuk menetralkan kekuatan ancaman dari varian Omicron. Vaksin ini menggunakan kode genetik virus Corona yang diinjeksikan ke tubuh, dan setelahnya dapat memicu badan untuk memproduksi protein virus yang diharapkan cukup guna memperkuat sistem imunitas tubuh. 

4. Ada Obat Efektif untuk Melawan Omicron

Dalam majalah Science di halaman depannya menampilkan obat Paxlovid. Paxlovid merupakan jenis obat oral antiviral yang mampu menghambat struktur protease virus dengan tingkat efektivitas untuk mengurangi risiko keparahan COVID-19 lebih dari 90 persen. Obat ini telah mendapat izin edar dari FDA. 

Paxlovid adalah penghambat satu dari protease SARS-CoV-2 yang disebut dengan 3CL. Obat ini dikombinasikan dengan penghambat protease, rtonavir yang digunakan dalam pengobatan HIV. Karena varian Omicron tidak memiliki mutasi pada protein-protein yang ditargetkan Paxlovid, kemungkinan besar obat ini juga sama efektifnya untuk varian Omicron. Dalam laporan perusahaan Pfizer, uji in vitro (uji kandidat obat yang dilakukan pada cawan berisi virus/bakteri) telah membuktikan efektivitas obat tersebut. 

Tidak hanya itu, masih ada Antibodi Monoclonal, Sotrovimab dari GSK yang ternyata juga digadang-gadang efektif untuk melawan varian Omicron. Sotrovimab adalah antibodi yang mengikat ke bagian tertentu (epitop) pada SARS-CoV-2 yang sama dengan SARS-CoV-1 (virus yang menyebabkan SARS). 

Remdesivir penghambat RNA polimerase virus. Remdesivir adalah antivirus lain yang diberikan kepada pasien yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit dengan gejala COVID-19. Obat ini telah menunjukkan efektivitasnya mencapai 87 persen risiko lebih kecil untuk rawat inap atau kematian jika dibandingkan dengan plasebo. 

Gilead yang merupakan produsen dari Remdesivir telah melakukan analisa  informasi genetik Omicron dan belum menemukan mutasi yang mempengaruhi target obat ini. Jadi, besar kemungkinan bahwa antivirus ini masih sangat aktif untuk melawan varian baru tersebut. Hingga saat ini aktivitas antivirus Remdesivir telah dikonfirmasi melalui uji in vitro melawan semua varian SARS-CoV-2, termasuk alpha, beta, gamma, delta dan epsilon.

5. Omicron sangat Lemah Dalam Menginfeksi Sel Pernapasan

Memang benar bahwa belum ada data yang konkret pada manusia mengenai kelemahan varian Omicron dalam menginfeksi sel pernapasan. Namun, dalam beberapa penelitian pendahulu menunjukkan bahwa varian ini berkembang biak lebih buruk di sel paru-paru yang mana hak tersebut bisa menjadi indikasi perkembangannya sangat rendah. Namun, situasi mengenai varian Omicron masih sangat rumit terutama karena peningkatan kasus yang pesat dan dapat berpotensi menyebabkan sistem kesehatan mengalami kolaps. 

Itulah 5 kabar baik tentang varian Omicron. Apa pun itu, kita harus selalu menjaga protokol kesehatan di mana pun dan kapanpun. Walaupun artikel ini mempresentasikan kabar baik mengenai varian Omicron, namun kita tidak boleh terlena terhadap tanggung jawab untuk saling menjaga satu sama lain. Untuk itu, diawal tahun 2022 ini kita dapat mewujudkan semangat baru untuk bersama-sama menjaga imunitas populasi bangsa.

Filsa Brilliant